Lebih dari 190 orang tewas dalam ledakan itu, ribuan orang lainnya terluka, dan puluhan ribu rumah hancur.
"Hari demi hari, (krisis) ini menjadi kehidupan normal kami," kata Osman kepada AP. "Kami lelah ... Rasanya seperti suatu maraton yang panjang."
Dia merasa, hari-hari yang lebih sulit mungkin akan tiba.
Ledakan itu memperparah kekurangan pasokan medis akibat krisis keuangan. Pasokan pengganti tidak datang dalam waktu yang cukup cepat.
Dalam salah satu operasi Osman baru-baru ini, kurangnya persediaan hampir mengubah prosedur kecil tapi penting menjadi operasi invasif.
Osman dan ahli bedah lainnya tidak memiliki ukuran alat yang tepat untuk melebarkan arteri pasien dan berusaha 'mengimprovisasi' alat untuk melanjutkan operasi.
Baca juga: Tim Penyelamat Selidiki Detak Jantung di Lokasi Ledakan Ibu Kota Lebanon
Fasilitas medis yang dilanda krisis ekonomi juga memberhentikan staf. Banyak dokter yang melakukan emigrasi.
Gaji Dr Osman sendiri, dalam mata uang pound Lebanon, turun nilainya dari hampir 1.300 dollar AS (sekitar Rp 19 juta) menjadi hanya sekitar 200 dollar AS (sekitar Rp 2,9 juta) sebulan karena jatuhnya mata uang lokal.
Namun, jika mengingat 52 jam penuh perjuangan pasca ledakan, Dr Osman tidak bisa melupakan pasien yang meninggal di hari itu.
Pasien itu adalah seorang pria muda yang masuk dengan lubang (peluru) di jantungnya dan dibawa ke ruang operasi.
Saat lubang ditutup, tim dokter melihat adanya pendarahan di bagian perut dan merawatnya. Tapi dia juga mengalami pendarahan otak.
Dalam kekacauan itu, para dokter tidak punya waktu untuk melakukan scanning untuk mendeteksi. Pasien itu pun meninggal dunia.
Osman hanya mengetahui angka pertama dari nomor medis pasien itu, Pasien AAA. Dia mencoba mencari tahu identitasnya, setidaknya namanya, atau di mana dia berada saat ledakan terjadi, atau apakah dia punya keluarga yang mencarinya.
"Saya merasa perlu menyelesaikan kasus [operasi] ini, terutama karena kami [telah] berusaha keras," katanya.
Sejak ledakan itu, Dr Osman mengakui adanya "intensitas emosi" baru antara dokter dan pasien.