Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Indonesia Punya Jenis Durian Terbanyak di Dunia?

Kompas.com - 16/06/2020, 16:16 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia jadi salah satu negara penghasil durian terbanyak di dunia.

Dibandingkan dengan negara penghasil durian lainnya seperti Malaysia dan Thailand, Indonesia punya ragam jenis durian paling banyak.

Baca juga: Apakah Benar Makan Durian Bisa Bikin Demam?

"Karena sebagian besar durian Indonesia itu ada di alam. Sekitar 85 persen di alam. Hanya 15 persen yang dikebunkan, itu data sekitar 4-5 tahun lalu ya," ujar pakar durian dari Yayasan Durian Nusantara, Mohamad Reza Tirtawinata kepada Kompas.com.

Menurut Reza, 85 persen durian yang ada di alam liar itulah yang kemudian menghasilkan beragam jenis varietas yang sangat banyak.

Prosesnya, durian-durian itu tumbuh sembarangan dari biji. Entah biji durian yang habis dimakan orang lalu dilempar begitu saja ke tanah.

Biji tersebut kemudian akan tumbuh di tempat tersebut. Pada umumnya, proses berkembangnya pohon durian di Indonesia seperti itu.

Dari proses itulah kemudian muncul beragam varietas durian yang berbeda.

"Jadi ya hanya 15 persen lah yang diokulasi (dikebunkan). Hanya sedikit yang memang diperbanyak, hanya varietas tertentu saja. Sisanya ya beragam, menghasilkan varietas dan rasa beda," katanya.

Reza mengandaikan durian seperti halnya manusia yang memiliki sifat berbeda. Maka dari itu, durian Indonesia yang kebanyakan adalah liar akan memiliki sifat yang berbeda, termasuk bentuk dan rasa.

"Setiap individu pohon, jika tumbuh dari biji maka rasa akan berbeda. Pengaruhnya dari biji, genetik," kata Reza.

"Kalau kawin silang itu durian yang dihasilkan nantinya bisa punya sifat "bapak" dan "ibu". Jadi menghasilkan durian yang berbeda dari sebelumnya," lanjutnya.

Godjali saat memanjat pohon durian untuk dipetik di kawasan perbukitan dekat Gunung Suling, tepatnya di Desa Rabak, Rumpin, Bogor, Jawa Barat, Kamis (31/1/2019). Untuk mencapai kawasan perbukitan membutuhkan waktu sekitar 2 jam jalan kaki untuk memanen durian, bulan desember sampai pertengahan februari adalah musim durian dikawasan Rumpin ini.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Godjali saat memanjat pohon durian untuk dipetik di kawasan perbukitan dekat Gunung Suling, tepatnya di Desa Rabak, Rumpin, Bogor, Jawa Barat, Kamis (31/1/2019). Untuk mencapai kawasan perbukitan membutuhkan waktu sekitar 2 jam jalan kaki untuk memanen durian, bulan desember sampai pertengahan februari adalah musim durian dikawasan Rumpin ini.
Setiap pohon durian yang berasal dari biji mengalami proses perkawinan di alam yang natural.

Proses perkawinan tersebut tidak dibantu manusia melainkan oleh binatang seperti kelelawar, atau bahkan angin dan hujan. Dalam proses tersebut biasanya terjadi kawin silang yang akan menghasilkan jutaan biji.

Jutaan biji tersebut artinya adalah jutaan varietas durian. Itulah kenapa durian di Indonesia punya ragam varietas yang sangat banyak.

Reza menyebutkan, di Thailand dan Malaysia, jenis durian yang mereka produksi biasanya tak banyak. Thailand dengan durian monthong dan Malaysia kini dengan durian musangking.

Pasalnya, Thailand dan Malaysia selalu mempraktikkan proses kloning durian. Mereka memiliki kebun khusus untuk setiap varietas durian yang mereka unggulkan.

Jika satu pohon dicangkok dan dikloning lalu menghasilkan banyak pohon lain dengan jenis yang sama, maka pohon tersebut akan jadi satu jenis yang sama dan menghasilkan buah yang sama pula.

"Di Thailand itu 80 persen sudah dikebunkan, 20 persen masih liar. Mereka cangkok satu pohon yang sama, dipelihara dalam kebun jumlahnya besar. Makanya jutaan orang bisa menikmati rasa yang sama," tutur Reza.

Selengkapnya mengenai durian bisa dibaca di VIK: Pesta Durian. Dalam VIK ini juga diulas mengenai tips, fakta dan mitos, hingga sejarah durian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com