Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demo, Pelajar Thailand Hadapi Militer "Pelahap Maut"

Kompas.com - 13/08/2020, 18:09 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Namun, bukannya sepakat, anak muda Thailand justru turun ke jalan, menyerukan reformasi demokratis.

Di Monumen Demokrasi di Bangkok minggu lalu, anak-anak muda berkumpul dengan pakaian Harry Potter yang aneh dan tidak mengancam.

Baca juga: Salah Sebut Thailand sebagai Thighland, Trump Diejek di Internet

 

Beberapa mencengkeram sumpit atau tongkat (sihir), mereka mengayunkan 'tongkat sihir' mereka untuk menuntut militer berhenti mencampuri politik dan masyarakat.

"Thailand telah didominasi oleh kekuatan gelap para 'Pelahap Maut'," demikian bunyi pernyataan dari kelompok pelajar yang mengorganisir protes.

Istilah 'Pelahap Maut' merujuk pada karakter yang ada di serial buku dan film Harry Potter karya J.K. Rowling.

"Sekarang saatnya bagi para penyihir dan muggle menuntut demokrasi, keluar dan bergabung untuk melindungi hak, kebebasan dan persaudaraan dan merebut kembali kekuasaan ke tangan rakyat."

Para pengunjuk rasa mengangkat tangan memberi salam tiga jari untuk menentang seperti adegan di film Hunger Games, sebuah gerakan yang dilarang oleh junta yang mengatur kudeta terakhir.

"Mungkin generasi yang lebih tua tidak mengerti bahwa hak dan kebebasan mereka telah dirampas dari mereka, tapi kami mengerti," kata Benjamaporn. "Mereka tidak berhak menyentuh rambut di kepala kita."

Cengkeraman militer terhadap masyarakat telah berlangsung beberapa generasi di Thailand, aturan potong rambut yang dikeluarkan sekolah, misalnya, diberlakukan pada 1972, ketika negara itu dipimpin oleh seorang marshal lapangan yang didukung AS.

Baca juga: Komedian Kritis Thailand Diculik di Tengah Hari Bolong di Kamboja

"Dalam niat pemerintah militer, pelajar yang ideal, seperti warga negara, harus cenderung pasif," kata Dr Giuseppe Bolotta, asisten profesor penelitian antropologi di Universitas Durham di Inggris yang mempelajari Thailand.

Tujuannya, katanya, adalah agar kaum muda "menunjukkan kesetiaan dan ketaatan mutlak dan siap berkorban demi bangsa dan dewa-dewa pelindungnya: monarki, Buddha, dan tentara".

Bahkan saat ini, pelanggaran seperti mengenakan kaus kaki yang cenderung berwarna putih gading atau kulit telur daripada putih polos, dapat membuat siswa dicambuk, meskipun ada larangan hukuman fisik di sekolah. Dan wajib militer tetap menjadi fakta kehidupan laki-laki yang berusia muda.

"Nilai-nilai militer adalah untuk tidak mempertanyakan dan mengikuti perintah secara kolektif," kata Netiwit Chotiphatphaisal, presiden serikat mahasiswa ilmu politik di Universitas Chulalongkorn di Bangkok.

"Ini diberlakukan di sekolah-sekolah Thailand, di mana para guru mengatakan kami harus patuh. Karena sudah berlangsung lama, kami pikir ini normal, sehingga pemerintah juga harus dipatuhi."

Baca juga: Demonstrasi Pecah di Thailand, Tuntut Pemerintah Mundur

Pada Mei, setelah protes oleh Benjamaporn dan lainnya, kementerian pendidikan melonggarkan aturan tentang gaya potong rambut para pelajar.

Meskipun pengeritingan rambut dan rambut diwarnai masih dianggap tabu, masing-masing sekolah sekarang dapat memutuskan gaya potongan rambut mereka. Tetapi banyak sekolah, terutama di daerah pedesaan, tetap mempertahankan tradisi lama.

Di beberapa sekolah, pelajar masih dipaksa bersujud di hadapan guru pada saat upacara khusus.

Pertunjukan rasa hormat seperti itu adalah kebiasaan di hadapan raja Thailand. Ketika perdana menteri membentuk pemerintahan dan pantas bertemu dengan raja, misalnya, mereka merangkak di lantai dan mengintip takhta dari posisi tengkurap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com