Dilansir The Guardian, peneliti dari Liverpool John Moores University (LJMU) menyebut semua gorila, simpanse, dan bonobo berstatus "terancam punah" atau "sangat terancam punah."
Kombinasi dari krisis iklim, perusakan daerah liar untuk mineral, kayu dan makanan, serta pertumbuhan populasi manusia, menyebabkan potensi kepunahan.
Bahkan, peneliti LJMU menyebut, setengah dari wilayah yang hilang yang berada di taman nasional dan kawasan lindung lainnya.
"Ini badai yang mengerikan bagi banyak kerabat genetik terdekat kita. Banyak di antaranya adalah spesies unggulan yang telah diupayakan konservasinya di Afrika dan di seluruh dunia," kata ahli biologi dan pemodel komputer di LJMU, Joana Carvalho.
“Kalau kita menambahkan perubahan iklim ke penyebab hilangnya wilayah saat ini, gambarannya terlihat amat menghancurkan,” tambahnya.
Analisis Joana dan tim, mengacu dari database kera besar di International Union for Conservation of Nature.
Berisi tentang populasi spesies, ancaman, dan tindakan konservasi di ratusan lokasi selama 20 tahun.
Data ini juga memprediksi dampak gabungan masa depan dari pemanasan global, perusakan habitat, dan pertumbuhan populasi manusia.
Penelitian LJMU juga menyebut, sebagian besar spesies kera besar lebih menyukai habitat dataran rendah, tapi krisis iklim akan membuat beberapa dataran rendah lebih panas dan lebih kering.
Akhirnya, habitat awal ini pun jadi kurang cocok bagi mereka.
Dataran tinggi akan menjadi lebih menarik, dengan asumsi kera bisa mencapainya. Tapi kalau tak ada dataran tinggi, kera besar tidak akan pergi kemana-mana.
Penelitian yang baru-baru ini sudah diterbitkan dalam jurnal Diversity and Distributions ini, dibantu oleh para ilmuwan dari hampir 50 universitas, lembaga penelitian, dan organisasi konservasi.
Tujuannya menganalisis skenario yang harus diambil untuk mengekang krisis iklim, hilangnya habitat, dan pertumbuhan populasi manusia.
https://www.kompas.com/global/read/2021/06/07/201613070/studi-terbaru-kera-besar-berpotensi-kehilangan-90-persen-habitatnya