Data itu dipaparkan harian The Washington Post melalui kolom Fact Checker, di mana kabar itu disampaikan sebagai "tsunami kebohongan".
Dalam laporan The Post, Trump disebut mencapai "tonggak bersejarah" itu pada 9 Juli, di mana dia membuat 62 klaim palsu dan menyesatkan.
Sekitar setengah dari pernyataan itu disampaikan dalam wawancara dengan pembawa aara Fox News, Sean Hannity, dilaporkan The Guardian Senin (13/7/2020).
Di antara pernyataan yang dibawakan adalah "dukungan luar biasa" bagi warga Afro-Amerika, dan tuduhan bahwa Barack Obama dan Joe Biden mengintainya pada Pilpres AS 2016.
The Post awalnya membuat basis data dalam 100 hari pertama Trump, yang kemudian berlanjut di mana setiap klaim sang presiden dicatat.
Dalam 100 hari pertama presiden 75 tahun itu menjabat, terdapat 492 keterangan palsu, yang berarti dia membuat lima pernyataan tak benar setiap harinya.
Sejak saat itu, situs pemantau fakta itu memberitakan "tsunami kebohongan terus datang dan semakin membesar setiap saatnya".
"Ide bahwa Trump akan mencapai 20.000 klaim sebelum jabatannya berakhir nampak menggelikan ketika Cek Fakta ini dibentuk," tulis Glenn Kessler, editor sekaligus penulis utama, Salvador Rizzo, dan Meg Kelly.
Pernyataan yang dianggap sesat itu semakin meningkat dalam 14 bulan terakhir, di mana presiden ke-45 AS tersebut menghadapi serangkaian isu.
Dimulai dari pemakzulan dirinya oleh oposisi Demokrat, penanganan virus corona, hingga aksi protes menyikapi kematian pria kuit hitam bernama George Floyd.
Cek Fakta The Post mencatat, selama lebih dari satu tahun itu Trump membuat setidaknya 23 keterangan yang dianggap palsu setiap harinya.
Tercatat, suami Melania itu mengucapkan 1.200 keterangan palsu dan sesat mengenai wabah, terutama mengenai kemampuan tes AS.
Selama ini, dia selalu membanggakan masifnya tes dari AS. Tapi, pakar menerangkan pengujian belum sebanding dengan tingkat penyebarannya.
Para penulis Cek Fakta menuturkan, salah satu pernyataan paling sesat yang disampaikan adalah dia menyebut ekonomi AS mencapai titik terbaiknya.
Para ilmuwan politik secara umum menyepakati ekonomi yang kuat menjadi sasaran yang dicapai Trump agar terpilih lagi pada Pilpres AS 2020.
Sang presiden awalnya mengatakan bahwa ekonomi Negeri "Uncle Sam" mencapai puncaknya pada Juni 2018, dan sejak saat itu, menjadi "salah satu kata favorit".
Tetapi dampaknya, Trump "terpaksa mengadaptasi (pesan) di tengah masa sulit, bahkan menambahkan beberapa kata agar lebih fantastis.
Setiap dia menyatakan bahwa dia membawa ekonomi AS meroket sepanjang sejarah, dia kemudian mengklaim memperoleh "ekonomi tertinggi di dunia".
https://www.kompas.com/global/read/2020/07/14/074457870/selama-jadi-presiden-as-trump-membuat-20000-klaim-palsu-dan-menyesatkan