Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

'Mereka Menyiksa Gajah-gajah Itu Lalu Meneteskan Air Mata Buaya'

Kompas.com - 16/08/2020, 14:35 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

"Saya sangat terpukul melihat matanya mengeluarkan air mata. Dia menyentuh ujung belalainya, menggosok, dan memijat dirinya sendiri."

Pukulan yang membutakan

Rupanya Lakshmi telah mengambil makanan mahout, sehingga mahout yang marah itu menyerang gajah itu tanpa ampun. Salah satu pukulan dengan bullhook mendarat di matanya dan membutakannya.

"Mata coklat madunya yang indah, yang pernah saya lihat, sekarang menjadi bekas luka yang berwarna putih. Ini hanya satu contoh bagaimana mereka menyalahgunakan dan mengeksploitasi hewan."

Sangita yakin Lakshmi pasti sangat lapar.

"Di kuil mereka tidak memberi makan gajah, karena mereka takut gajah akan buang air besar di dalam kuil."

Sangita mengajukan keluhan dan mahout itu dipecat. Itu memperburuk keadaan Lakshmi.

Baca juga: Ratusan Gajah secara Misterius Mati Massal, Kenapa?

Menjadi zombie

Untuk membuat gajah patuh, pawang mereka memaksa gajah melewati rutinitas yang menyiksa.

Gajah jantan sering menjalani latihan ulang yang kejam selama periode yang disebut masth - yang membuat kadar testosteron mereka meningkat 60 kali lipat.

"Mereka mengikat dan memukuli gajah selama 72 jam atau sampai semangat mereka hancur dan mereka akhirnya mematuhi apa pun yang dikatakan para mahout."

"Mereka seperti zombie. Banyak gajah yang hanya kerangka hidup. Rasanya sangat sulit."

Penangkapan ilegal dan pembiakan paksa

Di negara-negara Buddha seperti Sri Lanka dan Thailand, gajah melakukan tugas keagamaan serupa.

Sangita khawatir permintaan terhadap gajah akan memicu penangkapan ilegal, seperti yang dilaporkan terjadi beberapa tahun lalu di Sri Lanka, dan terjadinya pembiakan paksa.

"Pada dasarnya, seekor gajah betina akan diikat dan seekor gajah jantan akan dipaksa untuk menaikinya. Ini hampir seperti memperkosa seorang perempuan."

Anak gajah yang lahir akan digunakan untuk menghibur wisatawan - mungkin seumur hidupnya.

Thailand tengah menangani praktik ini. Sangita mengatakan upaya Thailand baru-baru ini untuk memindahkan gajah yang ditangkap ke tempat perlindungan layak untuk ditiru.

Sangita telah meraih penghargaan tertinggi untuk perempuan berprestasi dari pemerintah India. Di negara asalnya, reaksinya beragam.

"Beberapa orang menyangkal apa yang terjadi. Lebih mudah untuk menyangkal dari pada menerima bahwa kita telah salah dan mengatakan bahwa kita bersedia memperbaiki kesalahan."

Dia mengatakan otoritas kuil enggan mengirim gajah mereka ke kamp pemulihan, tempat gajah-gajah diberi makanan, perawatan, dan istirahat yang layak.

Suara yang semakin kuat

Dia menghadapi ancaman dari seorang yang mengatakan dirinya adalah pemelihara kebudayaan.

"Saya diintimidasi di media sosial. Kami (aktivis) telah diejek seperti orang gila."

"Tapi jika mereka mengira dapat membungkam kami dengan intimidasi, mereka salah besar. Suara kami semakin kuat dan nyaring."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com