Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Punya Uang Rp 7 Juta, Pasangan Ini Diminta Rumah Sakit Jual Bayi Mereka

Kompas.com - 02/09/2020, 15:10 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Daily Mail

NEW DELHI, KOMPAS.com - Pasangan di India mengklaim, mereka diminta rumah sakit menjual bayi karena tidak punya uang sebesar Rp 7 juta.

Shiv Charan dan istrinya, Babita, berutang 35.000 rupee IRp 7 juta) setelah sang istri melahirkan secara caesar di rumah sakit Agra.

Karena mereka tak punya uang sebesar itu, mengingat pekerjaan Shiv adalah penarik becak, maka mereka diminta rumah sakit menjual bayi mereka.

Baca juga: Kecanduan Narkoba, Pasangan Ini Jual Bayi Mereka Rp 120 Juta

Berdasarkan klaim mereka yang diberitakan Times of India, pihak rumah sakit bersedia "membeli" anak mereka 100.000 rupee (Rp 20,2 juta).

Manajer Seema Gupta kemudian mengklairifikasi dengan menyatakan, pasangan itu "menyerahkan" anak mereka untuk diadopsi, dengan keduanya sudah meneken kesepakatan.

Sebelum Babita melahirkan, suami istri itu disebut sudah mempunyai lima anak, dengan penghasilan Shiv sebagai penarik becak hanyalah 100 rupee (Rp 20.000) per hari.

Keadaan mereka makin sulit setelah pabrik sepatu tempat anak tertua mereka bekerja harus ditutup karena wabah virus corona.

Karena itu ketika rumah sakit menagih biaya persalinan, mereka tidak bisa membayarnya sehingga mereka dipaksa jual bayi mereka.

Dilansir Daily Mail Selasa (1/9/2020), setelah kisah mereka menjadi viral, perempuan berusia 36 tahun itu ingin anaknya kembali.

Baca juga: Selain Alasan Ekonomi, Ibu Ini Jual Bayi Sendiri karena Tak Tahu Siapa Ayahnya

Mereka juga menyatakan, meski rumah sakit mengklaim dokumen penyerahan itu telah rampung, keduanya hanya membubuhkna cap jempol seraya mengaku tak bisa baca dan tulis.

Pejabat kehakiman setempat Prahbu N Singh menuturkan, pihaknya bakal menyelidiki kasus ini dan menjanjikan hukuman jika rumah sakit terbukti bersalah.

Diyakini, anak-anak yang "dibeli" dari orangtua mereka di bangsal persalinan bakal "dijual" ke pasangan yang berniat mengadopsinya.

Aktivis anak menerangkan, dugaan perdagangan bayi tersebut sama sekali tidak memenuhi syarat hukum jika ada orang yang hendak mengadopsinya.

Di "Negeri Bollwyood", ada keluarga yang sudah menunggu lama untuk mempunyai anak, dengan jumlah permintaan adopsi meningkat hingga tujuh banding satu.

Meski begitu, pemerintah India sudah melontarkan peringatan mereka tidak ingin ada kasus perdagangan manusia berkedok "pembelian anak".

Baca juga: Kasus Ibu Jual Bayi Baru Lahir, Awalnya Mengaku Kesulitan Biaya, Ternyata Sudah 2 Kali Jual Anak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com