Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Waode Nurmuhaemin
Penulis

Praktisi pendidikan, penulis buku dan novel pendidikan

Membaca Hasil Tes PISA 2022

Kompas.com - 31/12/2023, 13:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kalau saya melihat, salah satu hal yang membuat peringkat Indonesia naik dua tingkat di atas sepuluh terbawah karena diuntungkan faktor internal negara partisipan yang bertambah.

Pada 2018, hanya 79 negara peserta. Sementara pada 2022, ada penambahan dua negara, yaitu Kamboja dan Guatemala, yang kemudian mengisi posisi terbawah. Hal itu ikut mendongkrak rangking Indonesia.

Peringkat negara ASEAN lain jauh di atas Indonesia, yaitu Vietnam, Brunei Darusalam, Malaysia, dan Thailand. Hanya Filipina dan Kamboja yang masih di bawah Indonesia.

Namun, Kamboja baru kali ini ikut dalam perhelatan PISA sehingga dimaklumi kalau menjadi juru kunci menggantikan Filipina.

Standar nilai yang ditetapkan OECD untuk metematka adalah 472, membaca 476, dan sains 485. Skor Indonesia untuk matematika adalah 366, membaca 359, dan sains 383.

Indonesia di bidang matematika duduk di peringkat 12 terbawah, membaca peringkat 11 terbawah, dan sains peringkat 15 terbawah.

Ada beberapa hal yang patut dicermati dari hasil PISA Indonesia 2022, berdasarkan laporan OECD tentang kemampuan siswa menengah Indonesia di tiga bidang yang diujikan.

Tes kali ini diikuti sebanyak 13.439 siswa Indonesia yang jadi sampel berumur 15 tahun dari 410 sekolah.

Secara garis besar dalam bidang matematika kinerja siswa Indonesia yang mencapai di bawah level 2 adalah salah satu yang tertinggi di banding negara-negara lain.

Sementara presentasi siswa dengan kinerja terbaik di level 5 dan 6 adalah salah satu yang terendah dibanding negara peserta lain. Demikian juga dengan membaca dan sains hampir sama.

Temuan OECD lainnya, siswa Indonesia masih mengalami perundungan yang belum berubah sejak PISA 2018. Itu artinya sudah lima tahun perundungan masih terjadi di sekolah–sekolah Indonesia.

Di samping itu, ada survei terkait guru di indonesia. OECD memberikan catatan jumlah guru bersertifikat masih rendah di Indonesia.

Tentu saja guru-guru yang belum memiliki sertifikat harus segera mengikuti program sertifikasi. Muara sebenarnya adalah kesejahteraan masih belum dinikmati semua guru. Gaji guru Indonesia dibanding negara maju sangat jomplang, bagaikan langit dengan bumi.

Dari aspek–aspek umum yang disurvei tersebut, kabar baiknya adalah Indonesia menjadi negara yang kebijakan perangkat digital lebih tinggi diterapkan di sekolah dibandingkan negara-negara OECD dan mitra.

Tentu saja hal ini bisa dimaklumi karena implementasi Kurikulum Merdeka memang melakukan transformasi pendidikan ke ranah digital lebih masif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com