Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Definisi dan Sejarah Diplomasi Dunia

KOMPAS.com - Diplomasi adalah metode untuk mempengaruhi keputusan dan perilaku pemerintah dan masyarakat melalui dialog, negosiasi, dan tindakan sejenis tanpa kekerasan atau perang.

Secara historis, diplomasi artinya pelaksanaan hubungan resmi luar negeri antara negara-negara berdaulat, biasanya bilateral atau multilateral.

Bersumber dari Britannica, diplomasi adalah produk dari sistem negara Eropa pasca-Renaisans.

Sementara, istilah diplomasi berasal dari bahasa Perancis yang memiliki akar dari bahasa Yunani yaitu diploma.

"Diplo" artinya lipatan, dan "ma" artinya sebuah objek yang merujuk pada dokumen atau kertas.

Pada abad ke-18, istilah Perancis "diplomat" datang untuk merujuk pada orang yang berwenang untuk bernegosiasi atas nama negara.

Sejak abad ke-20, diplomasi yang dipraktikkan di Eropa telah diadopsi di seluruh dunia, hingga tercipta KTT, konferensi internasional, dan semacamnya.

Sifat dan tujuan diplomasi

Diplomasi adalah instrumen utama kebijakanluar negeri, tetapi bukan satu-satunya cara yang ditetapkan oleh pemimpin politik untuk mencapai tujuan luar negerinya.

Sifat diplomasi berlawanan dengan tindakan keras militer yang bisa juga dikerahkan untuk mencapai tujuan luar negeri suatu pemerintahan.

Diplomasi adalah kekuatan nasional yang bersifat komprehensif dengan menyesuaikan perbedaan antarnegara atau antarpihak yang terlibat untuk mencapai mufakat damai.

Alat utama dari diplomasi adalah dialog dan negosiasi, terutama dilakukan oleh orang yang memiliki akreditasi sebagai diplomat (utusan) dan para pemimpin politik lainnya.

Diplomat adalah praktisi utama atau spesialis dalam diplomasi, yang membawa pesan dan menegosiasikan penyesuaian dalam hubungan dan menyelesaikan pertikaian antara dua pihak atau lebih yang terkait.

Umumnya, proses diplomasi ini sifatnya rahasia, tidak diumumkan semua secara terbuka kepada publik. Biasanya hanya ketika telah mencapai kesepakatan, hasil diplomasi diumumkan kepada publik.

Tujuan dari politik luar negeri adalah untuk memajukan kepentingan suatu negara bisa dari segi geografis, sejarah, ekonomi, dan kekuatan pertahanan.

Menjaga kemerdekaan, keamanan, dan integritas nasional (teritorial, politik, ekonomi, dan moral), dipandang sebagai kewajiban utama suatu negara.
Diikuti dengan tujuan untuk menjaga kebebasan bertindak yang luas bagi negara.

Para pemimpin politik secara tradisional dari negara-negara berdaulat, merancang kebijakan luar negeri dengan mengejar kepentingan nasional, serta menyesuaikan kebijakan nasionalnya dengan perubahan kondisi dan teknologi eksternal.

Kemudian, diplomasi digunakan untuk memperkuat negara, bangsa, atau organisasi dalam hubungannya dengan pihak luar demi memajukan kepentingan internal instansinya.

Kegiatan diplomatik selalu berusaha untuk memaksimalkan keuntungan kelompok tanpa risiko dan biaya atas kekerasan serta menghindari timbulnya kebencian.

Namun tidak menutup kemungkinan, diplomasi dapat memicu ancaman ekonomi, tindakan hukum, maupun aksi protes, untuk memaksakan solusi sepihak atas perselisihan dengan penerapan kekuatan militer.

Ketika diplomasi gagal, perang mungkin terjadi, tetapi diplomasi berguna bahkan selama perang.

Dalam jangka panjang, diplomasi berusaha untuk membangun tatanan internasional yang kondusif, menyelesaikan sengketa tanpa kekerasan, dan memperluas kerja sama antarnegara.

Sejarah diplomasi

Pandangan di Eropa abad pertengahan akhir bahwa diplomat adalah malaikat, atau utusan dari surga ke bumi, mungkin hanya khayalan, tetapi beberapa elemen diplomasi mendahului catatan sejarah.

Para diplomat atau utusan diakui suci, dan tidak dapat diganggu gugat. Mereka biasanya membawa beberapa lambang, seperti tongkat pesan, dan diterima dengan upacara yang rumit.

Wanita sering digunakan sebagai utusan karena kesucian mereka yang dianggap misterius, dan penggunaan "tipu muslihat seksual" mereka.

Diyakini dalam budaya kuno bahwa perempuan secara teratur dipercayakan mengemban tugas yang sangat penting untuk merundingkan perdamaian.

Diplomasi diyakini telah dipraktikkan dalam peradaban manusia kuno melalui prasasti yang ditemukan oleh sejarawan.

Pengetahuan terbesar tentang diplomasi awal berasal dari budaya Timur Tengah, Mediterania, China, dan India.

Sejarawan menemukan catatan perjanjian antara negara-kota Mesopotamia berasal dari sekitar 2850 SM, yang artinya berabad-abad lalu peradaban di sana telah mempraktikan diplomasi.

Sementara itu, bahasa Akkadia (Babilonia) menjadi bahasa diplomatik pertama, yang berfungsi sebagai bahasa internasional Timur Tengah sampai digantikan oleh bahasa Aram.

Bahasa Akkadia adalah bahasa Semit yang digunakan di Mesopotamia kuno, khususnya oleh bangsa Asyur dan Babilonia.

Bahasa Aram adalah bahasa Semitik dengan sejarah selama 3.000 tahun, digunakan oleh masyarakat Arab sebelum Islam datang.

Bahasa Aram ini pernah menjadi bahasa pemerintahan berbagai kekaisaran serta bahasa untuk kegiatan upacara kegamaan.

Sebuah korespondensi diplomatik dari abad ke-14 SM antara pengadilan Mesir dan seorang raja Het (Hittite) ditemukan pada tablet berhuruf paku dalam bahasa Akkadia.

Perjanjian tertua yang teks lengkapnya bertahan dari sekitar 1280 SM, adalah hasil diplomasi antara Ramses II dari Mesir dan para pemimpin Het.

Ada bukti signifikan tentang diplomasi bangsa Asyur pada abad ke-7, dan terutama dari dalam Alkitab, tentang hubungan suku-suku Yahudi dan dengan bangsa lain.

Sejarah diplomasi di China

Catatan pertama diplomasi Cina dan India berasal dari milenium pertama SM.

Zhuangzi adalah tokoh China yang dianggap sebagai diplomat dari awal abad ke-3 SM.

Tradisi kesepakatan diplomatik di China kuno berlanjut antara negara-negara kerajaan yang bertikai yang diakhiri dengan penyatuan negara di bawah kaisar Qin Shi Huang pada 221 SM, dan konsolidasi persatuan di bawah dinasti Han pada 206 SM.

Sejarah diplomati di India

India kuno juga memiliki sejarah panjang tentang tradisi diplomasi yang sama canggihnya dengan China, tetapi sangat berbeda.

Tradisi diplomasi India kuno disistematisasikan dan dijelaskan dalam Arthashastra, salah satu buku tertua dalam sastra Sanskerta tentang ilmu politik dan pemerintahan yang ditulis oleh Kautilya, seorang negarawan yang cerdas.

Sistem negara yang sangat realistis yang dikodifikasikan dalam Arthashastra menyebutkan bahwa pada zaman itu India kuno memiliki 3 kategori diplomat.

Pertama, penguasa penuh, utusan yang dipercayakan dengan satu masalah atau misi, dan merupakan utusan kerajaan.

Kedua, sejenis agen konsuler (mirip dengan proxenos Yunani), yang ditugaskan untuk mengelola hubungan dan transaksi komersial.

Ketiga, dua jenis mata-mata. Mereka yang bertanggung jawab atas pengumpulan informasi, dan mereka yang dipercayakan dengan subversi serta bentuk-bentuk tindakan rahasia lainnya.

Arthashastra juga berisi aturan terperinci tentang kekebalan dan hak istimewa diplomatik, pelantikan dan penghentian misi diplomatik, serta pemilihan dan tugas dari seorang diplomat/utusan.

Arthashastra lebih lanjut menyebutkan bahwa tidak ada utusan yang boleh dilukai, dan, bahkan jika mereka menyampaikan pesan “tidak menyenangkan”, mereka tidak boleh ditahan.

India memiliki hubungan politik yang sangat sedikit dalam urusan wilayah lain di dunia sampai Alexander Agung menaklukkan wilayah utaranya pada 326 SM.

Kekaisaran Maurya mengantarkan era baru dalam sejarah diplomasi India yang ditandai dengan upaya untuk memperluas doktrin agama India (Buddhisme) dan pengaruh politik di luar Asia Selatan.

Sejarah diplomasi di Yunani

Peradaban Yunani kuno mengilhami lahirnya diplomasi modern di Eropa pasca-Renaisans dan yang menyebabkan munculnya sistem hubungan internasional dunia saat ini.

Bukti awal diplomasi Yunani dapat ditemukan dalam sastranya, terutama dalam Homer‘s Iliad and Odyssey.

Jejak praktik diplomasi pertama Yunani adalah terkait Olimpiade pada 776 SM. Pada abad ke-6 SM, terdapat majelis antarnegara bagian Yunani dengan hak ekstrateritorial dan sekretariat permanen.

Sparta secara aktif membentuk aliansi pada pertengahan abad ke-6 SM, dan pada 500 SM menciptakan Liga Peloponesia.

Liga Peloponnesos atau Liga Peloponnesia adalah suatu persekutuan negara-negara kota di wilayah Peloponnesos pada abad 6 dan ke-5 SM.

Pada abad ke-5 SM, Athena memimpin Liga Delian selama Perang Yunani-Persia.

Liga Delos adalah perkumpulan negara kota Yunani yang anggotanya berjumlah antara 150 sampai 173 negara-kota, yang didirikan pada 477 SM.

Di bawah pimpinan Athena, Liga Delos memiliki tujuan untuk meneruskan penyerangan terhadap Kekaisaran Persia, setelah kemenangan Yunani pada Pertempuran Plataia pada akhir invasi kedua Persia ke Yunani dalam Perang Yunani-Persia.

Diplomasi Yunani kuno memiliki sejarah panjang dan banyak bentuk. Herald adalah diplomat pertama Yunani yang dilindungi oleh dewa dengan kekebalan yang tidak dimiliki utusan lain.

Sejarah diplomasi di Romawi

Romawi mewarisi sistem politik yang dirancang orang Yunani dan menyesuaikannya dengan tugas administrasi kekaisaran.

Ketika Romawi berkembang, kekaisaran ini sering bernegosiasi dengan perwakilan dari daerah yang ditaklukkan, di mana penguasanya memberikan pemerintahan sendiri sebagian melalui sebuah perjanjian diplomasi.

Perjanjian dibuat dengan negara-negara lain di bawah hukum internasional Yunani. Selama Republik Romawi Senat melakukan kebijakan luar negeri, meskipun departemen untuk urusan luar negeri ada sendiri.

Di bawah Kekaisaran, seorang kaisar di Romawi berwenang mengambil keputusan utama dalam urusan luar negeri.

Seorang utusan/diplomat diterima dengan upacara dan keagungan, dan mereka serta para pembantunya diberikan kekebalan hukum.

Utusan Romawi dikirim ke luar negeri dengan instruksi tertulis dari pemerintah yang berkuasa. Seorang utusan atau nuntius terkadang juga dikirim ke kota-kota.

Untuk tanggung jawab yang lebih besar legatio (kedutaan besar) dari 10 atau 12 legati (duta besar) diatur di bawah seorang presiden.

Duta besar dipilih dari warga negara yang memiliki keterampilan pidato yang tidak terbantahkan.

Roma juga menciptakan arsip canggih, yang dikelola oleh arsiparis terlatih. Teknik paleografi dikembangkan untuk menguraikan dan mengotentikasi dokumen kuno.

Selama berabad-abad, aktivitas berbasis arsip ini menjadi pekerjaan utama dari diplomasi di dalam dan sekitar Kekaisaran Romawi.

Sejarah diplomasi di Bizantium

Bizantium menghasilkan diplomat profesional pertama.

Mereka diberi instruksi tertulis dan diperintahkan untuk disambut dengan sopan dan dijamu.

Dari abad ke-12 peran seorang diplomat sebagai pengumpul informasi tentang kondisi di negara tuan rumah mereka menjadi semakin penting untuk kelangsungan hidup negara Bizantium.

Ketika kekuatannya menurun, intelijen dari diplomat Bizantium memungkinkan para kaisar untuk bermain strategi melawan negara asing.

Penggunaan diplomat oleh Bizantium sebagai mata-mata berlisens bertujuan untuk merancang kebijakan yang terampil dan halus agar dapat menambal kekurangan negara di banding negara tetangga (Arab, Persia, dan Turki) maupun negara yang lebih jauh (Romawi dan Italia).

Setelah runtuhnya Kekaisaran Bizantium, elemen utama dari tradisi diplomasinya tetap hidup di Kekaisaran Ottoman dan di Italia Renaisans.

https://www.kompas.com/global/read/2021/11/30/164813170/definisi-dan-sejarah-diplomasi-dunia

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke