Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menilik Seberapa Sukses Proyek Belt and Road Initiative China

Para pemimpin dan perwakilan dari lebih negara berdatangan, termasuk termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pada 2013, pemimpin China yang belum lama menjabat, Xi Jinping, memperkenalkan proyek ambisius "One Belt One Road", yang disebutnya sebagai inti dari "diplomasi negara besar" ini dan sekaligus merupakan "strategi penting untuk mewujudkan impian besar China”.

Sepuluh tahun kemudian, BRI telah memperluas jangkauannya ke Eropa, Asia, Afrika, dan Amerika Latin, jauh melebihi Jalur Sutra kuno. BRI menjadi sebuah kerangka besar hubungan politik dan geoekonomi China di semua benua.

Namun belakangan, BRI juga menghadapi berbagai tantangan berat. Selain pandemi Covid dan perang di Ukraina yang membuat perkembangan ekonomi makin tidak pasti, di beberapa negara pinjaman infrastruktur berkontribusi terhadap tingkat utang yang tidak berkelanjutan dan menciptakan ketergantungan politik yang besar.

BRI telah melampaui volume 1 triliun dollar AS (Rp 15,5 kuadriliun) dalam partisipasi kumulatif sejak didirikan pada 2013, menurut Green Finance and Development Center di Universitas Fudan.

Chien-fu Chen, Direktur Eksekutif Pusat Penelitian BRI di Universitas Tamkang di Taiwan, kepada DW mengatakan, bagi pemerintahan Xi Jinping, mencapai "Impian China" melalui BRI bukan hanya tentang memperoleh kekuatan nyata, melainkan juga tentang keseimbangan kekuatan melawan Barat. Dari perspektif ini, ia yakin BRI "sebagian besar berhasil.”

"BRI kini telah menjangkau Afrika, Amerika Tengah, dan bahkan Asia Tenggara. BRI juga telah meluas ke kepulauan Pasifik Selatan."

"BRI terus berkembang seiring dengan situasi internasional dan hubungan persahabatan China, dan telah bertransformasi dari pembangunan infrastruktur tahap awal hingga pengendalian energi dan telah menjadi pos militer strategis yang penting. China berharap bisa mendorong pengaruh diplomatik, militer, dan politiknya," kata Chien-fu Chen.

Bulan Oktober lalu, Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Indonesia resmi dioperasikan. Proyek andalan ini dibangun oleh perusahaan patungan badan usaha milik negara China dan Indonesia.

Kereta api ini merupakan kereta api berkecepatan tinggi pertama di Asia Tenggara, dan merupakan proyek kereta api berkecepatan tinggi pertama di luar negeri bagi China. Beijing menyediakan sebagian pendanaannya melalui pinjaman.

Negara-negara Barat mengkritik hal ini sebagai "diplomasi perangkap utang” melalui BRI.

Salah satu contoh paling umum adalah Sri Lanka, yang menyatakan kebangkrutan pada tahun 2022. China adalah kreditor terbesar Sri Lanka, menyumbang sekitar 52 persen dari total utangnya, sekitar 7,3 miliar dollar AS (Rp 113,44 triliun).

Sri Lanka meminjam uang dari China untuk membangun Pelabuhan Hambantota, tetapi tidak dapat membayar utangnya.

Pada 2017, pelabuhan laut dalam itu lalu disewakan ke China untuk jangka waktu 99 tahun.

Selain Sri Lanka, banyak negara lain yang menghadapi tantangan risiko serupa. Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe juga menghadiri Forum BRI di Beijing dan bertemu dengan Presiden Xi Jinping.

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Indonesia awalnya diperkirakan menghabiskan dana 5,5 miliar dollar AS (Rp 85,46 triliun), namun ternyata biaya pembangunannya mengalami pembengkakan sampai lebih dari 7 miliar dollar AS (Rp 108,77 triliun). Beberapa pihak khawatir, Indonesia bisa terjerumus ke dalam "jebakan utang” di masa depan.

Melemahnya perekonomian China juga menjadi tantangan bagi BRI. Menurut data terbaru dari Green Finance and Development Center di Universitas Fudan, untuk proyek konstruksi, volume kesepakatan pada paruh pertama 2023 merupakan yang terendah sejak BRI diumumkan pada 2013.

Presiden Xi Jinping baru-baru ini mengusulkan beberapa konsep baru, seperti Inisiatif Pembangunan Global, Inisiatif Keamanan Global, dan Inisiatif Peradaban Global.

Sebagian pengamat percaya, ketiga "inisiatif global” ini disiapkan untuk menggantikan BRI sebagai inti kerangka diplomatik dan ekonomi pada dekade berikutnya.

Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Seberapa Sukses Inisiatif Belt and Road Xi Jinping?

https://www.kompas.com/global/read/2023/12/07/155300970/menilik-seberapa-sukses-proyek-belt-and-road-initiative-china

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke