Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Bedanya Arak, Tuak, dan Brem Bali yang Kini Sudah Legal?

Kompas.com - 15/06/2020, 22:05 WIB
Nabilla Ramadhian,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Minuman tradisional khas Bali terdiri dari arak, tuak, dan brem. Kini ketiga minuman tersebut sudah legal tercatat di Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi Dan/Atau Destilasi Khas Bali yang dikeluarkan oleh Gubernur Bali I Wayan Koster

Meski sama-sama merupakan minuman beralkohol, terdapat sedikit perbedaan dari ketiga minuman beralkohol dari Pulau Dewata tersebut.

“Bahan yang digunakan untuk arak Bali itu biasanya nira dari pohon kelapa, pohon enau (aren), atau pohon ental (lontar)," kata Perbekel Desa Tri Eka Buana I Ketut Derka saat dihubungi Kompas.com, Senin (17/2/2020).

Baca juga: Arak, Tuak, dan Brem di Bali Kini Legal, Ini Aturannya...

Sementara tuak, disebutkan I Ketut Derka berasal dari enau dan brem dari beras ketan hitam atau putih.

Pengrajin arak dan pemilik Warung Sunset, Jero Mangku Dalem Suci, akrab disapa Chef Gede Yudiawan saat dihubungi Kompas.com, Senin (17/2/2020) mengatakan bahwa tuak juga bisa dibuat menggunakan nira pohon lontar.

Derka mengatakan bahwa tidak semua pohon aren memiliki nira.

Menurutnya, pohon yang lebih dimanfaatkan buahnya tidak dapat mengeluarkan nira saat manggar dipotong.

Baca juga: Legalisasi Arak dan Brem Bali Diharap Dongkrak Ekonomi Kreatif Karangasem

Biasanya, pohon aren akan dipelihara terlebih dahulu oleh para petani selama 25 hari.

Dalam 25 hari tersebut bagian dekat bunga pohon aren akan dipukul dan digoyangkan setiap hari untuk merangsang keluarnya nira.

Pembuatan arak dan tuak

Dalam pembuatan arak dan tuak, keduanya sama-sama melalui masa fermentasi. 

Media yang digunakan adalah serabut kelapa, kulit kayu bayur, atau kayu kutat. Namun terdapat beberapa proses sebelum ketiga media fermentasi tersebut digunakan.

Baca juga: Resep Seared Rib Eye with Mushroom Sauce, Steak ala Hotel Bintang 5 di Bali

Baik serabut kelapa, kulit kayu bayur, maupun kulit kayu kutat harus dikeringkan selama 14 – 20 hari.

Selanjutnya, ketiganya dihaluskan dengan cara dipukul menggunakan kayu di atas batu .

Setelah halus, baru media dimasukkan ke dalam tempat penampungan yang sudah diisi nira.

Ilustrasi pembuatan arak BaliShutterstock Ilustrasi pembuatan arak Bali

Meski media fermentasinya sama, namun pengolahan arak dan tuak cukup berbeda. Dalam proses pengolahan arak, nira harus difermentasi selama 2 – 3 hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com