Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Kesalahpahaman tentang Indonesia yang Sering Didengar WNI di Australia

CANBERRA, KOMPAS.com - Ada beberapa kesalahpahaman tentang Indonesia yang sering didengar warga negara Indonesia (WNI) di Australia.

Indonesia dan Australia adalah tetangga dekat. 

Bahkan menurut sejarah, para nelayan Makassar di pulau Sulawesi sudah melakukan perdagangan dan pertukaran budaya dengan benua Australia dua abad lalu.

Artinya, hubungan Indonesia dan Australia sudah terjalin sejak lama. 

Meski demikian, masih ada kesalahpahaman dari warga Australia soal Indonesia.

Indonesia sendiri diprediksi menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia 30 tahun dari sekarang dan para ahli sudah memperingatkan Australia bisa kehilangan peluang besar jika gagal memahami Indonesia dengan lebih baik.

Untuk memperingati HUT Ke-77 RI, ABC bertanya kepada beberapa orang Indonesia di Australia soal apa yang perlu diketahui orang Australia soal negaranya.

Berikut ini adalah beberapa kesalahpahaman tentang Indonesia yang dilaporkan masih sering ditemui di Australia:

1. Sering disangka negara Islam

Rangga Daranindra, yang datang ke Darwin 11 tahun lalu sebagai mahasiswa, mengatakan kesalahpahaman yang dimiliki orang Australia tentang Indonesia biasanya bukan dipicu kebencian.

"Mereka sama sekali tidak mengenal kami dengan baik," katanya kepada ABC.

Ia mengatakan seringkali orang Australia menyangka Indonesia adalah negara Islam.

“Biasanya orang membandingkan Indonesia dengan negara-negara seperti Iran atau Arab Saudi,” katanya, selain juga mengira Indonesia diperintah oleh seorang diktator.

"Ya, memang benar bahwa mayoritas orang Indonesia adalah Muslim, seperti saya. (TapiI Indonesia secara konstitusional bukan negara Muslim. Indonesia adalah negara sekuler secara hukum, kami mengakui enam agama resmi," jelasnya.

Aceh adalah satu-satunya provinsi yang menganut hukum Syariah atau hukum berdasarkan aturan Islam.

Bahkan di sana, ada yang berpendapat Aceh tidak menerapkan ajaran Islam yang sebenarnya dan malah bertentangan dalam praktiknya.

Rangga, yang berasal dari Yogyakarta, menyarankan orang Australia untuk lebih banyak berteman dengan orang Indonesia.

“Biasanya mereka (orang Australia) tidak memiliki cukup banyak teman Indonesia untuk bisa bertukar pikiran atau pendapat. Mereka hanya mendapatkan cerita dari berita atau dari media,” ujar dia.

Ia khawatir Australia bisa ketinggalan ketika Indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi di kawasan Asia.

“Banyak peluang yang bisa diambil Australia dari Indonesia, seperti sumber daya manusianya,” ujarnya.

2. Bahasa Indonesia kurang diminati

Diza Alia, yang sudah tinggal di Australia selama lebih dari 20 tahun, mengaku selalu bangga setiap kali ada orang Australia yang berbicara dalam bahasa Indonesia kepadanya.

Suatu hari, seseorang menyapanya dalam Bahasa Indonesia setelah dia menelepon temannya di Indonesia.

"Setelah saya tutup telepon, dia bilang 'Apa kabar?' dan saya agak kaget karena dia sepertinya bukan orang Indonesia," kata Alia.

"Saya merasa senang dan bangga karena dia bisa berbicara sedikit dalam Bahasa Indonesia," ungkapnya.

Diza, yang juga direktur hubungan masyarakat Asosiasi Pelajar Indonesia Australia, mengatakan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah lokal di Australia telah menurun karena kurangnya minat dan pendanaan.

"Orang Indonesia yang tinggal di Australia umumnya kurang mempromosikan bahasa Indonesia kepada orang Australia," katanya.

3. Dianggap negara miskin

Kathy Kimpton, yang pindah ke Australia pada tahun 1998, mengatakan beberapa orang yang ditemuinya menganggap Indonesia adalah negara yang miskin, tidak berpendidikan, dan terbelakang.

Kesalahpahaman itu pun membuatnya tidak nyaman.

"Saya sangat berharap untuk mengubah persepsi negatif ini," kata Kathy.

"Saya berharap semua orang Indonesia yang tinggal di Australia bisa mengubahnya dengan menjadi duta Indonesia. Indonesia bukan negara miskin, warganya juga bukan tidak berpendidikan," jelas dia.

Kathy, yang bekerja di sekolah swasta, mengatakan banyak orang Indonesia yang selintas terlihat pemalu atau mudah tersenyum.

Tapi ini menunjukkan jika kebanyakan orang Indonesia rendah hati dan bersikap sopan, bukan karena mereka tidak mengerti apa-apa.

Lingga Lana Gunawan, seorang guru sekolah dasar, mengatakan banyak muridnya yang sering bertanya apakah dia dulu tinggal di hutan atau di atas pohon.

"Saya tahu ini mungkin pertanyaan polos dari seorang anak, tapi saya juga heran, dari mana anak-anak ini mendapatkan informasi seperti ini tentang Indonesia?" kata Lingga.

Dia mengatakan kesalahpahaman semacam ini menunjukkan tidak ada cukup berita tentang Indonesia di media Australia.

4. Indonesia bukan bukan hanya Bali

Lingga pertama kali tiba di Australia pada tahun 2008 sebagai mahasiswa, tetapi sampai hari ini ia masih menemukan kesalahpahaman, meski sudah berulang kali ia jelaskan.

"Mungkin kita capek ya mendengarnya, tapi ini benar-benar harus saya katakan lagi, bahwa Indonesia bukan hanya Bali," katanya.

Ia berharap lebih banyak orang Australia yang tahu kalau Indonesia adalah negara yang besar dan kaya, dari segi ukuran, budaya, tempat wisata, dan sumber daya alam.

Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia, luas Indonesia 7,81 juta kilometer persegi dan terdiri dari 17.499 pulau, dengan 718 bahasa daerah.

Sebagai orang Bali yang tinggal di Australia, Putu Suta bisa mengerti mengapa masih ada orang Australia yang mengira Bali bukan bagian dari Indonesia.

"Saya kira karena Bali dominan dengan Hindu, sedangkan Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam," pendapatnya.

Putu pernah memiliki restoran Indonesia di Burra, kota kecil di Australia Selatan, meski ia memutuskan untuk menutupnya bulan lalu setelah beroperasi selama 16 tahun.

Di restorannya dulu ada peta Indonesia dan ia mengatakan pelanggannya mulai menanyakan daerah-daerah lainnya seperti Sumatra, Kalimantan, atau bahkan Papua.

"Baru kemudian mereka menyadari betapa besarnya Indonesia."

Lingga berharap ada lebih banyak upaya untuk memperkenalkan Indonesia sebagai tujuan utama liburan dan bisnis.

"Saya pikir jika lebih banyak rute penerbangan internasional dibuka antara kota-kota di Australia dan kota-kota di Indonesia, bukan hanya Bali, persepsi orang Australia pada akhirnya akan berubah."

5. Warga Australia kurang peka secara politik dan budaya

Avi Mahaningtyas sudah tinggal di Canberra, ibu kota Australia, selama sepuluh tahun terakhir.

Dia mengatakan kesalahpahaman Indonesia sebagai negara besar dan keragaman budaya di kalangan orang Australia "cukup parah", bahkan di tingkat politisi.

Baru-baru ini, Pauline Hanson, salah satu senator Australia menjadi berita utama di Indonesia setelah menyatakan Bali "sangat berbeda dengan negara lain" saat menanggapi penyakit mulut dan kuku.

Pauline juga mengatakan para pelancong di Bali bisa membawa penyakit ke Australia karena ternak berkeliaran di jalan-jalan dan mereka mungkin menginjak kotoran sapi yang ada di jalanan Bali.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Sandiaga Uno melalui akun Instagram-nya mengatakan pernyataan Pauline "tidak berdasarkan fakta" dan agar "jangan pernah menghina Bali".

"Saya tidak membanding-bandingkan dan semoga semua orang di Australia tidak diwakili oleh Pauline Hanson yang akhir-akhir ini membuat banyak orang Indonesia marah," kata Avi.

Avi mendorong lebih banyak topik terkait Indonesia, tidak terbatas pada bahasa, diajarkan di sekolah-sekolah, agar lebih banyak orang memiliki kepekaan politik dan budaya di Indonesia.

"Kebijakan bertetangga yang baik harus diterapkan untuk pertukaran budaya dan profesional dan bukan hanya untuk sektor-sektor yang menguntungkan Australia saja," ucap dia.

https://www.kompas.com/global/read/2022/08/17/081000170/5-kesalahpahaman-tentang-indonesia-yang-sering-didengar-wni-di-australia

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke