KOMPAS.com – Sadarkah kamu jika saat ini banyak sekali makanan terbuang percuma?
Melansir Technogym,diperkirakan 30 persen makanan yang diproduksi di dunia terbuang percuma setiap tahun, dengan total 1,3 juta ton.
Di sisi lain, kecenderungan untuk menjalani kehidupan tanpa limbah (zero waste) semakin meningkat.
Hal ini memungkinkan penggunaan kembali dan daur ulang produk makanan.
Baca juga: Tips Kurangi Sampah Makanan, Olah Semua Bagian Bahan Makanan
Sadar akan masalah tersebut, banyak tokoh dunia, mulai dari koki ternama dunia Massimo Bottura hingga asosiasi petani, mulai meningkatkan kesadaran akan pemborosan makanan.
Maka munculah gerakan zero waste cooking atau zero waste kitchen.
Bertepatan dengan International Day of Awareness of Food Loss and Waste yang jatuh setiap 29 September, yuk pelajari lebih jauh perihal zero waste cooking.
Melansir dari Technogym, praktik zero waste cooking atau kitchen mulai dijalankan pada 2016.
Saar itu didirikan Food for Soul, sebuah asosiasi nirlaba yang dibentuk dengan tujuan mendorong organisasi publik, swasta, dan nirlaba untuk membuat dan mendukung kantin komunitas.
Baca juga: Cara Olah Limbah Dapur untuk Jadi Pupuk Organik, Yuk Simak
Kantin komunitas ini merupakan proyek untuk menyebarkan gaya hidup zero waste kitchen.
Meski demikian, beberapa tahun sebelumnya di 2013. Ada restoran pertama yang sudah menjalankan gaya serupa zero waste kitchen, Rub & Stub nama restorannya.
Sementara itu di Brighton, Inggris ada pula restoran yang melakukan gerakan zero waste kitchen dengan mengubah limbah dapur menjadi pupuk kompos. Kemudian pupuk itu dikirim kepada petani.
Melansir Restaurant, gerakan zero waste itu dijadikan film dokumenter di tahun 2017 dengan judul "Wasted! The Story of Food Waste". Film dokumenter ini dibuat oleh mendiang koki dan presenter Anthony Bourdain.
Film ini membahas krisis limbah makanan, mencatat bahwa secara global 1,3 miliar ton makanan dibuang setiap tahun.
Film dokumenter tersebut juga menunjukkan bagaimana koki dapat secara kreatif memanfaatkan limbah makanan.
Baca juga: Cara Bikin Kaldu dari Tulang Ayam dan Kulit Sisa
Pada 2019, dalam 74th United Nations General Assembly tanggal 29 September ditetapkan sebagai International Day of Awareness of Food Loss and Waste (Hari Internasional untuk Kesadaran akan Makanan yang Dibuang dan Limbah Makanan).
Limbah makanan semakin menjadi perhatian serius. Sebab ketika makanan dibuang semua sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan makanan seperti air, tanah, energi, tenaga kerja, dan modal ikut terbuang percuma.
Pembuangan sisa makanan dan limbah di tempat pembuangan, menyebabkan emisi gas rumah kaca yang berkontribusi pada perubahan iklim.
Perancis menjadi negara terdapan dalam penggunaan kembali produk makanan, berdasarkan peringkat kelestarian lingkungan.
Menurut peringkat terbaru dari Sustainable Index, indeks yang menganalisis kinerja keberlanjutan 67 negara, Perancis memimpin di ketiga pilar.
Baca juga: Resep Pempek Nasi, Solusi Praktis Olahan Nasi Sisa
Ketiga pilar tersebut terdiri dari memerangi limbah makanan, pertanian berkelanjutan, dan tantangan nutrisi.
Peringkat ini disusul pula oleh negara Belanda, Kanada, Finlandia, dan Jepang.
Beberapa negara sadar akan limbah makanan. Mereka membuat undang-undang tentang gerakan zero waste.
Perancis telah mengukuhkan kepemimpinannya di bidang pencegahan limbah makanan. Perancis adalah negara pertama yang membuat undang-undang tentang zero waste.
Pada awal 2016, setelah setahun dibuatnya undang-undang tersebut, supermarket dan restoran di Perancis wajib untuk bekerja tanpa limbah makanan.
Mereka harus menyumbangkan makanan hampir kedaluwarsa kepada organisasi yang mengurus orang miskin.
Bagi yang melanggar akan mendapat risiko denda yang berat atau bahkan penjara.
Negara Italia telah mencoba mengambil langkah lebih jauh untuk kebijakan zero waste dengan Undang-undang Gadda (166/2016).
Baca juga: Jangan Buang Tinta Cumi, Coba Resep Nasi Goreng Hitam
Undang-undang tersebut ternyata mampu meningkatkan praktik zero waste yang baik.
Meski sudah ada aturan yang mengatur tentang zero waste, permasalahan tetap ditemui.
Salah satu aspek permasalahannya ada di bidang katering dan pengecer besar.
Sering kali makanan yang sudah mulai rusak atau kualitasnya menurun dan tidak layak jual dibuang. Padahal makanan tersebut masih layak konsumsi dan dapat disumbangkan.
Dari asumsi ini, filosofi penggunaan kembali makanan yang disebut zero waste cooking atau kitchen bermula.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.