Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beijing Akan Lindungi 'Whistleblower' Pemberi Informasi Darurat Kesehatan

Kompas.com - 28/09/2020, 21:52 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

BEIJING, KOMPAS.com - Beijing akan lindungi 'whistleblower' yang ungkap informasi tentang keadaan darurat kesehatan masyarakat.

Upaya ini untuk memperbaiki beberapa kesalahan sistemik yang menghambat penanganan awal wabah Covid-19.

Pemerintah ibu kota China, Beijing mengumumkan akan menawarkan penghargaan kepada petugas kesehatan yang mengungkap informasi penting tentang keadaan darurat kesehatan yang kemungkinan akan terjadi.

Beijing berkomitmen akan memberikan perlindungan hukum dan memastikan keselamatan mereka.

Baca juga: Trending di Media Sosial, Bagaimana Kondisi Wuhan?

Upaya ini merupakan tindak lanjut dari peraturan tanggap darurat kesehatan masyarakat di Kota Beijing yang telah disetujui dalam sesi Komite Tetap Kongres Rakyat Kota Beijing ke-15 pada Jumat (25/9/2020).

Berdasarkan peraturan tersebut, setiap organisasi atau individu dapat melompati rangkaian rantai komando dan melaporkan risiko kesehatan langsung ke pemerintah daerah.

Selama tidak ada niat jahat dari pelapor, mereka tidak akan menghadapi hukuman jika informasi tersebut ternyata tidak akurat.

Beijing juga akan membentuk dan memperkuat sistem pelaporan informasi, mendirikan rumah sakit spesialis penyakit menular dan menetapkan "pengawas" di tengah masyarakat untuk mengawasi gejala penyakit seperti demam.

Baca juga: Usai Kasus Li Wenliang, Beijing Buat UU Baru Khusus Nakes Whistleblower

Kematian seorang dokter 'whistleblower' virus corona

Kota Wuhan, daerah pertama kali wabah Covid-19 merebak telah mendapat sorotan tajam internasional, karena memperlakukan tenaga medis yang pertama kali mencoba mengungkap detail penyakit mirip pneumonia baru pada akhir 2019 ibarat pelaku kriminal berat.

Li Wenliang, seorang dokter yang pertama kali mengungkap virus corona pada akhir tahun lalu, mendapat peringatan keras dari polisi setempat.

Dokter Li bahkan harus menandatangani pernyataan bahwa dia menyebar kebohongan. Kematian Li akibat virus corona memicu kemarahan nasional maupun internasional.

Pejabat China telah mengakui bahwa wabah Covid-19 memperlihatkan kekurangan pemerintah dalam menangani epidemi. Mereka berjanji akan meningkatkan sistem peringatan dini dan membebaskan arus informasi.

Baca juga: Ayahnya Meninggal karena Covid-19, Perempuan Wuhan Ini Gugat China

Pada Mei lalu, pemerintah pusat mengatakan akan memberdayakan pusat pengendalian penyakit lokal dan mengambil tindakan dini jika terjadi wabah baru, meskipun para ahli mengatakan tindakan tersebut tidak cukup untuk mengatasi kekurangan "sistemik".

Para pejabat China mengatakan sistem politik hierarki China tidak memberikan otoritas atau pendanaan kepada pemerintah daerah untuk mengambil tindakan segera yang diperlukan untuk mengatasi wabah.

Bulan lalu, pemerintah kota Shenzhen juga meluncurkan pedoman baru yang memungkinkan pekerja medis untuk mengungkap informasi tentang penyakit menular.

Mereka juga memberi wewenang kepada otoritas lokal untuk mengambil tindakan darurat lebih cepat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com