Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Lebanon Perangi Korupsi, Jaminan yang Diharapkan Komunitas Internasional

Kompas.com - 13/08/2020, 05:42 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

BEIRUT, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas mengatakan Lebanon membutuhkan reformasi pemerintahan yang bersih dari korupsi, jika ingin mendapatkan dana investasi dari komunitas internasional.

Maas mengatakan itu pada Rabu (12/8/2020), saat mengunjungi daerah sekitar terjadinya ledakan dahsyat yang membuat kemunduran bagi pemerintahannya, seperti yang dilansir dari Reuters pada hari yang sama.

Ledakan dahsyat yang terjadi pekan lalu di sebuah gudang yang menyimpan bahan yang sangat eksplosif menewaskan sedikitnya 171 orang, melukai sekitar 6.000 orang, dan merusak sebagian kota Mediterania, sehingga memperparah krisis ekonomi dan keuangan yang dalam.

Baca juga: Perawat Pahlawan Ini Kisahkan Momen Selamatkan 3 Bayi dari Ledakan Lebanon

“Komunitas internasional siap berinvestasi, tetapi membutuhkan sekuritas untuk investasi ini. Penting untuk memiliki pemerintahan yang memerangi korupsi," ujar Maas.

Ia menambahkan bahwa banyak orang di Eropa yang tertarik dengan negara ini, tapi mereka ingin tahu bahwa ada reformasi ekonomi dan pemerintahan yang baik.

Presiden Lebanon, Michel Aoun telah menjanjikan penyelidikan yang cepat dan transparan terhadap ledakan di sebuah gudang, tempat di mana pihak berwenang mengatakan lebih dari 2.000 ton amonium nitrat tersimpan selama 6 tahun tanpa tindakan pengamanan.

Baca juga: Ledakan Lebanon, di Mana Negara Lain Menyimpan Amonium Nitrat?

Aoun mengatakan penyelidikan akan membuktikan apakah itu kelalaian, kecelakaan atau faktor eksternal.

Reuters melaporkan bahwa Aoun dan Diab telah diperingatkan pada Juli tentang gudang amonium nitrat, menurut dokumen dan sumber keamanan senior.

Kepresidenan mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Rabu lalu, bahwa segera setelah Aoun menerima laporan keamanan negara tentang amonium nitrat pada 20 Juli, konsultan militer presiden menginstruksikan sekretaris jenderal Dewan Pertahanan Tertinggi untuk "melakukan yang diperlukan".

Baca juga: Sepekan Setelah Ledakan Dahsyat di Lebanon, Menyisakan Trauma pada Anak-anak

Sementara itu, protes telah meletus, yang mana para warga Lebanon menyerukan penghapusan kelas penguasa yang mereka anggap bertanggung jawab atas kesengsaraan negara.

Krisis keuangan telah merusak mata uang, melumpuhkan bank dan membuat harga barang-barang melonjak.

Duduk di tengah puing-puing, Lebanon seorang warga meretapi nasibnya yang mengatakan negara tidak bertanggung jawab terhadap mereka.

Baca juga: Kronologi 10 Bulan Krisis Lebanon: Ekonomi Kolaps, Demo Besar, dan Mundurnya Para Menteri

“Siapa yang tahu apa yang akan terjadi. Bagaimana bisnis kami akan kembali," kata Antoinne Matta, 74 tahun yang brankas dan kunci tokonya rusak parah akibat ledakan, serta 5 orang karyawannya terluka.

Bantuan kemanusiaan internasional telah mengalir masuk ke Lebanon, tetapi negara-negara asing telah menjelaskan bahwa mereka tidak akan menulis cek kosong kepada negara yang dipandang oleh rakyatnya sendiri sebagai negara yang sangat korup.

Para donor sedang mengupayakan diberlakukannya reformasi yang telah lama dituntut dengan imbalan bantuan keuangan untuk menarik Lebanon dari kehancuran ekonomi.

Konferensi donor darurat dari komunitas internasional untuk Lebanon menaikkan janji bantuan hampir 298 juta dollar AS (Rp 4,4 triliun) untuk bantuan kemanusiaan segera.

Maas memberikan cek senilai lebih dari 1 juta euro (Rp 17,4 miliar) kepada Palang Merah Lebanon, bagian dari 20 juta euro (Rp 347,9 miliar) dalam bantuan kemanusiaan dari Jerman untuk Lebanon.

Baca juga: Demo juga Pecah di AS, Tuntut Konjen dan Pemerintah Lebanon Mundur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com