Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Bangkai Kapal Korea Utara Pembawa Mayat di Perairan Jepang

Kompas.com - 26/07/2020, 14:04 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Daily Mail

TOKYO, KOMPAS.com - Di Jepang ditemukan banyak bangkai kapal misterius yang sering disebut sebagai "kapal hantu", dari Korea Utara yang hanyut tersapu ke perairan Jepang. Hasil identifikasi menyebutkan bahwa kapal-kapal tersebut adalah kapal penangkapan ikan "gelap".

Mulai pada 2017 ditemukan lebih dari 100 kapal Korea Utara mendarat di pantai Jepang dengan 35 mayat di dalamnya, dan sejak saat itu lebih banyak lagi kapal serupa ditemukan di sana.

Pada saat itu, penjaga pantai Jepang mengira kapal-kapal itu hanyut dan tersapu ke perairan Jepang karena cuaca buruk dan kondisi gelombang laut yang tinggi di perairan itu.

Baca juga: Sebanyak 110 Kontainer Limbah Beracun Dibuang Secara Ilegal di Malaysia

Melansir Daily Mail pada Jumat (25/7/2020), Global Fishing Watch menggunakan teknologi satelit untuk menganalisis lalu lintas laut di laut Asia timur laut pada 2017 dan 2018, dan menemukan ratusan kapal penangkapan ikan China berlayar di perairan Korea Utara.

Kapal China tampaknya memancing di sana secara ilegal, yang mendorong kapal-kapal Korea Utara yang tidak memiliki perlengkapan yang baik untuk melakukan pelayaran jarak jauh serupa di perairan yang memiliki gelombang tinggi, yaitu dari pantai Korea Utara ke perairan Rusia dan Jepang.

Berdasarkan hukum internasional, penangkapan ikan di Korea Utara adalah pelanggaran, tapi tampaknya tidak membuat gentar para penangkap ikan dari China.

Baca juga: Nasib Tragis Jutaan TKI Ilegal di Malaysia saat Pandemi, KBRI Kuala Lumpur Disorot

Laporan Global Fishing Watch, kapal China ditemukan di perairan Korea Utara pada 2017 sebanyak 900 dan pada 2018 sebanyak 700.

LSM ini mengatakan kapal-kapal China tersebut bisa menangkap lebih dari 160.000 metrik ton cumi terbang Pasifik yang berharga pada 2017 dan 2018, yang nilainya bisa mencapai lebih dari 440 juta dollar AS (Rp 6,4 triliun).

Jumlah tangkapan dari Korea Utara itu akan lebih dari jumlah gabungan tangkapan yang bisa dihasilkan di Korea Selatan dan Jepang, selama periode yang sama.

Baca juga: Nasib PRT Indonesia Ilegal di China, Tak Digaji hingga Punya 2 Anak

Seorang ilmuwan data senior di Global Fishing Watch dan penulis utama studi ini, Jaeyoon Park, mengatakan kepada CNN bahwa kapal-kapal Korea Utara yang hanyut itu berukuran 'sekitar sepertiga ukuran seluruh armada penangkapan ikan jarak jauh milik China.'

Menurut Park, penangkapan ikan di Korea Utara yang dilakukan China adalah kasus penangkapan ikan ilegal terbesar yang diketahui dilakukan oleh kapal-kapal yang berasal dari satu negara yang beroperasi di perairan negara lain.

Baca juga: AS Sebut China telah Melakukan Kegiatan Ilegal di Laut China Selatan

Kemudian, ia mengatakan terlalu berbahaya bagi para penangkap ikan Korea Utara untuk berlayar di perairan yang sama dengan kapal pukat China.

Itu sebabnya kapal mereka hanyut terdorong gelombang menuju perairan di Rusia dan Jepang, yang bisa menjelaskan mengapa beberapa kapal Korea Utara yang rusak muncul di pantai Jepang.

Para ahli yang bekerja pada penelitian ini, yang diterbitkan pada Rabu (22/7/2020) dapat melacak kapal menggunakan teknologi yang sekarang tersedia.

Baca juga: PBB: Pembunuhan Soleimani merupakan Tindakan Ilegal

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com