LONDON, KOMPAS.com - Inggris Raya melakukan perubahan data Covid-19 pada Selasa (26/5/2020), dengan turut mencantumkan kematian "yang terkait" virus corona.
Dengan revisi ini, jumlah korban meninggal meningkat jadi 46.000, naik drastis dari angka sebelumnya yakni 36.914.
Sebelumnya, korban meninggal yang dirilis di Inggris Raya hanya mencakup kematian yang telah dikonfirmasi positif virus corona.
Baca juga: Azan Diizinkan Selama Ramadhan, Dewan Masjid di Inggris Berharap Seterusnya
Lalu Kantor Statistik Nasional (ONS) melakukan studi terpisah, dengan menghitung semua kematian baik dengan dugaan Covid-19 atau yang sudah tercantum positif Covid-19 di sertifikat kematian.
Kantor berita AFP mengabarkan, angka sekitar 46.000 itu adalah gabungan di Inggris, Wales, Irlandia Utara, dan Skotlandia.
Ini berarti jumlah kematian yang terkait dengan virus corona di Inggris Raya semakin banyak, walaupun tren mingguan menunjukkan perlambatan dalam penyebaran virus.
Baca juga: Sinar Putih Bergerak Cepat Diduga UFO Muncul di Inggris, Publik Geger
Negara-negara lainnya juga terus memperbarui jumlah kematian warga mereka dari penyakit baru ini.
Spanyol pada Senin (25/5/2020) merevisi jumlah korbannya menjadi 26.834, dengan penurunan 2.000 kematian.
Perubahan ini terjadi karena petugas di Negeri "Matador" beralih ke sistem pengumpulan data baru, yang menemukan bahwa beberapa kematian dihitung dua kali.
Baca juga: New Normal Spanyol, Madrid dan Barcelona Bergembira Bersama Rayakan Akhir Lockdown
Akan tetapi sebagian besar negara yakin bahwa jumlah resmi yang mereka rilis adalah angka yang sebenarnya.
Italia pada awal Mei menemukan ada hampir 11.700 kematian yang tidak terhitung di rumah sakit, panti jompo, dan masyarakat antara tanggal 20 Februari hingga 31 Maret.
Jika jumlah kematian ini ditambahkan ke angka kematian resmi, jumlah korban meninggal Covid-19 di Italia akan sama dengan yang dilaporkan ONS Inggris pada Selasa.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Awal Cengkeraman Silvio Berlusconi di Italia
Inggris Raya adalah salah satu negara Eropa yang belum lama menerapkan lockdown virus corona.
Sebagian besar toko ditutup dan beberapa restoran serta kafe yang terbuka hanya menyediakan layanan pesan antar.
Akan tetapi Perdana Menteri Boris Johnson berniat membuka kembali sekolah untuk anak-anak mulai 1 Juni, setelah melonggarkan aturan tetap di rumah pada Mei.
Bisnis-bisnis non-esensial dipersilakan buka lagi pada 15 Juni, jika penyebaran virus tetap bisa ditahan, kata Johnson.
Baca juga: Studi: Lebih dari Seperlima Orang Dewasa di Inggris Anggap Covid-19 Hoaks
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.