Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Kritik WHO, Anggap Hiraukan Peringatan Dini Virus Corona dari Taiwan

Kompas.com - 10/04/2020, 12:19 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) menuduh Badan Kesehatan Dunia (WHO) prioritaskan kepentingan politik, dengan mengabaikan peringatan awal virus corona oleh Taiwan.

Presiden Donald Trump telah mengancam akan menahan dana WHO, yang berada di garis depan melawan pandemi virus corona, yang telah menginfeksi lebih dari 1,5 juta orang di seluruh dunia.

Para kritikus mengatakan bahwa ancaman tiba-tiba Trump terhadap WHO sama dengan taktik politik untuk menemukan kambing hitam dari pihak asing, ketika ia mendapat kecaman akibat kurang persiapan menangani Covid-19.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Wali Kota Meksiko Ditembak Mati | Kepala WHO Dilecehkan

Trump sendiri mengatakan pada Januari bahwa virus corona "benar-benar terkendali" di AS, dan memperkirakan akan hilang pada April saat suhu naik.

Kemudian Departemen Luar Negeri mengatakan, WHO terlalu lambat dalam mengeluarkan peringatan tentang Covid-19, dan terlalu hormat pada China.

Mereka mempertanyakan mengapa badan yang berbasis di Jenewa tersebut tidak mengejar petunjuk dari Taiwan.

Baca juga: Ini Alasan Kenapa Dirjen WHO Dr Tedros Dituduh China-sentris

Amerika Serikat "sangat terganggu bahwa informasi Taiwan dirahasiakan dari komunitas kesehatan global, seperti tercermin dalam pernyataan WHO pada 14 Januari 2020, bahwa tidak ada indikasi penularan dari manusia ke manusia," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, dikutip dari AFP.

"WHO sekali lagi memilih politik daripada kesehatan masyarakat," katanya seraya mengkritik WHO yang menyangkal status pengamat Taiwan sejak 2016.

Juru bicara tersebut menambahkan, tindakan WHO telah memakan waktu dan nyawa.

Taiwan yang berhasil membatasi penyebaran virus corona dengan hanya 5 korban meninggal, memperingatkan WHO pada 31 Desember tentang penularan Covid-19 dari manusia ke manusia, kata Wakil Presiden Chen Chien-Jen.

Baca juga: Jenazah Pasien Corona Dilapisi Plastik dan Klorin, Ini Protokol WHO

Chen yang merupakan seorang epidemiologi, mengatakan pada Financial Times bahwa dokter Taiwan telah mengetahui rekan-rekannya di Wuhan jatuh sakit, tetapi WHO tidak bergerak untuk mengonfirmasi temuan tersebut.

Taiwan tuduh WHO memfitnah

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus oada Rabu (8/4/2020) mengatakan, ia telah mengalami penghinaan termasuk rasialisme sejak krisis kesehatan masyarakat ini dimulai.

Dokter asal Ethiopia yang menjadi diplomat ini tidak menyebut AS (negara dengan donasi terbesar, lebih dari Rp 6,28 triliun tahun lalu), tetapi menunjuk Taiwan yang bukan anggota.

Baca juga: Kisah Taiwan, Negara Non-Anggota WHO yang Sukses Atasi Virus Corona

"Tiga bulan lalu, serangan ini datang dari Taiwan," kata Tedros kepada wartawan di Jenewa, merujuk pada kritik dan penghinaan online.

"Taiwan, Kementerian Luar Negeri juga, mereka tahu kampanyenya. Mereka tidak memisahkan diri. Mereka bahkan mulai mengkritik saya di tengah semua penghinaan dan cercaan itu, tetapi saya tidak peduli," kata Tedros dikutip dari AFP.

Komentar itu memicu kemarahan Taiwan, yang menggambarkan komentar Tedros "tidak berdasar" dan mengatakan pihaknya meminta pernyataan maaf atas "fitnah".

Baca juga: Taiwan Tawarkan Masker dan Bantuan Medis di Tengah Covid-19, China Marah

"Negara kami tidak pernah mendorong publik untuk melancarkan serangan pribadi terhadapnya atau membuat komentar diskriminatif rasial," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Joanne Ou ke wartawan pada Kamis (9/4/2020).

Dalam sebuah unggahan Facebook, Presiden Tsai Ing-wen mengundang Tedros untuk mengunjungi Taiwan dan belajar dari penanganan epidemi, menantangnya untuk "menolak tekanan dari China".

"Kami telah diblokir dari organisasi internasional selama bertahun-tahun dan kami tahu bagaimana rasanya didiskriminasi dan diisolasi llebih dari orang lain," terang sang presiden wanita tersebut.

Baca juga: Taiwan Tuntut Kepala WHO Minta Maaf, Ada Apa?

Kemudian Beijing menanggapi bahwa Partai Progresif Demokratik Tsai, yang menekankan identitas terpisah Taiwan, telah terlibat dalam "manipulasi politik" atas WHO.

"Tujuan sebenarnya adalah untuk mencari kemerdekaan melalui pandemi. Kami dengan tegas menentang ini, dan skema mereka tidak akan pernah berhasil," ungkap seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri di Beijing.

Banyak kritik terhadap Tedros menuduh WHO di bawah kepemimpinannya terlalu dekat dengan Beijing, dan melengkapi penanganan China terhadap virus corona.

Namun beberapa ahli kesehatan mengatakan, bahwa WHO tidak punya banyak pilihan selain bekerja sama dengan China untuk menjaga akses di Wuhan.

Baca juga: Pertunjukan Lampu Warnai Berakhirnya Masa Lockdown di Wuhan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com