Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sekolah Adat di Kalimantan, Lahirkan Ahli Waris Budaya, Merangkul Masa Depan

Kompas.com - 11/08/2023, 08:34 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

Siswa terjun ke alam melalui trek hutan dan pengamatan satwa liar sehingga menumbuhkan apresiasi yang mendalam atas keterkaitan semua makhluk hidup.

Arus Kualan memberdayakan mereka untuk menjaga warisan budaya dan lingkungan untuk masa depan yang berkelanjutan.

Selsi dan Elis memahami pentingnya menjaga hutan mereka untuk pengobatan tradisional dan kesejahteraan masyarakat.

"Semakin saya belajar tentang alam, semakin saya merasa terhubung dengan akar budaya kita. Arus Kualan telah mengajari saya bahwa kita adalah penjaga lingkungan kita, dan merupakan tanggung jawab kita untuk melindunginya demi generasi mendatang," uajr Selsi.

Baca juga: Kisah Guru Nofri, Rela Tempuh 40 Jam Perjalanan demi Berbagi Ilmu

Elis percaya bahwa generasi muda memegang kunci untuk menjaga warisan budaya dan lingkungan.

"Melalui pengalaman langsung dengan keajaiban alam, kita dapat menumbuhkan apresiasi yang mendalam terhadap tradisi kita dan keterkaitan semua makhluk hidup," tutur Elis.

Bersama Arus Kualan, masyarakat Dayak telah menemukan kunci melestarikan warisannya sambil merangkul masa depan yang berkelanjutan.

"Bersama Arus Kualan, saya menemukan akar saya, tujuan saya. Sekarang, sebagai seorang guru, saya bertekad menjaga warisan kami tetap hidup untuk generasi yang akan datang," ujar Elis.

Alam raya adalah sekolah

Berpijak pada filosofi “alam raya adalah sekolah dan setiap orang adalah guru,” Arus Kualan merangkul pelajar dari segala usia.

Sekolah ini membentuk komunitas pelajar yang beragam yang ingin melestarikan warisan Dayak.

Plorentina Dessy, Pendiri Sekolah Adat Arus Kualan, mengungkapkan rasa bangganya.

Baca juga: Perjuangan Ria, Gadis Papua yang Sukses Jadi Dokter dengan Beasiswa

"Melihat Selsi dan Elis menjalankan peran mereka sebagai guru dan duta, memberi kami harapan untuk masa depan. Mereka mewakili hati dan jiwa dari misi Arus Kualan," ujar Dessy.

Kedua siswa ini, lanjut dia, sekarang juga guru yang dibanggakan, adalah katalisator budaya. Mereka menginspirasi harapan dan dedikasi pada generasi berikutnya, mewariskan kearifan yang diperoleh di sekolah.

Dessy memaparkan, berakar pada keyakinan bahwa kearifan lokal adalah kunci dalam mempertahankan warisan budaya, lembaga pendidikan nonformal ini menanamkan seni tari, musik, dan kerajinan tradisional kepada para siswanya.

Tidak hanya itu, menyadari bahwa literasi adalah pintu gerbang menuju pengetahuan dan pemberdayaan, Arus Kualan pun menekankan pada pembangunan keterampilan membaca dan menulis.

"Dengan cara ini, siswa dapat mengungkapkan pemikiran dan aspirasi mereka secara efektif," papar Dessy.

Arus Kualan berupaya membekali mahasiswanya dengan sarana untuk menjadi komunikator yang percaya diri dan pemikir kritis.

Para guru menggelar kelas literasi bagi anak-anak untuk belajar membaca, menulis, bahkan bahasa asing dan komputer.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com