Tetapi yang menjadi sorotan pakar adalah transporter erector launcher (TEL) yang dipakai untuk mengangkut rudal raksasa tersebut.
Saat dioerkenalkan dalam parade merayaakn 75 tahun Partai Buruh Korea Utara, kendaraan itu mempunyai 11 sasis, atau setidkanya 22 roda.
Sebagai perbandingan, Hwasong-15 yang merupakan misil terbesar Korut pada saat ini diangkut dengan TEL sepanjang 18 roda.
Melissa Hanham dari Open Nuclear Network menerangkan, kendaraan pengangkutnya saja sudah lebih mengerikan dari misilnya sendiri.
"Jika DPRK (nama resmi Korut) mampu memproduksi sendiri sasisnya, maka jumlah ICBM yang bisa mereka luncurkan bisa jadi berkurang," paparnya.
Baca juga: Korea Utara Diduga Gelar Parade Militer Saat Dini Hari
Sesaat sebelum dilantik pada 2017, Presiden AS Donald Trump menyatakan bakal mencegah Pyongyang untuk mengembangkan rudal yang bisa menjangkau negaranya.
Dia menghabiskan satu tahun pertama jabatannya untuk perang komentar dengan Kim Jong Un, sebelum akhirnya ketegangan itu mencair.
Namun, agenda denuklirisasi tersebut mengalami kebuntutan pasca-pertemuan kedua Trump dan Kim di Hanoi, Vietnam, pada Februari 2019.
Saat itu, dua kubu tidak sepakat mengenai proses pelucutan senjata nuklir dan apa yang bisa diterima Pyongyang sebagai gantinya.
Baca juga: Xi Jinping Berniat Perkuat Hubungan China-Korea Utara Jangka Panjang
Pakar menuturkan, ICBM yang dipamerkan itu merupakan bukti bahwa negara penganut ideologi Juche tersebut masih punya kemampuan memperkuat militer.
Kemampuan itu bisa dimanfaatkan Korut untuk menekan Washington agar kembali ke meja perundingan, dan menawarkan agenda denuklirisasi baru.
Andrei Lankov dari Korea Risk Group mengatakan, disukai atau tidak, Korut saat ini adalah negara nuklir yang bisa menjangkau kota AS setelah Rusia dan China.
Dalam kacamata Lankov, melalui parade dan perkenalan rudal balistik antar benua tersebut, Kim seakan ingin memberi pesan kepada Washington.
"Kurang lebih begini pesannya 'Jika kalian tak membuat kesepakatan saat ini, kalian bakal mendapatkan yang jauh lebih buruk, masyarakat dunia'," ujar Lankov.
Shin Beom-chul, peneliti dari Korea Research Institute for National Strategy berujar, Pyongyang berusaha tak melanggar batas dengan hanya memamerkan rudalnya.
Tapi dalam pandangannya, Shin memaparkan Kim Jong Un bisa juga memberikan tantangan kepada Presiden AS, baik Trump maupun siapa pun yang terpilih nanti.
"Jika Trump terpilih dan mengabaikan isu Korea Utara, mereka bakal meluncurkannya. Begitu juga jika Joe Biden terpilh tapi tak menggubris mereka," ujar Shin.
Hingga 12 jam sejak parade miliar digelar, belum ada pernyataan baik dari Trump maupun Biden.
Baca juga: Korea Utara Akan Gelar Parade Militer Besar di Tengah Wabah Virus Corona
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.