KOMPAS.com - Upacara untuk menandai peringatan 25 tahun pembantaian Srebrenica, di mana lebih dari 8.000 pria dewasa dan anak laki-laki Muslim Bosnia dibunuh, akan dihadiri lebih sedikit orang karena pandemi virus corona.
Jumlah orang yang menghadiri upacara di Srebrenica biasanya mencapai puluhan ribu, tetapi acara tahun ini akan lebih kecil karena kebijakan karantina wilayah.
Akan ada layanan pemakaman untuk tujuh korban pembantaian yang baru-baru ini diidentifikasi.
"Semua yang ingin pergi akan diangkut, besar dan kecil, muda dan tua. Jangan takut ... Tidak ada yang akan membahayakanmu."
Pada tanggal 11 Juli 1995, unit-unit pasukan Serbia Bosnia merebut kota Srebrenica di Bosnia-Herzegovina.
Baca juga: Genosida di Srebrenica: Tentara Belanda Biarkan 300 Muslim Dibantai
Dalam waktu kurang dari dua minggu, pasukan mereka secara sistematis membunuh lebih dari 8.000 Bosniaks (umat Muslim Bosnia) - pembunuhan massal terburuk di tanah Eropa sejak akhir Perang Dunia Kedua.
Ratko Mladic, komandan unit Serbia Bosnia, mengatakan kepada warga sipil yang ketakutan untuk tidak takut ketika pasukannya memulai pembantaian. Mereka tidak berhenti selama 10 hari.
Pasukan penjaga perdamaian PBB yang memegang senjata ringan, yang ada di wilayah yang dinyatakan sebagai "daerah aman" PBB, tidak melakukan apa-apa ketika kekerasan berkobar di sekitar mereka.
Mantan Sekretaris Jenderal Kofi Annan kemudian menyatakan, "Tragedi Srebrenica akan selamanya menghantui sejarah PBB."
Baca juga: Terpidana Kasus Pembantaian Srebrenica Hadapi Putusan Banding
Pembantaian itu adalah bagian dari genosida yang dilakukan terhadap umat Muslim oleh pasukan Serbia Bosnia selama Perang Bosnia, salah satu dari beberapa konflik yang terjadi pada 1990-an ketika Yugoslavia bubar.
Republik Sosialis Bosnia dan Herzegovina - yang ketika itu adalah bagian dari Yugoslavia - adalah wilayah multi-etnis Bosniak Muslim, Serbia Ortodoks dan Kroasia Katolik.
Bosnia-Herzegovina mendeklarasikan kemerdekaannya pada 1992 setelah referendum, dan diakui tidak lama kemudian oleh pemerintah AS dan Eropa.
Tetapi kelompok Serbia Bosnia memboikot referendum. Segera setelah itu pasukan Serbia Bosnia - didukung oleh pemerintah Serbia - menyerang negara yang baru terbentuk.
Mereka mulai mengeluarkan Bosniaks dari wilayah itu untuk menciptakan "Serbia Raya" - kebijakan yang dikenal sebagai pembersihan etnis.
Baca juga: Hadiri Peringatan Pembantaian Srebrenica, PM Serbia Dilempari Batu
Orang-orang Bosniak, yang sebagian besar adalah Muslim, adalah keturunan dari Slavia Bosnia yang menganut Islam di bawah pemerintahan Turki Ottoman pada Abad Pertengahan.