Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Taiwan, Negara Non-Anggota WHO yang Sukses Atasi Virus Corona

Kompas.com - 05/04/2020, 19:12 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber CNN

Pejabat WHO tampaknya mengandalkan Beijing untuk penghitungan jumlah kasus di Taiwan.

"Otoritas Taiwan mengeluh tentang kurangnya akses ke data dan bantuan WHO," ujar Kassam dikutip dari CNN.

Baca juga: Taiwan Lacak Karantina Warganya dari Ponsel, Denda Rp 500 Juta kalau Melanggar

Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu, pada Sabtu (29/2/2020) pernah menuding China menyebar hoaks dan mengganggu perjuangan Taiwan melawan virus corona.

Hoaks yang dimaksud Taiwan adalah klaim bahwa negara pimpinan Tsai Ing-wen ini menutupi jumlah kasus virus corona yang sebenarnya, dan anggota Partai Progresif Demokratik yang berkuasa di Taiwan mendapat prioritas untuk masker wajah.

Baca juga: Taiwan Tuduh China Sebar Hoaks dan Halangi Mereka Atasi Virus Corona

Kurangnya informasi itu kemungkinan melandasi Taiwan untuk bergerak sendiri dan mengambil keputusan sejak awal secara independen, berdasarkan panduan WHO dan konsensus internasional yang lebih luas.

Akan tetapi Taiwan juga mengeluhkan status non-anggota WHO menghambat mereka memainkan peran besar di upaya pencegahan Covid-19.

"Kami ingin membantu, mengirim dokter-dokter hebat kami, peneliti hebat kami, perawat hebat kami."

"Dan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman kami dengan negara-negara yang membutuhkannya," kata Wakil Presiden Chen Chien-jen.

Baca juga: Taiwan Tutup Pintu Masuk bagi Orang Asing demi Cegah Virus Corona

"Kami ingin menjadi warga global yang baik dan memberikan kontribusi, tetapi saat ini kami tidak mampu," keluhnya.

Para pejabat Taiwan sempat melakukan wawancara dengan Asisten Direktur Jenderal WHO Bruce Aylward via penyiar publik Hong Kong RTHK pekan lalu.

Aylward dikabarkan menghindari pertanyaan tentang Taiwan dengan menyalahkan koneksi internet.

Baca juga: Jubir Pemerintah: Sesuai Rekomendasi WHO, Mulai Hari Ini Semua Gunakan Masker

Kemudian dalam sebuah pernyataan WHO mengatakan, pertanyaan tentang keanggotaan Taiwan di WHO tergantung pada negara anggota WHO, bukan staf WHO.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying pada Jumat (3/4/2020) berbicara ke wartawan mengungkapkan, anggota WHO harus menjadi negara berdaulat.

"Tidak ada masalah dengan keikutsertaan Taiwan dalam acara WHO yang relevan dan memperoleh informasi tentang keadaan darurat kesehatan masyarakat, termasuk pandemi ini," katanya menyanggah.

Baca juga: Sebut China Mengubur Pokemon Saat Siaran Langsung, Reporter TV Perancis Minta Maaf

Lalu seorang juru bicara WHO mengatakan pada CNN, "Beberapa orang membingungkan mandat teknis kesehatan publik global WHO, dengan mandat negara untuk menentukan keanggotaan WHO."

"Setiap tahun, WHO dan otoritas Taiwan serta para ahli berinteraksi pada kesehatan masyarakat yang vital dan masalah ilmiah, sesuai dengan pengaturan yang telah ditetapkan."

"Selama pandemi Covid-19 saat ini, ada interaksi teratur juga."

Baca juga: Pimpin Pembuatan Aplikasi Pantau Stok Masker, Menteri Termuda Taiwan Dipuji Jepang

"Beban kasus Taiwan relatif rendah terhadap populasi. Kami terus mengikuti perkembangan dengan cermat."

"WHO mengambil pelajaran dari semua bidang, termasuk otoritas kesehatan Taiwan," kata mereka dalam surel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Eks Bos Kripto Binance Changpeng 'CZ' Zhao Dihukum 4 Bulan Penjara

Eks Bos Kripto Binance Changpeng "CZ" Zhao Dihukum 4 Bulan Penjara

Global
Drone Ukraina Serang Kilang Minyak Rosneft Rusia di Ryazan

Drone Ukraina Serang Kilang Minyak Rosneft Rusia di Ryazan

Global
Serangan Rudal Rusia Tewaskan 3 Orang di Odessa Ukraina

Serangan Rudal Rusia Tewaskan 3 Orang di Odessa Ukraina

Global
Galon Air Jadi Simbol Baru Demonstran Pro-Palestina di Kampus AS

Galon Air Jadi Simbol Baru Demonstran Pro-Palestina di Kampus AS

Global
Pria Turkiye Tewas Ditembak Usai Tikam Polisi Israel di Yerusalem

Pria Turkiye Tewas Ditembak Usai Tikam Polisi Israel di Yerusalem

Global
Intelijen India Dilaporkan Sempat Menyusup ke Australia, Diusir pada 2020

Intelijen India Dilaporkan Sempat Menyusup ke Australia, Diusir pada 2020

Global
Polisi AS Tangkapi Pedemo Pro-Palestina di Universitas Columbia

Polisi AS Tangkapi Pedemo Pro-Palestina di Universitas Columbia

Global
Abu Vulkanik Erupsi Gunung Ruang Sampai ke Malaysia

Abu Vulkanik Erupsi Gunung Ruang Sampai ke Malaysia

Global
Saat Tentara Ukraina Kecanduan Judi Online, Terlilit Utang, dan Jual Drone Militer...

Saat Tentara Ukraina Kecanduan Judi Online, Terlilit Utang, dan Jual Drone Militer...

Global
Rangkuman Hari Ke-979 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Jatuhkan Rudal ATACMS | Norwegia Percepat Bantuan ke Ukraina

Rangkuman Hari Ke-979 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Jatuhkan Rudal ATACMS | Norwegia Percepat Bantuan ke Ukraina

Global
China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

Global
Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Global
Jerman Sambut Baik Keputusan Ekspor Senjata ke Israel

Jerman Sambut Baik Keputusan Ekspor Senjata ke Israel

Global
AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

Global
Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com