Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Laurentius Purbo Christianto
Dosen

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Materi Pendidikan Seksualitas Apa Saja yang Diajarkan di Sekolah?

Kompas.com - 15/08/2023, 12:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOMPAS.com (9/8/2023) memberitakan mengenai guru bimbingan dan konseling (BK) di salah satu SMP di Boyolali, Jawa Tengah, yang dihukum setelah dilaporkan melecehkan muridnya.

Sang guru dilaporkan telah melakukan pelecehan seksual secara verbal terhadap muridnya.

Guru BK tersebut diberitakan membicarakan sesuatu terkait dengan hubungan suami-istri. Akibat kejadian ini korban mengalami trauma.

Pendidikan seksualitas di Indonesia umum juga disebut pendidikan seks. Pendidikan ini berisi materi penting bagi tumbuh kembang anak dan remaja secara seksualitas.

Materi ini begitu penting hingga psikologi menyarankan agar pendidikan seks diberikan sejak dini.

Namun tidak bisa dipungkiri bahwa di Indonesia materi pendidikan seks adalah materi “tepi jurang”; materi menarik, tetapi jika salah memberikan akan muncul kesalahpahaman. Jangankan materi pendidikan seks, istilah “seks” saja bisa disalahartikan.

Pada 2018, UNESCO mempublikasikan “International technical guidance on sexuality education” yang baru.

Buku ini adalah panduan umum yang dapat digunakan berbagai pihak untuk melakukan pendidikan seksualitas.

Istilah yang digunakan dalam panduan ini adalah "seksualitas"; karena seks hanya merujuk pada dimensi biologis perempuan dan laki-laki, sedangkan seksualitas lebih dari sekadar dimensi biologis.

Ada dimensi sosial, psikologis, dan kultural dalam istilah seksualitas. Berdasarkan pemahaman ini, maka sebenarnya istilah yang tepat adalah pendidikan seksualitas, bukan pendidikan seks.

Lalu apa saja sebenarnya materi pendidikan seksualitas yang tepat diajarkan di sekolah?

Berdasarkan International technical guidance on sexuality education, tahun 2018, oleh UNESCO, ada delapan topik yang perlu dibahas dalam pendidikan seksualitas, yaitu:

  1. Relasi
  2. Hak asasi dan seksualitas dalam budaya
  3. Gender
  4. Pencegahan terhadap kekerasan seksual
  5. Kesehatan dan kesejahteraan terkait seksualitas
  6. Tubuh manusia dan pertumbuhannya
  7. Seks dan perilaku seksual
  8. Kesehatan reproduksi

Topik-topik ini penting untuk diketahui, tetapi sulit untuk dijelaskan kepada anak dan remaja. Guru harus dapat memilah topik berdasarkan tahap perkembangan usia anak didik mereka.

Guru harus memahami tahap perkembangan kognitif dan tahap perkembangan psikososial anak didiknya. Topik-topik tersebut juga harus diturunkan ke sub-topik yang lebih sederhana dan sesuai dengan usia siswa.

UNESCO membagi anak dan remaja dalam kelompok usia sebagai berikut: 5-8 tahun, 9-12 tahun, 12-15 tahun, dan 15 hingga di atas 18 tahun.

Dua kelompok pertama adalah usia anak Sekolah Dasar (SD), kelompok ketiga berada di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan kelompok terakhir adalah usia Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga perguruan tinggi.

Berdasarkan panduan UNESCO (2018), maka gambaran materi pendidikan seksualitas untuk setiap tingkat pendidikan kurang lebih akan seperti ini:

Siswa kelas 1 – 3 SD dapat dijelaskan tentang keluarga dan peran setiap anggota keluarga, menjalin relasi sosial yang sehat, nama-nama organ tubuh (termasuk organ reproduksi), perbedaan mendasar anak laki-laki dan Perempuan, serta cara menjaga privasi diri.

Bagi siswa kelas 4 – 6 SD, guru dapat mengulang kembali materi di kelas yang lebih rendah, lalu ditambah dengan materi tentang etika berelasi sosial, kesehatan organ reproduksi, konsep diri, dan cara melindungi diri dari pelecehan/kekerasan seksual.

Bagi siswa SMP, materi pendidikan seksualitas akan semakin kompleks, karena sudah ada mata pelajaran biologi, yang akan mempelajari tubuh manusia secara lebih mendalam.

Materi pendidikan seksualitas bagi siswa SMP antara lain macam-macam relasi sosial yang lebih intim (pertemanan, persahabatan, pacaran, suami-istri), identitas gender, kesehatan reproduksi, pubertas, kehamilan, serta perilaku seksual dan konsekuensinya.

Pencegahan terhadap pelecehan seksual juga tetap harus diajarkan di jenjang ini.

Bagi siswa SMA, semua materi dari jenjang SD hingga SMP perlu untuk diulang kembali. Hal ini untuk memastikan bahwa setiap siswa memiliki pemahaman tepat tentang seksualitas.

Hal lain yang perlu diberikan kepada siswa SMA adalah kehamilan dan kelahiran, hak-hak reproduksi, pengendalian kelahiran, tugas dan peran gender, membangun keluarga yang sehat, dampak dari perilaku seksual menyimpang, kesehatan seksual, serta pencegahan terhadap pelecehan dan kekerasan seksual.

Di jenjang SMA hingga perguruan tinggi, pendidikan seksualitas harus sampai ke penyadaran tentang dampak perilaku seksual. Di jenjang ini, setiap peserta didik harus diajarkan untuk menghormati diri dan tubuh mereka dengan baik.

Saat memberikan materi-materi ini, guru terlebih dahulu harus menguasai materi seksualitas dengan baik. Pemahaman guru tentang seksualitas tidak boleh setengah-setengah.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah sikap, bahasa, dan perilaku guru. Guru harus memberikan sikap yang serius (tidak bercanda), tetapi juga tidak menakuti saat memberikan materi.

Bahasa yang digunakan harus sederhana (sesuai usia peserta didik), tidak merudung dan merendahkan, serta tidak tendensius (menyangkutpautkan pembicaraan pada siswa tertentu).

Di luar kelas, guru juga harus berperilaku sopan, ramah, dan tidak melakukan tidakan pelecehan/kekerasan seksual. Setiap guru juga harus saling mengawasi guru lain terkait hal ini.

Kasus guru BK di Boyolali menunjukkan bahwa terjadi kesalahan dalam cara menyampaikan materi pendidikan seksualitas.

Alih-alih membuat siswa menjadi paham, cara guru dalam memberikan pendidikan seksualitas tersebut malah membuat siswa mengalami trauma.

Kasus ini bukan berarti pendidikan seksualitas tidak penting; juga bukan berarti bahwa guru tidak boleh lagi memberikan pendidikan seksualitas di sekolah.

Guru tidak boleh tabu dan menghindar dari pendidikan seksualitas. Guru yang memandang pendidikan seksualitas dengan dangkal dan tidak tepat, akan menghasilkan siswa yang dangkal dalam pemahaman seksualitas. Situasi semacam ini akan berbahaya bagi generasi muda.

Satu hal lagi yang penting dalam pendidikan seksualitas di Indonesia adalah materi tentang norma agama dan budaya.

Norma agama dan budaya perlu dijelaskan agar setiap siswa tahu bagaimana konteks seksualitas di masyarakat Indonesia.

Konteks semacam ini penting karena saat ini sebenarnya setiap anak dapat mengakses materi semacam ini dari internet.

Materi seksualitas dari internet berpeluang besar diproduksi dari luar Indonesia. Pemahaman yang baik tentang seksualitas ala Indonesia, membantu siswa empan papan terkait seksualitas mereka.

Indikator dari keberhasilan pendidikan sesksualitas adalah siswa yang memahami diri (jiwa dan raga) mereka dengan tepat, mampu membuat keputusan sehat terkait sesksualitas, serta dapat melindungi diri dari pelecehan dan kekerasan seksual.

Semoga dengan pendidikan seksualitas yang baik di sekolah, setiap generasi muda Indonesia juga semakin sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com