Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Affan Ramli
Pengajar

Pengajar Berpikir Kritis di Komunitas Studi Agama dan Filsafat (KSAF) dan di Akademi Adat (AKAD)

Berbenah Nalar Guru, dari Logis Menuju Kritis

Kompas.com - 23/08/2023, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Namun seluruh guru tidak boleh tidak, harus menguasai kemampuan berpikir logis. Karena seluruh cabang ilmu pengetahuan punya ketergantungan tinggi pada logika.

Bahkan Ilmu Agama batal menjadi ilmu jika tidak tunduk pada aturan-aturan logika. Termasuk pengalaman mistisisme kaum sufi atau pertapa meditasi dalam tradisi agama berbeda pada akhirnya tunduk pada aturan logika ketika pengalaman itu mulai dikomunikasikan dalam ruang diskursus akademi dan ruang publik.

Bagaimana berpikir logis?

Sederhanya, berpikir logis diukur dari tingkat kesesuaian pikiran dengan logika. Logika, suatu ilmu yang menyediakan himpunan aturan untuk memandu manusia berpikir lurus dan menghindarkan manusia dari kesalahan berpikir (falasi).

Dalam logika, bahasan utamanya dua bagian. Pertama, memperjelas gagasan (konsep) yang sedang dibicarakan. Pada bagian ini, logika memastikan konsep yang sedang dibahas dapat didefinisikan dengan benar sesuai aturan-aturan definisi.

Definisi itu usaha membatasi makna dari sebuah konsep. Jika makna dari satu konsep tak dapat dibatasi, minimal dapat dibedakan dari makna konsep lain.

Seperti membedakan kerbau dan sapi dalam genus hewan, atau membedakan demokrasi dan monarkhi dalam genus sistem politik.

Selain kerja-kerja definisi, pada bagian pertama logika juga mengatur aturan-aturan kategorisasi dan klasifikasi sebuah konsep. Ditambah panduan praktis menemukan jenis-jenis hubungan antara dua konsep.

Ada banyak kemungkinan jenis hubungan antar-konsep, seperti hubungan kesamaan, hubungan irisan, hubungan sebagian dan keseluruhan, hubungan perbedaan, dan hubungan pertentangan (kontradiksi).

Bagian kedua dari logika adalah membuktikan penegasan atau putusan (justifikasi). Seperti membuktikan demokrasi adalah sistem politik terbaik atau membuktikan campuran senyawa beberapa unsur kimia tertentu dapat menghasilkan obat kanker tanpa efek samping.

Pada bagian pembuktian, logika menawarkan metode penalaran yang berbeda-beda. Aristoteles menawarkan empat bentuk penalaran deduksi silogisme untuk menghasilkan kesimpulan yang benar.

John Stuart Mill menawarkan lima motode penalaran induksi emperisme untuk menghasilkan kesimpulan yang valid.

Dalam teknik pembuktian logika, baik deduksi maupun induksi, kesimpulan haruslah datang dari beberapa premis sandaran sebelumnya. Paling sedikit dibuktikan dari hubungan dua premis sebelumnya.

Dalam deduksi, salah satu premis pembuktian haruslah premis universal, sisanya berbentuk pernyataan partikular. Hubungan dari premis-premis menghasilkan kesimpulan partikular.

Dalam logika induksi, penalaran dimulai dari premis-premis partikular berakhir pada kesimpulan dengan dua kemungkinan, kesimpulannya tetap partikular untuk induksi analogi atau kesimpulannya berbentuk pernyataan universal untuk induksi generalisasi.

Pembuktian dalam logika induksi bisa dua kemungkinan. Pembuktikan untuk membenarkan andaian hipotesa, disebut verifikasi. Bisa juga pembuktian untuk membatalkan hipotesa. Membatalkan sebagian atau keseluruhannya, dinamai sebagai proses falsifikasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com