Benda-benda koleksinya tersebar ke banyak museum, sedangkan informasi tentang benda-benda koleksi itu ikut hilang.
Salah satunya adalah keris dari putra tertua Sultan Hamengkubuwono III tersebut.
"Kerisnya ada tapi catatannya hilang. Jadi bukan kerisnya yang hilang," tutur Ketua Departemen Sejarah Universitas Gadjah Mada, Sri Margana, pada Historia.id.
Pencarian kemudian dilakukan pada 1984 oleh Peter Pott, kurator Museum Volkenkunde. Sayangnya, penelitian Pott terhenti.
Kemudian tahun 2017 pencarian kembali dilakukan oleh Johanna Leigfeldt dan dua tahun kemudian oleh Tom Quist.
Historia.id menerangkan, Quist dan Leigfeldt menemukan tiga keterangan yang mengarah ke identifikasi keris Kiai Nogo Siluman.
Keterangan pertama berasal dari surat Sentot Prawirodirjo, mantan perwira Perang Diponegoro.
Keterangan kedua didapat dari Kolonel Jan-Baptist Cleerens yang membawa keris itu.
Lalu yang ketiga, keterangan dari Raden Saleh, pelukis yang menggambarkan bentuk keris Kiai Nogo Siluman.
Baca juga: Desa Aeng Tong-Tong, Kampung Perajin Keris Madura
Bukti-bukti ini kemudian dikonfirmasi oleh Sri Margana, yang juga tergabung dalam tim ahli Indonesia.
24 Februari 2020 Margana terbang ke Negeri "Kincir Angin" guna memastikan keaslian keris tersebut.
Keris Kiai Nogo Siluman berbahan dasar besi warna hitam dengan ukiran warna emas.
Di sekujur bilah keris terdapat wujud naga yang tubuhnya memanjang.
Dulunya, tubuh naga itu berlapis emas tapi sekarang hanya tersisa beberapa jejak emasnya.
Ukiran naga juga tersembunyi di bagian bawah, berdekatan dengan gagang keris. Sosok naga ini hanya bisa dilihat dari posisi tertentu.
Baca juga: Keris Zaman Majapahit Dipamerkan di Kendal