JENEWA, KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, laporan kasus infeksi virus pertama kali dilaporkan oleh cabang WHO di China, dan bukan dari Pemerintah China itu sendiri.
Kasus infeksi virus corona pertama kali dikabarkan terjadi di Wuhan, Provinsi Hubei, China, pada akhir 2019.
Dilansir AFP, badan kesehatan PBB itu telah dituduh Amerika Serikat (AS) gagal dalam menginformasikan wabah virus corona dan dianggap terlalu percaya diri terhadap Beijing.
Baca juga: Korban Meninggal Covid-19 Lebih dari 500.000, WHO: Wabah Belum Berakhir
Pada 9 April lalu, WHO memublikasikan kronologi komunikasi beruntun, sebagian merupakan respons terhadap kritik awal tanggapan wabah yang kini telah merenggut lebih dari 520.000 jiwa di dunia.
Dalam kronologi komunikasi itu, WHO hanya mengatakan bahwa Komisi Kesehatan kota Wuhan di Provinsi Hubei pada 31 Desember hanya memiliki kasus pneumonia.
Namun, badan kesehatan PBB itu tidak memberitahu siapa yang menginformasikan berita tersebut.
Baca juga: WHO: Hati-hati, Wabah Covid-19 Kembali Meningkat Cepat
Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi persnya 20 April lalu mengatakan, laporan pertama datang dari China tanpa memperjelas apakah laporan itu dikirim oleh Otoritas China ataukah dari sumber lain.
Namun, kronologi baru yang dipublikasikan pekan ini oleh lembaga yang bermarkas di Jenewa itu menawarkan lebih banyak versi detail terkait runtutan peristiwa-peristiwa tersebut.
Versi itu mengindikasikan bahwa cabang WHO di China pada 31 Desember lalu mencatat laporan "virus pneumonia" setelah menemukan pengumuman dari media di situs web Komisi Kesehatan Wuhan terkait isu tersebut.
Baca juga: Beijing Alami 27 Kasus Domestik Baru Covid-19, WHO Khawatir
Pada hari yang sama, layanan informasi wabah WHO mengambil laporan berita lain yang dikirim oleh jaringan pengawasan wabah internasional ProMed.
Jaringan tersebut berbasis di AS, yang melaporkan tentang kelompok kasus pneumonia serupa dari penyebab yang tidak diketahui di Wuhan.
Setelah itu, WHO menanyakan kepada Otoritas China terkait kasus ini dalam dua hari yang berbeda, yakni pada 1 dan 2 Januari silam. Otoritas China kemudian mengabarkan pada 3 Januari silam.
Baca juga: WHO: Virus Corona Tidak Bermutasi Menjadi Lebih Berbahaya
Direktur darurat WHO Michael Ryan mengatakan pada konferensi pers pada Jumat bahwa setiap negara mempunyai waktu 24-48 jam untuk secara resmi memverifikasi suatu peristiwa dan memberikan informasi tambahan tentang sifat atau penyebab peristiwa yang terjadi kepada WHO.
Ryan menambahkan bahwa Otoritas China segera menghubungi WHO setelah badan kesehatan internasional itu meminta China untuk memverifikasi laporan.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan bahwa negaranya sebagai kontributor finansial terbesar WHO memotong pendanaan terhadap badan kesehatan tersebut.
Hal itu dilakukan setelah Trump menuduh WHO terlalu "dekat" dengan China dan gagal dalam menangani wabah virus corona.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.