Guru yang menjadi korban pinjol ilegal tidak memiliki cukup informasi tentang dunia pinjol, seperti tidak mengetahui mana pinjol yang memiliki izin Otoritas Jasa Keuangan dan pinjol yang menjadi lintah darat digital.
Tentu saja hal ini patut disayangkan. Guru dituntut banyak membaca dan mengetahui tentang banyak hal.
Selama ini, prestasi literasi siswa Indonesia menjadi sepuluh terbawah di dunia sejak 2000 sampai 2018, jika merujuk data hasil tes PISA yang dikeluarkan oleh OECD setiap tiga tahun sekali.
Peringkat literasi atau kemampuan membaca siswa Indonesia bisa dikatakan sangat rendah.
Namun, seharusnya tidak hanya kemampuan literasi siswa yang disorot, tetapi juga guru. Jika literasi guru bagus, maka otomatis siswa akan mengikuti. Siswa akan mencontoh guru.
Saya pernah mengadakan survei kecil-kecilan tentang minat baca guru. Respondenya 50 orang guru.
Hasilnya sungguh mencengangkan, hanya ada dua guru yang punya program ke toko buku tiap bulan dan punya target membaca dua buku dalam satu tahun.
Meskipun hasil penelitian kecil-kecilan tersebut tidak bisa digeneralisasi, namun cukup membuat khawatir. Mayoritas guru tidak tertarik membaca.
Melihat kondisi tersebut, sudah saatnya pemerintah juga fokus meningkatkan kemampuan literasi guru, tidak hanya kepada siswa.
Angka 42 persen hasil penelitian yang menunjukkan peminjam pinjol ilegal terbesar adalah guru telah membuka tabir kelam guru Indonesia.
Hasil survei tersebut diharapkan menjadi referensi bagi para pengambil kebijakan. Angka 42 persen guru terjerat pinjol bukan sekadar angka statistik, tetapi ada cerita panjang di belakangnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.