YEREVAN, KOMPAS.com - Perdana Menteri (PM) Armenia, Nikol Pashinyan, mengakui pasukannya banyak menjadi korban dalam perang lawan Azerbaijan saat memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh.
Namun demikian, Pashinyan mengeklaim pasukannyaa secara umum masih dalam kendali.
Adapun, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, menuduh Armenia telah menyerang jaringan pipa gas dan minyaknya, pada Rabu (14/10/2020).
Sementara, para pemimpin Rusia dan Turki telah mendesak agar pertempuran kedua pihak diakhiri, seperti yang dilansir dari BBC Indonesia pada Kamis (15/10/2020).
Baca juga: Turki Bantah Kerahkan Pasukan Suriah untuk Azerbaijan Perang di Nagorno-Karabakh
Nagorno-Karabakh secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, tetapi daerah tersebut dikendalikan oleh etnis Armenia.
Pertempuran terbaru, yang pecah pada 27 September, telah menjadi yang paling intens dalam beberapa dekade terakhir, dengan ratusan orang tewas sejauh ini di kedua sisi.
Gencatan senjata yang ditengahi oleh Rusia telah disetujui oleh kedua belah pihak akhir pekan lalu, tetapi tidak berjalan.
Kedua negara tersebut sebelumnya telah berhadapan dalam perang mematikan memperebutkan Nagorno-Karabakh pada akhir 1980-an dan awal 1990-an.
Mereka sempat mengumumkan gencatan senjata pada 1994, Armenia dan Azerbaijan tidak pernah berhasil menyetujui perjanjian damai.
Baca juga: Korban Tewas Perang Armenia-Azerbaijan di Nagorno-Karabakh Capai 600 Orang
Dalam pidato yang disiarkan di televisi secara nasional pada Rabu, Pashinyan mengatakan Armenia telah menderita "banyak korban".
"Saya tunduk kepada semua korban kami, para martir, keluarga mereka, orang tua mereka, dan terutama ibu mereka. Saya menganggap kehilangan mereka adalah kehilangan saya, kehilangan pribadi saya, kehilangan keluarga saya," kata Pashinyan.
"Kita semua perlu tahu bahwa kita sedang menghadapi situasi yang sulit," tambahnya.
Pashinyan mengatakan bahwa meskipun "kehilangan tenaga dan peralatan", pasukan Armenia masih dalam kendali secara umum dalam menimbulkan "banyak kerugian tenaga dan peralatan pada musuh."
"Ini bukan pernyataan putus asa atau kehilangan harapan. Saya memberikan informasi ini karena saya berkomitmen untuk mengatakan yang sebenarnya kepada orang-orang kami," katanya.
"Kita harus menang, kita harus hidup, kita harus membangun sejarah kita, dan kita sedang membangun sejarah kita, kisah baru kita, pertempuran heroik baru kita".
Baca juga: Azerbaijan Klaim Hancurkan Situs Rudal yang Dipakai Armenia Serang Warganya
Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, menuduh Armenia pada Rabu telah menyerang jaringan pipa gas dan minyaknya.
"Armenia mencoba menyerang dan mengambil kendali jaringan pipa kami," katanya dalam wawancara dengan penyiar Turki, Haberturk.
"Jika Armenia mencoba untuk mengambil alih jaringan pipa di sana, saya dapat mengatakan bahwa dampaknya akan sangat buruk bagi mereka."
Kementerian pertahanan Azerbaijan juga mengatakan telah menghancurkan peluncur rudal balistik di wilayah Armenia yang menargetkan kota-kotanya.
Baca juga: Kisah Lansia Korban Perang Azerbaijan-Armenia: Saya Tidak Akan Pergi
Juru bicara kementerian pertahanan Armenia, Shushan Stepanyan, membenarkan bahwa beberapa posisi pertahanan mereka telah diserang, tetapi membantah bahwa pasukan Armenia pernah menembakkan "satu rudal, peluru atau proyektil" ke Azerbaijan, demikian laporan kantor berita AFP.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara melalui telepon pada Rabu, dalam panggilan telepon pertama mereka sejak bentrokan pecah.
"Mereka menekankan kebutuhan mendesak akan upaya bersama untuk mengakhiri pertumpahan darah secepat mungkin dan bergerak menuju penyelesaian damai masalah Nagorno-Karabakh," kata Kremlin.
Baca juga: Turki dan Rusia Turun Tangan Bahas Konflik Azerbaijan-Armenia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.