Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaum Bugil dan Swinger Jadi Klaster Penyebaran Covid-19 di Resor Perancis

Kompas.com - 03/09/2020, 16:44 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

PARIS, KOMPAS.com - Bagi banyak warga Eropa yang menyukai gaya hidup bertelanjang alias nudis, dan puluhan ribu pecinta gonta-ganti pasangan seksual (swinger) di antara mereka, Cap d'Agde menjadi tujuan untuk menikmati musim panas. Tapi wabah virus corona di sana telah mengguncang gaya hidup alternatif ini.

Perancis telah mengalami lonjakan penularan, dengan 7.000 orang positif Covid-19 dalam satu hari. Di wilayah selatan Hérault, khususnya Cap d'Agde, jumlah kasus positif tergolong besar.

Rumah bagi resor kaum bugil terbesar di Eropa, fokusnya jelas pada gaya hidup hedonisme.

Baca juga: Hampir 100 Turis Bugil di Pantai Perancis Terinfeksi Virus Corona

Tapi kini, otoritas kesehatan - yang biasa melakukan tes keliling di sekitar desa - telah menemukan 30% dari 800 orang nudis yang diperiksa, positif Covid-19.

"Kami semua tahu kenapa kami di sini"

Dikenal sebagai "desa naturis", resor ini adalah komunitas terpencil dengan puluhan klub swinger dan sauna serta klub malam erotis yang memiliki tempat persembunyian bagi pasangan yang ingin bermesraan jauh dari keramaian atau justru di hadapan orang lain.

Tentu saja, tidak semua nudis adalah swinger - yang bertukar pasangan seksual. Sejumlah pengunjung memilih berkemah di lokasi yang tenang, di seberang pusat desa.

Tapi di Cap d'Agde banyak sekali yang saling silang. "Setiap orang saling berdekatan sepanjang hari, dan tentu saja bugil," kata salah satu pasangan swinger kepada BBC.

"Kami semua tahu kenapa kami di sini. Ada banyak kamp naturis berbasis keluarga yang lebih tradisional di tempat lain di sepanjang pantai, tanpa klub seks."

Pada puncak musim panas, pengunjung yang datang ke desa ini diperkirakan sekitar 45.000 orang per hari. Kebanyakan dari mereka tinggal selama seminggu dengan menyewa tempat penginapan dengan nama-nama, seperti Babylon, Cupid, atau Eden. Ada juga yang disewa mingguan atau harian.

Tapi itu terjadi sebelum pandemi Covid-19.

Baca juga: Kasus Bidan Live Bugil di Medsos, Terancam UU ITE dan Mengaku Cari Uang

Bagaimana wabah mulai terjadi?

Pada akhir Agustus, dua pekerja di sebuah hotel mewah di desa ini dinyatakan positif Covid-19.

Pemilik hotel mengakui, sebuah pesta cabul telah diselenggarakan di teras atap dan aturan jarak sosial sudah tidak ada lagi.

"Kami telah terpukul dua kali," David Masella, manajer dari "desa naturis" menjelaskan.

"Sebanyak 40 persen pengunjung kami adalah orang asing, kebanyakan datang dari Belanda dan Jerman, kemudian Italia dan Inggris."

"Dengan adanya virus, banyak wisatawan langganan datang ke sini, tapi tak mau ke sini tahun ini. Dan kemudian, tentu kami terpukul karena virus ini, tapi mungkin itu tak bisa dihindari.

"Anda harus tahu, dengan 10.000 tempat kemah dan 15.000 ranjang di desa ini sendiri, kepadatan penduduk di sini lebih besar tujuh kali lipat dari kota terdekat, Montpellier."

Baca juga: Ilmuwan Rusia Sebut Pengobatan Covid-19 Buatan China Menjanjikan

Ilustrasi pasangan telanjang alias naturis/nudis.Shutterstock Ilustrasi pasangan telanjang alias naturis/nudis.

Bagaimana respons otoritas lokal

Otoritas kesehatan Perancis mengatakan dari pengujian tes keliling Covid-19, angka positif di Cap d'Agde empat kali lebih tinggi dibandingkan wilayah sekitarnya.

Staf medis menekankan, tak ada satu pun kasus yang mendesak untuk mendapatkan perawatan rumah sakit.

Tentu saja, sebagaimana diterapkan di seluruh wilayah Agde, penggunaan masker adalah wajib - tapi masker dan jarak sosial tidak berlaku bagi mereka yang bertukar pasangan.

Baca juga: Covid-19, dari Azan Viral yang Berbeda Lafal sampai Yerusalem yang Muram Saat Paskah

Saya bertemu dengan dua pasangan yang sedang minum-minum dan empat dari mereka sudah tinggal di sini sepanjang tahun.

Pasangan Jérome dan Nadege, usia pertengahan 40-an, bertemu di klub swinger di Bordeaux beberapa tahun lalu dan tinggal bersama.

"Desa itu telah berubah dalam satu malam, dari wilayah yang magis menjadi wilayah yang tragis," kata Nadège.

"Tentu kami semua sudah mengambil risiko tapi karantina wilayah sangat menyusahkan, dan lama, penting bagi kesehatan kami untuk membiarkannya."

"Kerumunan pemuda lebih banyak ambil risiko"

Allen dan istrinya duduk di depan saya, keduanya bugil, tapi mereka menggunakan pelindung wajah transparan.

Mereka berusia 60an, dan meyakini tak adil rasanya untuk terasing di desa ini.

Baca juga: Reagen, Senjata Pertama Lawan Covid-19 yang Sempat Sulit Didapat

"Di usia kami, tentu saja, kami lebih berhati-hati ke mana kami akan pergi, dan bagaimana berdekatan dengan orang-orang," kata Allen.

"Kerumunan anak muda yang lebih banyak mengambil risiko, tapi tidak hanya di sini. Ada wabah di mana-mana di seluruh negeri, di mana pun ada anak muda berkumpul."

Saat wabah muncul, pemerintah daerah sini, menutup sementara klub-klub dan bar, tempat banyak interaksi fisik.

Satu di antaranya adalah resor Waiki Beach

"Saya telah merumahkan 22 karyawan. Musim telah berakhir," kata direkturnya, Karim Issartel.

"Tentu saja, klub kami dikenal dengan pesta kolam renang yang penuh sesak, dan pihak berwenang mengatakan hal itu tak bisa dilanjutkan."

Tempat hiburan terkenal lainnya di sini bagi komunitas swinger adalah klub malam Le Glamour. Aktivitas tempat hiburan dengan pesta-pesta bugil penuh busa dan mousse dengan 1.000 tubuh yang menggeliat, telah diperintahkan untuk ditutup pada Maret lalu.

Poster-poster iklan di seluruh kota Agde meminta kepada klien mereka untuk bersabar, dan berjanji bahwa Le Glamour akan dibuka kembali.

Baca juga: Ayahnya Meninggal karena Covid-19, Perempuan Wuhan Ini Gugat China

Ilustrasi perempuan yang tengah berjemur tanpa mengenakan penutup payudara.BBC News Ilustrasi perempuan yang tengah berjemur tanpa mengenakan penutup payudara.

"Tak ada satu pun yang ingin bersenang-senang"

Philippe Barreau telah membuka toko busana seksi di desa ini selama 30 tahun, dan sebagai ketua asosiasi dari 120 tempat bisnis di sini, dia sangat murung.

"Keberadaan kami sangat penting bagi perekonomian di sini: 300 dari 800 pekerja di sini telah dirumahkan. Saya kehilangan 80% bisnis saya dan bukan hanya saya yang demikian.

"Sekarang, hanya ada sekitar 5.000 yang tinggal di sini. Pada saat yang bersamaan tahun ini, semestinya ada 25.000 orang. Tak ada satu pun yang ingin bersenang-senang."

Baca juga: Baru Sebulan Menjabat, Menteri Keuangan Thailand Mengundurkan Diri di Tengah Pandemi Covid-19

Tapi dari pasangan swingers yang telah saya temui, mereka mengakui, virus corona tidak sepenuhnya menghentikan aktivitas seksual non-monogami ini.

Beberapa dari mereka mengatakan, bahwa mereka menjadi lebih suka untuk menarik perhatian.

Di pantai, banyak perempuan menggunakan perhiasan rantai pinggang, sementara para pria berparade dengan rambut tubuh yang sudah dicukur.

Banyak dari mereka berusia akhir 50an, dan awal 60an yang terlihat sangat bangga dengan penampilan masing-masing, dan ada juga pasangan yang lebih muda.

Pada malam harinya, banyak menggenakan pakaian untuk pergi ke bar dan restoran terbuka di sepanjang pantai.

Tapi dengan pakaian yang terbuka, seakan ingin menyampaikan "lihatlah aku", sementara sejumlah pasangan mengobrol satu sama lain, terkadang kembali ke apartemen atau berkeliaran ke bukit pasir terdekat.

Sekarang, otoritas setempat mendesak wisatawan yang berencana mengunjungi desa ini untuk menjauh.

Mereka yang akan mengakhiri liburan telah didesak untuk menjalani tes virus corona, sehingga mereka tidak menularkan virus ketika tiba di rumah.

Baca juga: Di Tengah Ketidakpercayaan Warga pada China, Hong Kong Gelar Tes Covid-19 Massal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com