Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson pada akhir Agustus memohon kepada para orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka jika sekolah dibuka kembali di Inggris.
Dilansir dari Mirror, Johnson menyatakan bahwa risiko penularan Covid-19 kepada anak-anak "sangat kecil".
Johnson sebelumnya dikabarkan terinfeksi virus corona. Dia menyatakan positif terjangkit virus corona melalui video yang diunggah di Twitter pada akhir Maret tepatnya pada 27 Maret.
Gejala yang dialaminya saat itu ringan, sedikit demam, dan batuk yang frekuentif selama 24 jam. Pada 6 April, eks Wali Kota London itu dirawat di rumah sakit, pada hari ke-10-nya mengidap Covid-19.
Sehari berselang, ia dirawat di unit perawatan intensif (ICU) karena kondisinya memburuk. Menteri Luar Negeri Dominic Raab kemudian ditunjuk sebagai PM sementara.
Kondisi Johnson langsung membaik dalam semalam. Ia dikabarkan menerima perawatan oksigen standar, tetapi tidak memakai ventilator.
Pada 12 April, Johnson diizinkan pulang dari rumah sakit dan melanjutkan perawatan di kediaman resminya.
Sky News mengabarkan Johnson dinyatakan negatif virus corona setelah menjalani tes sebelum meninggalkan rumah sakit.
Johson sempat meminta agar seluruh sekolah kembali dibuka pada awal September. Akhirnya, sejumlah sekolah di Inggris kembali dibuka pada awal September ini.
Sementara itu, Partai Buruh memperingatkan bahwa akan ada “kekacauan” karena pemerintah membuat kebijakan pembukaan kembali sekolah dengan risiko yang tidak bisa dianggap remeh.
Bahkan Menteri Pendidikan Inggris Gavin Williamson sempat mengusulkan agar masuk sekolah mungkin akan kembali "diwajibkan" dan bagi keluarga yang tidak mematuhinya mungkin akan mendapat denda.
Hal itu mendapatkan kritikan keras dari Partai buruh. Ketua Partai Buruh Keir Starmer menuduh pemerintah tak becus dalam pembukaan kembali sekolah.
Starmer menambahkan bahwa keputusan tersebut juga "kurang perencanaan" sebagaimana diwartakan oleh Metro.
Presiden Belarus Alexander Lukashenko menyatakan bahwa dia terinfeksi virus corona dengan status tanpa gejala dan berhasil mengalahkannya pada akhir Juli.
Dalam pernyataan yang disampaikan di pertemuan militer, Lukashenko, yang sering meremehkan wabah ini, mengklaim tetap bekerja selama terinfeksi.
"Hari ini, kalian melihat orang yang berhasil selamat dari virus corona," jelas Alexander Lukashenko dilansir BELTA via Deutsche Welle Selasa (28/7/2020).
Presiden Belarus sejak 20 Juli 1994 itu menuturkan, dokternya melaporkan hasil pemeriksaan di mana dia dinyatakan tertular tanpa gejala.
Dia mengatakan bahwa 97 persen populasi bekas pecahan Uni Soviet itu tertular Covid-19 tanpa menunjukkan gejala. "Syukurlah saya bisa melaluinya," klaimnya.
Ketika wabah virus corona itu menghantam Eropa pada April, Lukashenko adalah segelintir dari pemimpin yang meremehkan penyakit tersebut.
Alexander Lukashenko mengklaim, tidak akan ada warganya yang mati karena wabah itu. Dia menegaskan setiap kematian karena kondisi medis seperti penyakit jantung atau diabetes.