Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS-Iran Akan Bertemu untuk Bahas Kesepakatan Nuklir

Kompas.com - 30/06/2020, 18:46 WIB
Danur Lambang Pristiandaru,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo dan Menlu Iran Mohammed Javad zarif dijadwalkan akan bertemu pada pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Selasa (30/6/2020).

Pertemuan tersebut akan membahas kesepakatan nuklir Iran 2015 seperti yang dilansir dari kantor berita AFP .

Pertemuan itu dijadwalkan oleh badan paling kuat di PBB sehari setelah Iran mengeluarkan surat perintah penangkapan Presiden AS Donald J Trump.

Iran juga meminta bantuan interpol untuk menangkap Trump karena bertanggung jawab atas serangan pesawat nirawak yang menyebabkan kematiak seorang jenderal terkemuka, Qasem Soleimani.

Trump yang tidak takut ditangkap oleh Interpol lantas merespons tidak akan mempertimbangkan permintaan Iran.

Baca juga: Korut ke AS: Hanya Nuklir yang Bisa Mengalahkan Nuklir

Aksi Iran tersebut tajk pelak semakin meningkatkan ketegangan antara Iran dan AS sejak Trump secara sepihak menarik AS dari perjanjian nuklir tersebut pada 2018 dan menerapkan sanksi kembali terhadap Iran.

Lima negara lain yang menandatangani perjanjian nuklir yakni Rusia, Cina, Inggris, Perancis, dan Jerman, tetap memiliki komitmen.

Mereka berpendapat perjanjian tersebut adalah kunci agar Badan Energi Atom kembali melanjutkan inspeksinya dan mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.

Masalah utama yang akan mereka bahas akan menjadi ketentuan dalam rsebuah resolusi yang menyetujui kesepakatan nuklir yang menyerukan pencabutan embargo senjata PBB terhadap Iran pada pertengahan Oktober.

Sementara dalam pemerintahan Trump sendiri menentang keras pencabutan embargo senjata.

Baca juga: China Punya 320 Senjata Nuklir, Korea Utara 30-40

Dalam sebuah laporan bulan ini, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres mengatakan PBB telah menentukan bahwa beberapa barang yang disita oleh AS dari pengiriman senjata bersumber dari Iran.

Dia juga mengatakan beberapa barang yang disita AS pada November 2019 dan Februari 2020 "identik atau serupa" dengan yang ditemukan pada puing-puing bekas serangan terhadap instalasi minyak di Arab Saudi. 

Instalasi minyak tersebut diserang oleh rudal jelajah dan pesawat nirawak pada 2019.

Pemerintahan Trump diharapkan mendapatkan temuan agar dapat menyatakan bahwa Iran tidak dapat dipercaya dan embargo harus diperpanjang.

Amerika juga membahas dukungan Iran terhadap proksinya di Timur Tengah bersamaan dengan temuan pengawar nuklir PBB bahwa Iran telah melanggar perjanjian tersebut.

Oleh karenanya, Negeri "Uncle Sam" akan menuntuk diberlakukannya kembali semua sanksi PBB terhadap Iran.

Baca juga: AS Berencana Uji Coba Nuklir Lagi sejak 1992

AS telah mengedarkan rancangan untuk Dewan Keamanan PBB agar memperpanjang embargo senjata kepada Iran hingga batas waktu yang tidak ditentukan.

Iran dengan keras mengecam upaya AS dan mengatakan embargo harus dicabut sepenuhnya sesuai jadwal dan bahwa setiap pelanggaran kesepakatan itu karena As menarik diri dari perjanjian sanksi yang dikenakan terhadap Iran. 

Duta Besar Iran untuk PBB, Majid Ravanchi, mengatakan bahwa ia yakin rencana resolusi AS untuk memperpanjang embargo senjata terhadap akan dikalahkan.

Dia memperingatkan bahwa hal tersebut akan menjadi "kesalahan yang sangat besar" jika AS mencoba menjatuhkan sanksi kembali.

Baca juga: Kim Jong Un Pimpin Rapat Peningkatan Pencegahan Perang Nuklir

Ravanchi mengatakan penjatuhan sanksi dari PBB akan mengakhiri kesepakatan nuklir 2015 dan membebaskan Iran dari semua komitmen yang mengikatnya.

"Jika hal itu sampai terjadi, Iran tidak memiliki kendala atas apa semua tindakan yang harus diambil. Semua opsi untuk Iran akan terbuka," ujarnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com