Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Irak Khawatir Negaranya jadi Medan Tempur Ketika AS Ancam Tutup Kedutaannya

Kompas.com - 29/09/2020, 09:42 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

BAGHDAD, KOMPAS.com - Washington bersiap untuk menarik diplomat dari Irak setelah memperingatkan Baghdad bahwa mereka dapat menutup kedutaannya, menurut informasi yang disampaikan 2 pejabat Irak dan 2 diplomat Barat.

Langkah AS kemudian dikhawatirkan warga Irak dapat menjadikan negaranya zona pertempuran, karena setiap langkah AS untuk mengurangi kehadiran diplomatiknya dapat dilihat sebagai eskalasi konfrontasinya dengan Iran yang dituding Washington sebagai penyebab serangan rudal dan bom.

Hal itu pada gilirannya akan membuka kemungkinan aksi militer, dengan hanya beberapa pekan sebelum pemilu AS, di mana Presiden Donald Trump telah berkampanye secara tegas terhadap Teheran dan proksi-proksinya.

Baca juga: AS Pangkas 2.200 Pasukan Militer di Irak pada Bulan Ini

Melansir Reuters pada Senin (28/9/2020), Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengancam akan menutup kedutaan dalam panggilan telepon sepekan lalu kepada Presiden Barham Salih, kata 2 sumber pemerintah Irak. Percakapan tersebut awalnya dilaporkan oleh situs berita Irak.

Pada Minggu (27/9/2020), Washington telah memulai persiapan untuk menarik staf diplomatik jika keputusan itu diambil AS, kata sumber tersebut dan 2 diplomat Barat.

Kekhawatiran di antara warga Irak adalah bahwa penarikan diplomat akan segera diikuti oleh tindakan militer terhadap pasukan Iran yang ada di Irak.

Ulama populis Irak, Moqtada al-Sadr, yang memimpin jutaan warga Irak, pekan lalu memohon agar kelompok-kelompok itu menghindari kejengkelan yang akan mengubah Irak menjadi medan pertempuran.

Salah satu diplomat Barat mengatakan pemerintah AS tidak "ingin dibatasi dalam pilihan mereka" untuk melemahkan Iran atau milisi pro-Iran di Irak.

Baca juga: Trump Bakal Segera Umumkan Penarikan Pasukan AS dari Irak dan Afghanistan

Ditanya apakah dia mengharapkan Washington menanggapi dengan tindakan ekonomi atau militer, diplomat itu menjawab, "Pemogokan."

Kemudian, Departemen Luar Negeri AS yang yang ditanya tentang rencana untuk mundur dari Irak, mengatakan bahwa kelompok-kelompok yang didukung Iran dalam bahaya, termasuk Irak.

"Kami tidak pernah mengomentari percakapan diplomatik pribadi Sekretaris dengan para pemimpin asing...kelompok-kelompok yang didukung Iran yang meluncurkan roket ke Kedutaan Besar kami adalah suatu bahaya, tidak hanya bagi kami, tetapi juga bagi Pemerintah Irak," ujarnya.

Awal bulan ini, militer Amerika Serikat mengatakan akan mengurangi kehadirannya di Irak menjadi 3.000 tentara dari 5.200 tentara.

Sementara, Pentagon mengatakan pada Senin, bahwa pihaknya berkomitmen untuk mendukung "keamanan, stabilitas, dan kemakmuran" jangka panjang Irak dan operasi militer AS terhadap ISIS terus berlanjut.

Baca juga: Buntut Serangan Pesawat Nirawak, Irak Berang dan Batalkan Kunjungan Menteri Turki

Risiko abadi

Di wilayah yang terpolarisasi antara sekutu Iran dan Amerika Serikat, Irak negara yang memiliki hubungan dekat dengan keduanya, yang mana jarang terjadi.

Namun, bersamaan dengan itu membuat negara itu terbuka untuk risiko abadi menjadi medan pertempuran dalam perang 2 kubu itu.

Risiko itu semakin besar pada Januari tahun ini, ketika Washington membunuh komandan militer terpenting Iran, Qassem Soleimani, dengan serangan pesawat tak berawak di bandara Baghdad.

Iran menanggapi dengan rudal yang ditembakkan ke pangkalan AS di Irak.

Sejak itu, seorang perdana menteri baru telah mengambil alih kekuasaan di Irak, didukung oleh Amerika Serikat, sementara Teheran masih mempertahankan hubungan dekat dengan gerakan bersenjata Syiah yang kuat.

Roket secara teratur terbang melintasi Tigris menuju kompleks diplomatik AS yang dijaga ketat, dibangun untuk menjadi kedutaan AS terbesar di dunia, yang disebut Zona Hijau Baghdad tengah selama pendudukan AS, setelah invasi 2003.

Baca juga: Trump Konfirmasi Kehadiran Tentara AS di Irak akan Dipangkas

Dalam beberapa pekan terakhir, serangan roket di dekat kedutaan AS di Irak telah meningkat, dan bom pinggir jalan menargetkan konvoi yang membawa peralatan ke koalisi militer pimpinan AS.

Satu serangan pinggir jalan menghantam konvoi Inggris di Baghdad, yang pertama dari jenisnya terhadap diplomat Barat di Irak selama bertahun-tahun.

Pada Senin, 3 anak dan 2 wanita tewas ketika 2 roket milisi menghantam sebuah rumah suatu keluarga, kata militer Irak. Sumber polisi mengatakan bandara Baghdad adalah sasaran yang dituju.

Dua sumber intelijen Irak mengungkapkan rencana untuk menarik diplomat Amerika belum berjalan, dan akan bergantung pada apakah pasukan keamanan Irak mampu melakukan pekerjaan yang lebih baik untuk menghentikan serangank ke kedutaan AS di Irak.

intelijen Irak mengatakan mereka telah menerima perintah untuk mencegah serangan di situs AS, dan telah diberitahu bahwa evakuasi AS akan dimulai hanya jika upaya itu gagal.

Baca juga: Seorang Aktivis Tewas Ditembak di Irak, AS Murka

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com