WINA, KOMPAS.com – Identitas salah satu tersangka dalam penembakan di Wina yang terbunuh telah terungkap, namanya Kujtim Fejzulai.
Fejzulai rupanya pernah ditahan pada April 2019 karena ingin melakukan perjalanan ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
Baca juga: Teror Penembakan di Wina, 14 Tersangka Ditahan
Dalam persidangannya pada 2019 pula, Fejzulai mengaku kapok untuk tidak akan bergabung dengan ISIS dan mengaku telah "salah ajaran".
Fejzulai sempat berhasil ke persembunyian ISIS di perbatasan Turki dengan Suriah pada tahun itu sebelum dia dihentikan oleh polisi setempat.
Tetapi dia dibebaskan lebih awal pada Desember 2019 di bawah undang-undang remaja sebagaimana dilansir dari Daily Mail, Selasa (3/11/2020).
Namun, Fejzulai justru ikut dalam serangan teror di Wina, Austria, pada Senin (2/11/2020) malam waktu setempat, yang menyebabkan empat orang tewas dan 17 orang mengalami luka-luka.
Berbekal senapan otomatis, pistol, dan parang, Fejzulai 'dinetralkan' pada pukul 20.09 waktu setempat setelah mencarkan aksinya di jalanan dengan menggunakan sabuk bahan peledak palsu.
Baca juga: Simpatisan ISIS yang Bunuh 4 Orang di Wina Berpose dengan Senjata Sebelum Beraksi
Dalam persidangan pada 2019, dia mengaku tidak ada ruginya ketika dia tumbuh dewasa dan mulai belajar Islam di tengah masa puber.
Ditanya mengapa dia mencoba bergabung dengan ISIS, remaja kelahiran Austria itu mengatakan kepada hakim bahwa dia ingin pergi dari rumah.
“Saya mengharapkan kehidupan yang lebih baik. (Dengan) apartemen saya sendiri. (Dengan) penghasilan saya sendiri,” kata Fezjulai dalam persidangan tersebut.
Fezjulai mengambil pekerjaan musim panas dan upahnya tersebut dipakai untuk memeli tiket pesawat ke Kabul, Afghanistan, tempat yang telah diatur agar dua bertemu dengan kontak ISIS.
Baru setelah membeli tiket, Fejzulai menyadari bahwa dia membutuhkan visa untuk pergi ke Afghanistan.
Baca juga: Tersangka Penembakan Wina Simpatisan ISIS, 4 Warga Sipil Tewas
Pengacaranya, Rudolf Mayer, mengatakan Fejzulai dengan berbagai upayanya akhirnya tiba di Suriah pada 2019 dan menghabiskan dua hari di "lubang tikus” dengan tidak ada toilet dan tidak ada air mengalir.
Dia ditangkap oleh polisi setelah dua hari di “lubang tikus” dan ditahan di Turki selama empat bulan sebelum diekstradisi kembali ke Austria di mana dia diadili.
Mayer mengatakan kepada pengadilan bahwa Fejzulai telah memupuskan cita-citanya untuk bergabung dengan ISIS setelah ditangkap.