Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Opini Politisi Republik Picu Kegaduhan, Editor New York Times Mundur

Kompas.com - 08/06/2020, 18:34 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Editor opini New York Times mengundurkan diri, setelah ulasan dari politisi Republik mengenai pengerahan militer menimbulkan kegaduhan.

James Bennet mundur setelah artikel yang ditulis Senator Tom Cotton, Send in the Troops, berdampak pada perdebatan di ruang redaksi.

Opini itu berisi dukungan bagi Presiden Donald Trump, yang mengancam bakal mengerahkan militer untuk meredam kerusuhan dalam demo George Floyd.

Baca juga: Media AS New York Times Tampilkan Nama Korban Meninggal Covid-19 di Halaman Depan

Awalnya, New York Times mempertahankan penerbitan artikel itu, sebelum akhirnya memberikan pengakuan opini itu "tak memenuhi standar" mereka.

Perubahan posisi itu terjadi setelah editorial yang diterbitkan Rabu pekan lalu (3/6/2020) menuai protes baik dari staf maupun publik.

Bahkan, sejumlah jurnalis The Times memutuskan untuk tidak masuk kerja keesokan harinya (4/6/2020) sebagai bentuk protes.

Bennet, yang menjadi editor opini sejak 2016, mengakui dia sama sekali tidak membaca tulisan dari Cotton sebelum diterbitkan.

Dilansir BBC Senin (8/6/2020), politisi Republik itu menulis perlunya menggunakan "kekuatan hebat" untuk menghalau massa yang disebutnya "perusuh".

Publikasi itu muncul di tengah gerakan yang dilakukan ratusan ribu orang di seluruh AS, memprotes rasialisme dan kebrutalan polisi.

Aksi itu muncul setelah George Floyd, seorang pria Afro-Amerika tewas karena lehernya ditindih polisi kulit putih di Minneapolis, 25 Mei lalu.

Baca juga: Media AS New York Times Soroti Pabrik Tahu di Indonesia yang Gunakan Plastik sebagai Bahan Bakar

Lebih dari 800 pegawai harian berusia 168 tahun itu menandatangani petisi, berisi kecaman atas artikel yang mereka anggap misinformasi.

"Sebagai perempuan kulit hitam, sebagai jurnalis, saya malu kami sampai mengeluarkan ini," kata Nikole Hannah-Jones, penerima Penghargaan Pulitzer, di Twitter.

Dalam sebuah catatan kepada staf Minggu (7/6/2020), AG Sulzberger selaku bos The Times mengatakan, terdapat gangguna signifikan sejak publikasi itu muncul.

"Meski bukan yang pertama kami alami dalam beberapa tahun terakhir," tulisnya. Sulzberger menyebut Bennet mundur setelah setuju "perlunya tim baru untuk memimpin departemen".

Meski begitu, surat tersebut sama sekali tidak menyebutkan mengenai ulasan yang dibuat Cotton, senator yang mengabdi pada konstituen Arkansas.

Dalam pembelaannya, salah saut harian terkemuka AS itu menerangkan mereka harus mengakomodasi sudut pandang lain sehingga memilih tulisan Cotton.

Baca juga: Masuk Media AS New York Times, Informasi Sutopo Disebut Dinanti Warga Indonesia

Namun, dalam sebuah catatan panjang yang ditambahkan ke editorial Jumat (5/6/2020), mereka mengakui tulisan itu harusnya tidak terbit.

Dikatakan bahwa proses penyuntingan tulisan sang senator terjadi secara terburu-buru dan cacat, sehingga tak memerhatikan fakta yang ada.

Seperti misalnya Cotton yang mengulas peran "kader sayap kiri radikal seperti Antifa (anti-fasis)" dalam demonstrasi tersebut.

Padahal dalam kenyataannya, tuduhan itu belum dibuktikan dan secara luas telah menimbulkan tanggapan yang keliru di publik.

Harian itu juga menjelaskan, pernyataan Cotton bahwa polisi "menanggung beban" kekerasan di sejumlah kota haruslah mendapat sanggahan.

Surel yang diberikan Sulzberger mengumumkan, Jim Dao, yang bertindak sebagai wakil Bennet, bakal dipindahkan ke kanal lain.

Sementara Katie Kingsbury akan bertindak sebagai editor opini sementara koran yang dulunya bernama New-York Daily Times tersebut.

Baca juga: Hope, Induk Orangutan yang Diberondong 74 Peluru, di Sampul Depan The New York Times

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com