Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Seperti Apa Kehidupan di Negara Paling Bahagia Sedunia? WNI di Finlandia Bercerita...

Negara yang beribu kota di Helsinki ini meraihnya dalam laporan tahunan World Happiness Report, yang disponsori PBB dan dirilis pada Jumat (19/3/2021).

Dalam menyusun laporan ini, para peneliti mempertimbangkan indikator seperti Produk Domestik Bruto (PDB), dukungan sosial, kebebasan pribadi, kesetaraan jender, hidup anak-anak, dan tingkat korupsi setiap negara.

Selain itu, penelitian dengan metode analisis Gallup ini juga meminta orang-orang di 149 negara untuk menilai kebahagiaan mereka sendiri.

Indikator-indikator tersebut dirata-rata selama tiga tahun terakhir mulai 2018 hingga 2020.

Hasilnya, ditemukan bahwa Finlandia negara paling bahagia di dunia, diikuti Denmark, Swiss, Islandia, dan Belanda.

The Legatum Prosperity Index 2017 pernah menunjukkan Finlandia memiliki pemerintahan terbaik di dunia, sehingga menghasilkan transparansi praktik pemerintahan dan rakyatnya pun mempercayai sistem satu sama lain.

Kemudian Transparency International 2018 mencantumkan Finlandia sebagai salah satu negara paling tidak korup di dunia, dengan 85 persen warganya saling percaya dengan orang lain.

Lantas seperti apa kehidupan di Finlandia dan bagaimana gaya hidup orang-orang di sana? Apakah benar mereka sebahagia seperti yang dilaporkan?

"Kalau dilihat dari indikator-indikator yang masuk dalam indeks kebahagiaan, tentu saja saya bisa acungi jempol untuk setuju," kata Ajimufti Azhari WNI yang tinggal di Helsinki, kepada Kompas.com pada Sabtu (27/3/2021) melalui pesan teks.

Pria 30 tahun tersebut melanjutkan, di Finlandia banyak indikator kebahagiaan yang sebetulnya hal-hal "kecil", seperti work-life balance yang konsisten, dan didukung penuh oleh penyedia kerja.

"Akses ke sarana pendukung publik yang mudah dan terjangkau (termasuk rumah sakit, ruang terbuka, sarana olahraga, dll)," juga menambah faktor kebahagiaan warga Finlandia menurut Aji yang sudah hampir 8 tahun menetap di Finlandia.

Faktor-faktor tadi, ditambah ritme hidup yang tidak diburu-buru dan kebutuhan dasar yang dijamin negara, membuat lelaki asal Bogor ini betah di Finlandia sejak kuliah sampai sekarang menjadi Innovation Manager di salah satu perusahaan energi terbarukan negara tersebut.

"Masalah kehidupan bersosial, penduduk Finlandia rata-rata sangat teratur dan terjadwal," tambah Aji.

Pajak dibayar rakyat untuk rakyat

Senada dengan Aji, Evita Wishnuwardani Haapavaara (55) atau yang biasa dipanggil Meitie, juga merasakan faktor-faktor kebahagiaan itu dalam kehidupan sehari-hari.

"Semua peraturan dibuat berdasarkan azas kesamarataan dan keadilan sosial, tanpa pandang bulu."

"Saya bisa sekolah dan ambil pelatihan apa pun yang saya mau secara gratis," urai wanita asal Jakarta yang berdomisili di Espoo, kota pinggiran Helsinki.

Selama 26 tahun menetap di Finlandia sejak 1994, Evita pun turut merasakan ketatnya aturan di Finlandia, tetapi itu semua pada akhirnya kembali dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

"Kami dengan senang membayar pajak, karena kita juga yang menikmatinya sampai hari tua. Biaya kesehatan gratis atau sangat murah sekali," imbuhnya kepada Kompas.com via pesan teks, Senin (29/3/2021).

"Saya dibebaskan dari pembayaran obat, dokter, pemeriksaan laboratorium, bahkan pemeriksaan lanjutan pun gratis," ungkap Evita yang bekerja sebagai konsultan BtoB dan pendiri LSM Nusantara.ry pada 2003.

Namun, di balik semua fasilitas top itu, warga Finlandia tetap harus patuh aturan karena ada sanksi tegas bagi pelanggarnya.

"Hukum sangat tegas. Kita betul-betul bayar denda dan harus on time. Kalau ada penunggakan dalam pelaksanaan kegiatan maka pasti ada sanksi yang juga tanpa pandang bulu," terang wanita asal Jakarta yang menikah dengan pria asli Finlandia ini.

"Beli mobil mahal bukan untuk prestise"

Kisah menarik lainnya dari kehidupan di Finlandia diceritakan Desiree Luhulima (64), WNI yang sudah menetap 23 tahun di sana.

Wanita yang berprofesi guru bahasa Indonesia untuk anak-anak ini menjelaskan, faktor kebahagiaan orang Finlandia didapat dari kedekatan mereka demgan alam.

Desiree yang merupakan keturunan Maluku mencontohkan, orang Finlandia membeli mobil mahal bukan untuk prestise, melainkan lebih ke fungsinya.

Begitu pun jika membeli jam tangan mewah seperti Rolex, bukan untuk status sosial tetapi menghargai desainnya.

"Kalau sampai orang beli itu bukan untuk nampang, tapi untuk menghargai desain itu sendiri," kata WNI asal Jakarta ini kepada Kompas.com melalui video call, Sabtu (27/3/2021), sambil memperlihatkan eloknya pemandangan alam di desa Vesilahti, Finlandia.

Desiree lalu menceritakan bagaimana sistem kepercayaan di tengah masyarakat bekerja.

"Mereka itu mutual trust-nya tinggi sekali satu dengan yang lain. Artinya kamu jangan coba-coba bohong, kalau satu kali kamu bohong dan orang tahu, maka kamu sudah ter-skip dari pekerjaan, sekolah, dan sebagainya."

"Termasuk juga ke sistem kesehatan, ke sistem pendidikan, ke sistem polisi, ke pemerintah, mereka itu saling percaya bahwa seseorang melakukan yang terbaik."

"Ketika seseorang melakukan kesalahan, mereka mundur dengan besar hati."

"Jadi semua saling percaya, jadi enak hidupnya, enggak saling curiga."

https://www.kompas.com/global/read/2021/04/05/172948270/seperti-apa-kehidupan-di-negara-paling-bahagia-sedunia-wni-di-finlandia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke