Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Soto Tangkar Khas Betawi, Lahir karena Daging Hanya untuk Penjajah

Kompas.com - 05/08/2020, 16:16 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Selain soto betawi yang populer, kuliner Betawi juga punya jenis soto lain yang tak kalah nikmat. Soto tangkar namanya.

Baca juga: Serba-serbi Kuliner khas Betawi

Soto tangkar adalah soto berkuah gurih dengan isian berupa tangkar atau tulang iga.

Dilansir dari buku Kuliner Betawi: Selaksa Rasa dan Cerita karya Akademi Kuliner Indonesia terbitan Gramedia Pustaka Utama, dalam bahasa Betawi, tangkar artinya tulang iga.

Kuah santan soto tangkar punya warna yang sedikit kemerahan dan punya rasa yang lebih ringan daripada soto betawi. Pasalnya, soto tangkar menggunakan air asam jawa, kencur, dan lengkuas yang membuat rasanya lebih segar.

Selain menggunakan tangkar, ada pula pedagang soto tangkar yang mencampur isian soto dengan potongan daging. Ada pula yang menambahkan kelapa sangrai halus sehingga kuahnya jadi lebih gurih dan kental.

Ilustrasi iga sapi mentahShutterstock/DronG Ilustrasi iga sapi mentah

Soto tangkar ini punya sejarah yang cukup panjang, bisa dirunut hingga ke masa penjajahan Belanda. Kala itu masyarakat Betawi hanya mampu membeli bagian tangkar yang punya sedikit daging dan lebih murah dari pada daging sapi.

Ada pula versi lain yang mengatakan bahwa para meneer atau tuan Belanda yang mengadakan pesta akan memasak makanan mewah yang dibuat dari daging sapi.

Sementara bagian tangkar atau iga, kepala, dan jeroan sapi akan diberikan kepada para pekerja Indonesia. Bagian-bagian ini kemudian dimanfaatkan menjadi banyak sajian lezat dengan bumbu tradisional, salah satunya soto tangkar.

Ilustrasi soto tangkarShutterstock/Julian Somadewa Ilustrasi soto tangkar

Tak itu saja, soto tangkar sebagai bagian dari kuliner Betawi juga mengalami percampuran budaya antara banyak bangsa yang datang ke Betawi.

“Ada beberapa ya (silang budaya) seperti ragam soto betawi dan tangkar yang mana itu notabenenya perserapan dari kebudayaan Tionghoa. Kemudian sudah melokal dan menjadi kebudayaan Betawi,” terang sejarawan kuliner Fadly Rahman kepada Kompas.com, Kamis (4/5/2017).

Tak hanya Tionghoa, soto tangkar juga mengalami percampuran budaya India dan Arab yang masuk melalui penggunaan minyak samin dalam soto tangkar dan betawi.

“Artinya percampuran selera Betawi dan lokal, pengaruh Tionghoa, Arab, dan India menyatu padan di semangkuk soto,” ujarnya.

Buku “Kuliner Betawi: Selaksa Rasa dan Cerita" karya Akademi Kuliner Indonesia terbitan Gramedia Pustaka Utama dapat dibeli secara online di Gramedia.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com