Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Nikmatnya Santap Kuliner Masa Lalu di Gubuk Tiwul Ngerangan, Klaten

KOMPAS.com – Nasi dari beras, dulu ternyata menjadi makanan mewah bagi sebagian orang. Terutama, bagi mereka yang tinggal di perbukitan.

Itu karena kawasan perbukitan, terutama di daerah Gunungkidul, sulit ditanami padi, sehingga nasi dari beras sulit didapat dan mahal.

Oleh karena itu, masyarakat zaman dahulu banyak yang menyantap tiwul dari tanaman singkong, sebagai makanan pokok pengganti nasi.

Kini, kuliner tiwul sudah makin jarang dijumpai, seiring dengan beras yang makin mudah dibeli.

Lezatnya menyantap nasi tiwul

Kompas.com berkunjung langsung ke Gubuk Tiwul ini pada Sabtu (13/1/2024). Sebelumnya, Kompas.com juga belum pernah menyantap tiwul.

Awalnya, sesuatu yang muncul dalam benak ketika mendengar kata tiwul adalah makanan lengket yang biasa jadi jajanan pasar.

Saat memesan nasi tiwul, ternyata begitu tiba, kuliner ini disajikan seperti nasi pada umumnya. Suasana bersantap pun kian nikmat karena berada di saung-saung sederhana khas desa.

Dari segi tekstur, bedanya dengan nasi adalah, tiwul berbentuk butiran butiran kecil, bukan seperti nasi dari beras yang memanjang. Warna nasi dari tiwul juga cokelat kekuningan, bukan putih seperti nasi beras.

Selain itu, nasi dari tiwul juga tidak terlalu lengket, berbeda dengan nasi dari beras yang cukup lengket, terutama saat baru matang.

Kemudian dari segi rasa, nasi tiwul ternyata lebih gurih. Sementara nasi dari beras, rasanya agak manis.

Pihak Gubuk Tiwul juga menyediakan menu tiwul uleng, yakni campuran nasi dari tiwul dan dari beras.

Selain nasi tiwul, pengunjung bisa memesan lauk, seperti ayam geprek atau bandeng dengan sambal bawang.

Menyantap nasi tiwul pun bagi Kompas.com, menghadirkan pengalaman yang belum pernah dirasakan sebelumnya.

“Nasi tiwul ini terbuat dari singkong yang dihaluskan, dan dijadikan tepung, lalu diinteri (diberi air sedikit dan diaduk di tampah) agar menjadi butiran-butiran kecil,” kata ketua PKK RT 9, RW 4, Dusun Kenteng, Desa Ngerangan, bernama Menuk kepada Kompas.com, Sabtu.

Ia melanjutkan bahwa setelah diinteri, tiwul lalu dimasak dengan cara dikukus, kemudian jadilah nasi tiwul.

“Dimasaknya cuma bisa dikukus. Kalau pakai magic jar, nanti terlalu basah nasi tiwulnya,” sambung Menuk.

Selain menyajikan nasi tiwul, Gubuk Tiwul Desa Ngerangan juga menyediakan olahan tiwul lain, yakni tiwul crispy yang bisa dijadikan camilan.

Adapun harga makanan di Gubuk Tiwul adalah mulai dari Rp 6.000 hingga Rp 14.000. Harga minumannya mulai dari Rp 2.000 sampai Rp 5.000.

https://www.kompas.com/food/read/2024/01/15/083741675/nikmatnya-santap-kuliner-masa-lalu-di-gubuk-tiwul-ngerangan-klaten

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke