Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Masalah dengan Alat yang Diimpor dari China, India Tunda Tes Covid-19

Kompas.com - 22/04/2020, 22:12 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

NEW DELHI, KOMPAS.com - Organisasi penelitian medis India meminta penundaan tes Covid-19 setelah ditemukan masalah pada alat yang diimpor dari China.

Sejumlah negara bagian mengungkapkan ketidakpuasan bahwa alat yang harusnya mengetes keberadaan antibodi melawan virus corona ternyata malfungsi.

Diberitakan BBC Rabu (22/4/2020), India mengimpor sekitar satu juta alat tes Covid-19 dari China untuk mempercepat pemeriksaan.

Baca juga: Dikritik Tes Covid-19 Masih Lambat dan Minim, Berikut Jawaban Pemerintah

Beberapa negara dilaporkan juga menunjukkan ketidakpuasan atas alat tes itu, yang kemudian mendapat sanggahan dari Beijing.

Dalam pernyataan yang disampaikan pekan lalu, Negeri "Panda" menekankan "pentingnya" melakukan ekspor alat medis ke negara lain.

Apa yang terjadi di India?

Setidaknya ada tiga negara bagian telah menyatakan kekecewaan pada alat tersebut, dengan Rajasthan sudah menolak penggunaannya.

Pejabat setempat menerangkan, mereka hanya bisa mendapat akurasi lima persen. Sumber itu menerangkan, mereka menggunakan alat itu pada pasien yang sudah diketahui positif.

Tetapi anehnya, setelah diperiksa, hasilnya malah negatif. Kabar itu pun sampai ke telinga Dewan Penelitian Medis India (ICMR).

Dalam keterangannya, ICMR menyerukan semua negara bagian Negeri "Bollywood" untuk menghentikan tes virus corona selama dua hari, sembari mereka memeriksanya.

Meski begitu, ICMR menerangkan mereka sudah mewanti-wanti soal penggunaan rapid test sebagai alat diagnosa utama Covid-19 dalam skala besar.

Kanal televisi NDTV menyiarkan ucapan ofisial ICMR yang menjelaskan bahwa data tes antibodi bisa diperdebatkan, dan kegunaannya terus berkembang.

Baca juga: Tes Covid-19, Pemerintah Klaim Telah Uji 20.000 Sampel

Bagaimana cara kerja tes itu?

Prisnipnya sebenarnya sederhana. Tes ini bertujuan untuk memeriksa antibodi dari pasien virus corona berdasarkan sampel darah yang diambil.

Dalam beberapa kasus, sering dimiripkan dengan tes kehamilan. Idenya adalah melihat apakah tubuh bisa membangun imunitas terhadap Covid-19.

Alat tersebut sering dipuji sebagai "pengubah alur" untuk membantu negara di dunia dalam membuka kembali perekonomian mereka.

Karena itu, pemerintah dunia ramai-ramai memesannya dari China, di mana ada negara yang juga mengembangkan tes versi mereka.

Tetapi, penggunaan alat tersebut menyisakan masalah, terutama di negara besar seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris.

Di AS, New York Times melaporkan alat tes "yang terus terang meragukan" membanjiri pasar, dan secara keliru menandai seseorang punya antibodi terhadap virus, padahal sebenarnya tidak.

Di Inggris, peneliti sudah mengemukakan bahwa alat itu sensitivtasnya rendah, dengan Menteri Kesehatan Matt Hancock berujar alat itu masih belum cukup mampu.

Baca juga: Sakit karena Covid-19, Dokter di Wuhan Dapati Kulit Mereka Menghitam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com