RIYADH, KOMPAS.com - Apakah Arab Saudi dan Israel akan berdamai? Apakah para penguasa Arab Saudi, yang secara historis mengkritik keras Israel atas perlakuannya terhadap Palestina, kini "memeluk" negara yang disebut oleh media Arab sebagai "entitas Zionis"?
Pertanyaan itu yang menyelimuti pikiran banyak orang di Timur Tengah saat ini dan berkembang pesat di media sosial, seperti yang dilansir dari BBC Indonesia pada Sabtu (10/10/2020).
Tanda-tanda terciptanya perdamaian mulai ditunjukkan perlahan, seperti dalam sebuah wawancara TV Al-Arabiya dengan mantan kepala intelijen Saudi dan duta besar lama untuk Washington, Pangeran Bandar Bin Sultan al-Saud.
Pangeran Bandar mengecam para pemimpin Palestina karena mereka mengkritik langkah perdamaian antara Israel oleh negara-negara Teluk Arab baru-baru ini.
Para pemimpin Palestina menggambarkan normalisasi hubungan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain dengan Israel sebagai bentuk "pengkhianatan" dan "tikaman di belakang".
"Tingkat wacana yang rendah ini bukanlah yang kami harapkan dari para pejabat (Palestina) yang berusaha mendapatkan dukungan global untuk perjuangan mereka," kata Pangeran Bandar.
Baca juga: Otoritas Arab Saudi sudah Buka secara Terbatas Kegiatan Umrah dalam 3 Tahap
"Pelanggaran mereka (para pemimpin Palestina) terhadap kepemimpinan negara-negara Teluk dengan wacana tercela ini sepenuhnya tidak dapat diterima," tambahnya.
Pangeran Bandar, yang menghabiskan waktu 22 tahun sebagai duta besar Saudi untuk Washington dan sangat dekat dengan mantan Presiden AS George W Bush, hingga mendapat julukan "Bandar Bin Bush", berbicara tentang "kegagalan bersejarah" kepemimpinan Palestina dalam menciptakan perdamaian.
Meski pun, dia menyebut perjuangan Palestina "adil", Pangeran Bandar menyalahkan Israel dan kepemimpinan Palestina karena gagal mencapai kesepakatan damai setelah bertahun-tahun.
Pangeran Bandar mengatakan, bagaimana mungkin kesepakatan damai di Palestina tercipta, jika antarpemimpin sendiri terpecah, yaitu antara otoritas Palestina yang memerintah di Tepi Barat dan gerakan Islam Palestina Hamas yang memegang kekuasaan di Gaza.
Kata-kata yang diungkapkan Pangeran Bandar ini tidak akan disiarkan di televisi milik Arab Saudi tanpa persetujuan sebelumnya dari Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed Bin Salman, menurut seorang pejabat Arab Saudi yang dekat dengan keluarga penguasa.
Memilih Pangeran Bandar, kata seorang diplomat veteran dan tokoh lama kerajaan Arab Saudi, adalah sebuah tanda jelas bahwa kepemimpinan Arab Saudi sedang mempersiapkan penduduknya untuk mendukung kesepakatan damai dengan Israel.
Baca juga: Gerebek Persembunyian Teroris, Arab Saudi Tuduh Iran Pelatihnya
Gerakan pemerintah Arab Saudi terlihat lebih cepat dalam menciptakan pemulihan hubungan dengan Israel melalui pernyataan Pangeran Bandar serta dukungan diam-diam terhadap normalisasi UEA dan Bahrain dengan Israel, daripada dukungan sebagian besar penduduknya.
Selama bertahun-tahun, terutama di pedesaan yang terpencil, di sudut-sudut kerajaan yang terisolasi, orang-orang Arab Saudi telah terbiasa memandang tidak hanya Israel sebagai musuh, tetapi juga semua orang Yahudi.
"Saya ingat di salah satu desa pegunungan di provinsi Asir, seorang Saudi mengatakan kepada saya dengan sangat serius bahwa "pada suatu hari dalam setahun orang Yahudi meminum darah bayi," kata seorang diplomat.