Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Potensi Sagu Sebagai Ketahanan Energi, Tingkatkan Kesejahteraan Rakyat

KOMPAS.com - Sagu, bahan pangan banyak manfaat yang sering ditemui di Papua ini bukan sebatas bahan pangan, melainkan juga berpotensi sebagai ketahanan energi.

Potensi sagu dipaparkan oleh Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Musdhalifah Machmud, Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan, dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

Ketiganya hadir pada acara pembukaan Pekan Sagu Nusantara 2020 dalam EXPO Pekan Sagu Nusantara melalui siaran langsung dari YouTube, Selasa (20/10/2020).

Sagu sebagai sumber utama pangan nasional

“Kita punya lahan sagu yang terluas di dunia dengan total luas lahan sekitar 5,5 juta hektar. Kalau karet saja kita bisa unggul dan menjadi kedua kontribusi negara kita yang luas 3,7 juta hektar, sedangkan sagu 5,5 juta hektar potensinya sangat besar sekali,” papar Musdhalifah.

“Masyarakat jangan bergantung hanya pada beras sebagai sumber utama pangan nasional. Mulai saat ini kita akan berupaya bekerja bersama untuk mewujudkan sagu sebagai salah satu pangan utama di beberapa wilayah-wilayah di Indonesia,” lanjut Musdhalifah.

Musdhalifah mendorong agar sagu terus diberikan perhatian dengan praktik berkelanjutan dengan usaha yang baik. Kemudian bisa meminimalkan potensi yang bisa merusak sumber daya alam (SDA) Indonesia.

Ia memaparkan bahwa area yang telah dimanfaatkan dari total luas lahan sagu pada 2019, baru sampai 5,79 persen atau seluas 314.000 hektar.

Dengan proposi 96 persen lahan sagu dikelola oleh perkebunan rakyat dan sisanya dikelola oleh perkebunan swasta.

“Hal ini memunjukkan bahwa potensi lahan sagu yang cukup besar ini masih sangat perlu untuk kita kembangan pengelolaannya. Kita optimalkan manfaatnya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat kita dan meningkatkan perekonomian negara,” kata Musdhalifah.

Ia juga menyampaikan tujuannya untuk menggali potensi bisnis sagu nusantara, bukan hanya sebagai pangan melainkan juga sebagai ketahanan energi.

“Karena sagu merupakan salah satu sumber yang dapat menghasilkan etanol untuk mensubstitusi bahan bakar fosil kita dari premium yang sekarang realisasinya masih 0 persen,” jelasnya.


“Sedangkan di Papua Barat, bahwa di Provinsi Papua Barat memiliki area lahan sagu sebesar 510.000 hektar. Dari luasan tersebut yang baru digarap sebagai kebun sagu baru mencapai 20.000 hektar atau 3,93 persen dan selebihnya adalah hutan sagu,” jelas Dominggus Mandacan.

Ia juga menjelaskan bahwa di satu sisi, masyarakat yang mata pencahariannya bergantung pada pengolahan sagu ini kondisi kesejahteraannya masih rendah.

Hal ini disebabkan oleh orientasi usaha yang masih berfokus kepada olahan sagu untuk kebutuhan konsumsi keluarga sebesar 80 persen. Sementara 20 persen saja yang dijual untuk memperoleh pendapatan tunai.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka sangat perlu lebih memerhatikan potensi sagu. Dikelola dengan baik dari hulu hingga kehilir sampai berdampak bagi kesejahteraan masyarakat Papua.

Potensi sagu pada pasar global

Sagu Indonesia tercatat pada 2019 telah diekspor ke beberapa negara tujuan seperti India, Malaysia, Jepang, dan Vietnam.

Musdhalifah mengatakan bahwa kondisi ini menunjukkan produk sagu Indonesia diminati oleh pasar global.

“Sehingga kita perlu meningkatkan daya saing produk kita, agar dapat berkontribusi lebih besar lagi dipasar ekspor sagu untuk menghasilkan devisa negara dan kesejahteraan rakyat,” papar Musdhalifah.

“Kita juga hati-hati dengan nagara penghasil sagu lainnya seperti Malaysia dan Papua Nugini. Jangan sampai lahan sagu yang kita miliki yang begitu luas ini tapi nanti pengembangan sagu dan industri sagu hilirnya jangan sampai dibalap oleh negara-negara tersebut,” jelas Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

Makanan olahan sagu

Musdhalifah Machmud menjelaskan ada banyak olahan makanan dari sagu yang unik dan sehat dibandingkan dengan olahan dari bahan pangan lainnya. Beberapa olahan sagu adalah tepung sagu, mi sagu, beras analog, dan aneka kue.

“Beberapa dari antaranya menjadi bagaian identitas dari masing-masing daerah. Kita kenal ada papeda, kripik sagu di Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan juga ada,” paparnya.

Selain itu juga ada mi sagu kapurung dan sinole dari Luwu Utara.

“Untuk meningkatkan perekonomian dari sagu, kita berharap betul industri-industri untuk melihat dan memanfaatkan sagu sebagai salah satu potensi produk olahan negara kita untuk kesejahteraan rakyat dan meningkatkan perekonomian negara kita,” jelas Musdhalifah.

https://www.kompas.com/food/read/2020/10/20/191900175/potensi-sagu-sebagai-ketahanan-energi-tingkatkan-kesejahteraan-rakyat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke