Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Waode Nurmuhaemin
Penulis

Praktisi pendidikan, penulis buku dan novel pendidikan

Pendidikan Era 4.0: Menghindari Jebakan Humanoid

Kompas.com - 26/12/2023, 11:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

IMPLEMENTASI Kurikulum Merdeka di sekolah dengan segenap digitalisasinya saat ini menciptakan satu tren di kalangan guru yang berlomba menjadi guru influencer dan guru konten kreator.

Kondisi ini akan mendistrosi tujuan Kurikulum Merdeka jika mereka tidak memahami filosofi kurikulum tersebut. Kurikulum Merdeka berpusat di siswa dan pembelajaran diferensiasi menjadi tujuan utama.

Para guru sebaiknya tidak sekadar berlomba memamerkan kecanggihan teknologi melalui media sosial. Terpenting implementasinya di ruang kelas, yaitu menciptakan siswa yang memilki kemampuan abad 21 tanpa meninggalkan pribadi yang Pancasilais.

Era 4.0 membuat dunia pendidikan seolah sedang menari di atas tali tipis, antara menjadi pintar dan menjadi "kuli ilmu" yang terlalu mirip dengan robot.

Sementara teknologi terus berkembang, pertanyaannya adalah, bagaimana agar pendidikan kita dapat menghindari jebakan hanya memproduksi siswa "humanoid" yang kemudian diatur dan bergerak sesuai aturan dan algoritma?

Tentu saja ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari jebakan agar siswa tidak menjadi siswa yang humanoid.

Pertama, menanamkan kreativitas sejak dini. Mari kita hentikan kecenderungan untuk mengukur keberhasilan pendidikan hanya dari segi akademis.

Pendidikan 4.0 harus lebih dari sekadar perolehan nilai atau kecepatan dalam menjawab soal matematika. Kita perlu memberikan ruang bagi kreativitas.

Dalam kelas-kelas, berikan tantangan yang menginspirasi siswa untuk berpikir out of the box. Ajak mereka menciptakan, berimajinasi, dan mengekspresikan diri tanpa batasan yang ketat.

Dengan begitu, kita dapat membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki daya kreasi luar biasa.

Kedua, fokus pada pengembangan keterampilan manusia yang tak tergantikan oleh artificial intelligence (AI).

Kita tahu AI memiliki keunggulan dalam hal perhitungan dan analisis data. Namun ada satu hal yang tidak dapat AI gantikan: kecerdasan emosional.

Oleh karena itu, kita perlu memfokuskan pendidikan pada pengembangan keterampilan manusia yang tak tergantikan.

Bimbing siswa untuk mengenali dan mengelola emosi mereka, ajarkan bekerja sama dalam tim, dan bangun keterampilan komunikasi interpersonal.

Kecerdasan emosional dan kemampuan untuk berkolaborasi adalah aset yang akan terus bernilai tinggi, bahkan di tengah lonjakan teknologi.

Ketiga, pendidikan adaptif dan personalisasi. Satu ukuran tidak cocok untuk semua dan itulah juga yang berlaku dalam pendidikan.

Ini juga yang menjadi titik tekan kurikulum Merdeka, yaitu pembelajaran yang tidak menyamakan kemampuan siswa.

Ciptakan lingkungan belajar adaptif dan dapat dipersonalisasi. Gunakan teknologi untuk mendukung pendekatan ini, memungkinkan setiap siswa untuk berkembang sesuai dengan kecepatan dan gaya belajarnya sendiri.

Jangan biarkan pendidikan menjadi pita lari di mana setiap siswa diharapkan mencapai tujuan pada waktu yang sama.

Biarkan mereka mengeksplorasi minat mereka sendiri, mengasah bakat unik, dan tumbuh sesuai dengan potensi pribadi masing-masing.

Keempat, guru sebagai mentor, bukan hanya sumber informasi. Guru bukan hanya 'kuli ilmu' yang mengumbar fakta dan informasi. Mereka adalah mentor, pemandu di dunia pengetahuan.

Pendidikan 4.0 mengharuskan guru untuk berperan sebagai fasilitator pembelajaran yang membimbing, mendukung, dan memotivasi.

Guru perlu membantu siswa mengembangkan pemikiran kritis, kemampuan analisis, dan kemauan untuk terus belajar.

Mereka adalah penuntun dalam menjelajahi dunia ilmu pengetahuan, bukan hanya sumber yang memberikan jawaban tanpa pertanyaan.

Kelima, membuat ruang kebebasan berpikir. Jangan biarkan teknologi menjadi sang pemimpin yang tak terbantahkan.

Tanamkan kebebasan berpikir di setiap sudut ruang kelas. Biarkan siswa mempertanyakan, menggugat, dan menggali lebih dalam ke dalam topik-topik yang mereka pelajari.

Kebebasan berpikir adalah aset berharga yang dapat membebaskan kita dari menjadi "kuli ilmu" yang hanya menjalankan tugas tanpa merenungkan tujuannya.

Mendorong siswa untuk menjadi pembuat pertanyaan, bukan hanya pencari jawaban, akan membentuk pikiran yang lebih kritis dan inovatif.

Keenam, teknologi sebagai alat, bukan penguasa. Kita perlu mengubah persepsi terhadap teknologi. Teknologi adalah alat, bukan tujuan akhir.

Gunakan kecerdasan buatan dan teknologi canggih sebagai sarana untuk mencapai hasil yang lebih baik, bukan sebagai pemimpin yang tidak bisa ditantang.

Menggabungkan teknologi dengan pendidikan manusia yang penuh nilai-nilai akan menciptakan kombinasi luar biasa.

Kita dapat memiliki kecerdasan buatan yang membantu kita menyelesaikan masalah, sementara manusia memberikan sentuhan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan.

Dalam menghadapi revolusi Pendidikan 4.0, kita memiliki kekuatan untuk membentuk arah pendidikan. Jangan biarkan kita terlalu terjebak menjadi "kuli ilmu" yang terlalu humanoid.

Sebaliknya, mari jadikan pendidikan sebagai ajang untuk membentuk kreativitas, kecerdasan emosional, dan kepemimpinan yang sesungguhnya.

Jadilah pencipta masa depan, bukan hanya pengikut dari algoritma yang telah ada. Pendidikan yang sukses di era Pendidikan 4.0 bukan hanya tentang mencetak siswa cerdas, tetapi juga mencetak pemikir kritis, inovatif, dan manusia yang mampu beradaptasi.

Mari bersama-sama menjadikan pendidikan sebagai alat untuk membuka pintu ke masa depan lebih baik, di mana kita semua memiliki peran penting sebagai pencipta, bukan hanya "kuli ilmu" yang terlalu humanoid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com