Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kilas Balik Masa Kepemimpinan Donald Trump, Sosok Sayap Kanan nan Kontroversial

Trump, selama ini dikenal sebagai sosok kontroversial. Dilansir dari Reuters, selama masa kepresidenannya yang penuh gejolak pada 2017-2021, Trump menentang banyak norma-norma demokrasi.

Dia mempromosikan nasionalisme "America First" sambil menampilkan dirinya sebagai populis sayap kanan.

Pria 76 tahun ini menjadi presiden AS pertama yang dimakzulkan dua kali, meskipun Kongres Demokrat gagal dalam upaya mereka untuk mencopotnya dari jabatan.

Pada rapat umum yang mendahului serangan Capitol, Trump mendesak para pendukung untuk "bertarung sekuat tenaga" dan berbaris di Kongres untuk "menghentikan pencurian suara".

Tetapi massa yang kemudian menyerbu Capitol gagal mencegah Kongres secara resmi mengesahkan kemenangan pemilihan Biden.

Ini terjadi meski pejabat pengadilan dan pemilihan negara bagian menolak klaim pemilihan palsu Trump, sekitar dua pertiga pemilih Republik percaya bahwa kemenangan Biden tidak sah, menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos.

Trump telah mendapat dukungan penuh semangat dari banyak orang Amerika, terutama pria kulit putih, konservatif Kristen, penduduk pedesaan, dan orang-orang tanpa pendidikan perguruan tinggi.

Kritikus menuduh Trump mengejar kebijakan yang dibangun di sekitar "keluhan kulit putih" di negara dengan populasi non-kulit putih yang terus bertambah.

Lanskap politik telah berubah secara dramatis sejak dia memenangkan kursi kepresidenan pada tahun 2016 dan beberapa orang di partainya, termasuk para donor utama, kelelahan dengan drama yang mengelilinginya.

Masa jabatan tunggalnya sebagai presiden berdiri sebagai salah satu yang paling kontroversial dalam sejarah AS.

Dia mengamankan pemotongan pajak, memberlakukan pembatasan imigrasi dan mengatur pergeseran ke kanan dari peradilan federal, termasuk Mahkamah Agung.

Dia juga mengasingkan sekutu AS di luar negeri, meninggalkan perjanjian internasional tentang perdagangan dan perubahan iklim, dan memuji para pemimpin otoriter di luar negeri, termasuk Putin.

DPR yang dipimpin Demokrat memakzulkannya pada 2019 atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi Kongres setelah dia menekan pemimpin Ukraina untuk menyelidiki Biden dan putranya atas tuduhan korupsi yang tidak berdasar.

Senat membebaskannya, berkat dukungan Republik.

DPR memakzulkan Trump lagi seminggu sebelum dia meninggalkan jabatannya, kali ini karena menghasut pemberontakan.

Dia dibebaskan oleh Senat setelah meninggalkan jabatannya, sekali lagi berkat senator Republik.

https://www.kompas.com/global/read/2022/11/16/153000070/kilas-balik-masa-kepemimpinan-donald-trump-sosok-sayap-kanan-nan

Terkini Lainnya

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke