Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Profesor Uighur Dibebaskan, Tunjukkan China Memaksakan Loyalitas

Kompas.com - 24/05/2020, 13:36 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Iminjan Seydin, seorang Profesor Uighur, tiba-tiba dibebaskan dari penjara Xinjiang setelah ditahan selama tiga tahun.

Padahal putrinya, selama ini mencari keberadaan sang profesor.

Tiga tahun lalu terakhir kali putrinya, Samira Imin, melihat ayahnya Iminjan Seydin, sebelum ayahnya dikirim ke wilayah Xinjiang di barat laut China sebagai bagian dari "program deradikalisasi pemerintah".

Pencarian dirinya malah menjadikan Syedin mengecam kepada pencarinya sebagai tindakan "anti-China".

Iminjan Seydin, merupakan mantan profesor sejarah China di Institut Islam Xinjiang, telah dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena dituduh "menghasut ideologi radikal."

Selain menjadi profesor sejarah selama lebih 30 tahun, Seydin juga memulai penerbitan sendiri pada tahun 2012, dan menerbitkan lebih dari 50 buku tentang teknologi, pendidikan, psikologi, dan isu-isu perempuan.

Menurut Imin, putrinya, sang ayah tidak terlalu relijius dan umumnya mematuhi pedoman pemerintah Cina tentang ketaatan beragama.

Baca juga: AS Beri Sanksi China atas Pelanggaran HAM terhadap Uighur dan Minoritas Lain

Tiga tahun lalu Imin masih bekerja di rumah sakit di Amerika.

Berbekal internet, Imin berusaha membangun kesadaran bahwa telah terjadi 'penghilangan' ayahnya.

Selama tiga tahun terakhir, ratusan intelektual Uighur dipenjara atau dimasukkan ke dalam kamp di Xinjiang oleh pemerintah China bersama ribuan warga Uighur lainnya.

Tepat pada tahun 2017, Iminjan Seydin dikirim untuk bergabung dengan kelompok kerja yang diorganisir oleh Biro Urusan Agama Xinjiang di Prefektur Hotan.

Setelah kembali ke ibu kota Xinjinag, Urumqi, pada Mei 2017, pemerintah Xinjiang menahan Seydin tanpa memberi tahu keluarganya.

Ayahnya dijatuhi hukuman dalam pengadilan rahasia pada tahun 2019 karena menerbitkan buku tentang tata bahasa Arab untuk seorang kolega di Institut Islam Xinjiang, dimana buku ini menyuguhkan beberapa referensi tentang Islam.

"Ayah saya dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena dituding 'menghasut ideologi radikal' pada bulan Februari 2019," kata Imin kepada DW.

Seydin merupakan orang yang terbuka terhadap pengetahuan, seperti preferensi politik yang dia pilih tidak pernah dibahas di rumah.

"Dia selalu menjadi orang yang berpikiran terbuka yang tidak berbicara tentang politik di rumah. Ketika saya mengetahui tentang hukumannya, saya sangat sedih dan marah, karena saya tidak percaya bagaimana pemerintahan di Beijing dapat memperlakukan warga negara yang tidak bersalah seperti ini," ucapnya.

Baca juga: Dokumen Bocor Sebut China Menahan Uighur karena Punya Jenggot

Loyalitas terhadap Beijing

Imin diberi tahu oleh teman-temannya pada tanggal 4 Mei, bahwa ayahnya telah muncul dalam sebuah video yang diterbitkan oleh corong Partai Komunis China, China Daily.

Itu kali pertamanya Imin mendengar kabar sang ayah sejak menghilang pada tahun 2017, yang membuat perasaannya bergejolak.

"Saya ingin menangis tetapi tidak bisa benar-benar menangis," kata Imin. "Saya tidak yakin apakah harus bahagia, karena saya tidak tahu apa yang dikatakan ayahku di video."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com