Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marie Cau, Wali Kota Transgender Pertama di Perancis

Kompas.com - 25/05/2020, 22:42 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

TILLOY-LEZ-MARCHIENNES, KOMPAS.com Marie Cau, seorang transgender di Perancis, terpilih sebagai Wali Kota Tilloy-Lez Marchienes. Ia adalah wali kota transgender pertama di Perancis. Para aktivis menyebut kemenangan Marie Cau sebagai sebuah terobosan.

Usai menerima selempang kehormatan, Cau berjanji bakal meningkatkan kondisi lingkungan dan sosial kota yang dipimpinnya.

Cau secara meyakinkan merengkuh kemenangan dalam satu ronde pada pemilihan umum kepala daerah di Perancis, 15 Maret lalu.

Baca juga: Wabah Covid-19, Kardinal Ini Beri Donasi untuk Pekerja Seks Transgender yang Kelaparan

Manifesto "Deciding Together" yang diusungnya mendapatkan suara mayoritas, dari total 550 di kota yang berbatasan dengan Belgia itu.

Pelantikan politisi 50 tahun itu dilaksanakan dua bulan setelah pemilu, normalnya adalah lima hari, dikarenakan wabah virus corona.

"Saya sama sekali tidak terkejut dengan kemenangan yang saya raih," kata Marie Cau, yang saat inaugurasi mengenakan setelan berwarna biru.

Sebagai seorang insinyur, dia mendeskripsikan sosoknya sebagai bos perusahaan yang mempunyai minat terhadap pertanian dan lingkungan.

"Bukan karena saya transgender"

Wali kota baru itu menerangkan, penduduk memilihnya karena mereka sepakat dengan program pertanian keberlanjutan, ekonomi lokal, dan lingkungan yang diusungnya.

"Warga tidak memilih saya karena transgender. Mereka memilih karena program dan nilai. Rakyat ingin perubahan," jelas Cau.

Baca juga: Polisi Tangkap 3 Penganiaya dan Pembakar Seorang Transgender di Cilincing

Dia menuturkan, dirinya mempunyai impian menjadikan kotanya sebagai daerah percontohan, di mana warga bisa melakukan hal yang tak bisa dikerjakan pemerintah.

Cau akan segera menjabat, dengan tantangannya adalah virus corona yang tengah mewabah. Namun, sang pejabat publik itu mengaku tak risau.

Sebab, dia sudah mempunyai tim impian untuk menunjang segala program kampanyenya, di mana tim itu berasal dari kelompok umur, gender, ataupun asal yang beragam.

Pernyataan Cau bahwa dia dipilih bukan karena status fisiknya dibenarkan Herve Fontanel, salah satu warga Tilloy-Lez-Marchiennes.

"Dia sudah tinggal di sini selama 20 tahun. Jadi kami tahu bagaimana dia bekerja. Jika dia mampu membangun ikatan, begitu juga dengan Tilloy!" jelasnya.

Tetangga Fontanel, Marie-Josee Godefroy, juga sependapat. "Tentu kota kecil ini akan semakin sejahtera dan berbicara banyak," cetusnya.

Baca juga: Dituduh Curi Dompet dan HP, Seorang Transgender Tewas Dibakar di Cilincing

Visibilitas trans

Marie Cau dikenal karena nama tengah ketiganya, dengan 15 tahun sejak masa perubahannya, dia mengaku tidak mendapatkan diskriminasi.

"Ini aneh. Orang-orang tentu menjadi perhatian, meski ada beberapa kesalahan," jelasnya, seperti diberitakan AFP, Senin (25/5/2020).

Pasangannya sekaligus penasihat kota, Nathalie Leconte, menuturkan, Cau tidak takut untuk menceritakan seperti apa dirinya di hadapan orang-orang.

"Karena itu, saya terkejut dengan besarnya atensi yang diberikan media begitu dia memenangi pemilihan ini," jelas Leconte.

Baca juga: Dokter Jiwa: Transgender Bukan Sebuah Penyakit

Cau menerangkan, dia merasa terkejut karena orang juga terkejut. Dia menuturkan, situasinya akan segera normal karena dia dipilih sebagai hasil dari kampanyenya.

Meski begitu, dia mengakui dampak kemenangannya begitu besar. "Ini menunjukkan transgender bisa mempunyai kehidupan politik yang normal," jelasnya.

Menteri Persamaan Gender Perancis, Marlene Schiappa, mengucapkan selamat atas kemenangan Marie Cau sebagai Wali Kota Tilloy-Lez-Marchiennes.

Co-President SOS Homophobie, Veronique Godet, menyatakan, kemenangan Cau menjadi tolok ukur dalam histori trans maupun perpolitikan "Negeri Anggur".

"Kita bisa melihat sekarang banyak warga trans mulai menjalani emansipasi, dan menjabat di tempat di mana mereka sebelumnya tak dianggap," jelas Giovanna Rincon dari Acceptess-T.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com