Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Rasa Manis pada Masakan Jawa Tengah, Pengaruh Tanam Paksa

Kompas.com - 12/08/2020, 11:15 WIB
Yana Gabriella Wijaya,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Terkenal dengan cita rasanya yang manis, membuat masakan di Jawa Tengah dan Yogyakarta menjadi sajian yang unik dan banyak penggemar.

Baca juga: Sejarah Soto Tangkar Khas Betawi, Lahir karena Daging Hanya untuk Penjajah

Namun, ciri khas kuliner Jawa Tengah dan Yogyakarta itu berawal malah dari tanam paksa saat masa penjajahan.

Bukan tanpa alasan masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah khususnya Solo memiliki sajian khas dengan cita rasa manis, Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito, Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada, menjelaskan hal ini.

Tanam paksa 5 komoditas pangan

“Kita kembali ke zaman kolonial, jadi pada saat itu Bangsa Eropa berpikir untuk mengeksprorasi Tanah Jawa, dengan komoditi pangan yang laku di pasar dunia,” papar Murdijati kepada Kompas.com, Senin (10/8/2020).

Pada saat itu ada 5 komoditi pangan yang dieksplorasi di Jawa yaitu teh, kopi, gula pasir dari tebu, tapioka, dan kina.

Kina ditanam di Jawa Barat pada abad ke-17 hingga 18. Selanjutnya yang cocok ditanam di Jawa Barat lainnya adalah tapioka dan teh.

Kemudian setelah dicoba, kopi yang dulunya ditanam di Jawa Barat akhirnya dinilai tidak cocok dan tidak menghasilkan kualitas kopi yang baik.

“Lalu dipilih tempat yang lebih cocok dan akhirnya dikembangkan di Jawa Timur,” ujar  Murdijati.

Sementara gula pasir yang berasal dari tebu banyak diproduksi di Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur.

Tebu, tanaman penghasil gula itu awalnya ditanam di kawasan Jawa Barat tapi juga tidak menghasilkan kualitas yang baik, kemudian dipindah ke kawasan Jawa Tengah.

Gudeg, makanan khas Yogyakarta.https://pesona.travel Gudeg, makanan khas Yogyakarta.

Kemudahan akses gula di Jawa Tengah

Saat ditanam di Jawa Tengah, tebu dinilai memiliki kualitas yang baik. Akhirnya praktik tanam paksa di Jawa Tengah mengharuskan petani dan pemiliki kebun menanam tebu.

Sehingga, masyarakat Jawa Tengah sangat mudah mengakses gula. Sekitar kawasan Yogyakarta dan Solo saja terdapat 17 pabrik gula, jumlah itu tercatat pada masa akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19.

Baca juga: Apa Bedanya Gula Aren dan Gula Merah, Pemanis Kue Tradisional

Produktivitas tebu yang melimpah membuat masyarakat Jawa Tengah memanfaatkan gula sebagai bumbu masakan.

“Berbeda dengan masyarakat Jawa Barat, karena di sana gula masih jarang dan jauh dari Jawa Tengah yang banyak memproduksi gula,” kata Murdijati.

Perbedaan penggunaan gula terlihat juga pada sajian teh di Jawa Barat yang kebanyakan tanpa gula, karena pada saat itu gula dianggap barang langka dan mahal di kawasan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com