Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembantaian Muslim di Srebrenica, Kuburan Massal Baru Masih Ditemukan

Kompas.com - 12/07/2020, 07:33 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

 

KOMPAS.com - Upacara untuk menandai peringatan 25 tahun pembantaian Srebrenica, di mana lebih dari 8.000 pria dewasa dan anak laki-laki Muslim Bosnia dibunuh, akan dihadiri lebih sedikit orang karena pandemi virus corona.

Jumlah orang yang menghadiri upacara di Srebrenica biasanya mencapai puluhan ribu, tetapi acara tahun ini akan lebih kecil karena kebijakan karantina wilayah.

Akan ada layanan pemakaman untuk tujuh korban pembantaian yang baru-baru ini diidentifikasi.

'Diminta jangan takut'

"Semua yang ingin pergi akan diangkut, besar dan kecil, muda dan tua. Jangan takut ... Tidak ada yang akan membahayakanmu."

Pada tanggal 11 Juli 1995, unit-unit pasukan Serbia Bosnia merebut kota Srebrenica di Bosnia-Herzegovina.

Baca juga: Genosida di Srebrenica: Tentara Belanda Biarkan 300 Muslim Dibantai

Dalam waktu kurang dari dua minggu, pasukan mereka secara sistematis membunuh lebih dari 8.000 Bosniaks (umat Muslim Bosnia) - pembunuhan massal terburuk di tanah Eropa sejak akhir Perang Dunia Kedua.

Ratko Mladic, komandan unit Serbia Bosnia, mengatakan kepada warga sipil yang ketakutan untuk tidak takut ketika pasukannya memulai pembantaian. Mereka tidak berhenti selama 10 hari.

Pasukan penjaga perdamaian PBB yang memegang senjata ringan, yang ada di wilayah yang dinyatakan sebagai "daerah aman" PBB, tidak melakukan apa-apa ketika kekerasan berkobar di sekitar mereka.

Mantan Sekretaris Jenderal Kofi Annan kemudian menyatakan, "Tragedi Srebrenica akan selamanya menghantui sejarah PBB."

Baca juga: Terpidana Kasus Pembantaian Srebrenica Hadapi Putusan Banding

Pembantaian itu adalah bagian dari genosida yang dilakukan terhadap umat Muslim oleh pasukan Serbia Bosnia selama Perang Bosnia, salah satu dari beberapa konflik yang terjadi pada 1990-an ketika Yugoslavia bubar.

Republik Sosialis Bosnia dan Herzegovina - yang ketika itu adalah bagian dari Yugoslavia - adalah wilayah multi-etnis Bosniak Muslim, Serbia Ortodoks dan Kroasia Katolik.

Bosnia-Herzegovina mendeklarasikan kemerdekaannya pada 1992 setelah referendum, dan diakui tidak lama kemudian oleh pemerintah AS dan Eropa.

Tetapi kelompok Serbia Bosnia memboikot referendum. Segera setelah itu pasukan Serbia Bosnia - didukung oleh pemerintah Serbia - menyerang negara yang baru terbentuk.

Mereka mulai mengeluarkan Bosniaks dari wilayah itu untuk menciptakan "Serbia Raya" - kebijakan yang dikenal sebagai pembersihan etnis.

Baca juga: Hadiri Peringatan Pembantaian Srebrenica, PM Serbia Dilempari Batu

Orang-orang Bosniak, yang sebagian besar adalah Muslim, adalah keturunan dari Slavia Bosnia yang menganut Islam di bawah pemerintahan Turki Ottoman pada Abad Pertengahan.

Pasukan Serbia Bosnia merebut Srebrenica pada tahun 1992 tetapi wilayah itu segera diambil kembali oleh tentara Bosnia. Pengepungan pun dan bentrokan antara kedua belah pihak pun terjadi.

Pada April 1993, Dewan Keamanan PBB menyatakan kantong itu merupakan "daerah aman ... bebas dari serangan bersenjata atau tindakan permusuhan lainnya".

Namun pengepungan berlanjut. Persediaan makanan hampir habis untuk warga sipil dan untuk pasukan tentara Belanda yang ikut beroperasi sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB. Penduduk Bosniak mulai mati kelaparan.

Pada 6 Juli 1995, pasukan Serbia Bosnia menyerang Srebrenica. Pasukan PBB menyerah atau mundur ke kota, dan serangan udara NATO, yang dipanggil untuk membantu, tidak berbuat banyak untuk meredakan serangan.

Baca juga: Kepolisian Serbia Tangkap 7 Tersangka Pelaku Pembantaian Srebrenica

Wilayah itu jatuh dalam lima hari. Jenderal Mladic berjalan dengan penuh kemenangan melintasi kota bersama para jenderal lainnya. Sekitar 20.000 pengungsi melarikan diri ke pangkalan utama tentara PBB.

Pembunuhan dimulai pada hari berikutnya.

Ketika para pengungsi Muslim naik bus untuk menyelamatkan diri, pasukan Serbia Bosnia memisahkan pria dewasa dan anak laki-laki dari kerumunan dan membawa mereka pergi untuk ditembak.

Ribuan orang dieksekusi dan kemudian didorong ke kuburan massal dengan buldoser.

Laporan menunjukkan beberapa dikubur hidup-hidup, sementara beberapa orang dewasa dipaksa untuk menonton anak-anak mereka dibunuh.

Sementara itu, perempuan dan anak perempuan dikeluarkan dari antrian pengungsi dan diperkosa. Saksi mata berbicara tentang jalanan yang dipenuhi mayat.

Tentara Belanda yang tidak bersenjata lengkap menyaksikan agresi Serbia, namun tidak melakukan apa-apa. Mereka juga menyerahkan 5.000 Muslim Bosnia yang berlindung di pangkalan mereka ke pasukan militer Serbia Bosnia.

Pengadilan PBB di Den Haag yang menyelidiki peristiwa itu mengungkapkan rencana besar yang berujung pada pembantaian itu.

Baca juga: Dua Terdakwa Kasus Pembantaian Srebrenica Dipenjara Seumur Hidup

"Sebuah upaya terpadu dilakukan untuk menangkap semua pria Muslim yang sudah mencapai usia militer," sebagaimana disebut dalam putusan terhadap komandan Serbia Bosnia.

Bus-bus yang membawa perempuan dan anak-anak secara sistematis mencari laki-laki, dan seringkali pasukan mengambil anak laki-laki dan lelaki tua yang tidak memenuhi syarat untuk bertugas di militer.

Efek dari pembantaian itu masih bergema sampai hari ini.

Kuburan massal baru dan tubuh korban masih ditemukan, 25 tahun setelah genosida.

Sebuah laporan tahun 2002 menyalahkan pemerintah Belanda dan pejabat militer terkait karena gagal mencegah pembunuhan. Seluruh bagian pemerintah mengundurkan diri setelah laporan itu keluar.

Pada 2019, mahkamah agung negara itu menguatkan putusan bahwa Belanda ikut bertanggung jawab atas 350 kematian di Srebrenica.

Baca juga: Belanda Bayar Kompensasi untuk Keluarga Korban Pembantaian Srebrenica

Pada 2017, pengadilan PBB di Den Haag menghukum Mladic atas genosida dan kekejaman lainnya. Ia bersembunyi setelah berakhirnya perang pada tahun 1995 dan tidak ditemukan sampai 2011.

Saat itu, ia diketahui berada di rumah sepupunya di Serbia utara.

Serbia sudah meminta maaf atas kejahatan tersebut tetapi masih menolak untuk menerima bahwa itu adalah genosida.

Semua gambar dilindungi hak cipta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com