Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Melulu Limbah Kayu Sengon, UGM Teliti Media Tanam Jamur Alternatif

Kompas.com - 14/07/2023, 06:07 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber UGM

KOMPAS.com - Untuk budi daya jamur konsumsi, maka pembudi daya menggunakan media tanam (baglog) yang terbuat dari limbah kayu sengon.

Meski demikian, limbah kayu sengon kini naik hingga hampir 5 kali lipat dari biasanya. Tentu hal ini membuat para petani jamur atau pembudi daya jamur mengeluh.

Untuk itu, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan penelitian terhadap media tanam jamur.

Menurut dosen sekaligus peneliti konversi di Laboratorium Biomaterial Fakultas Kehutanan UGM, Dr. Denny Irawati memberikan penjelasan.

Baca juga: Mahasiswa UGM Inovasi Gula Cair Rendah Kalori

Ia mengatakan, saat ini harga limbah kayu sengon naik hampir 5 kali lipat dan jumlahnya pun semakin terbatas sehingga pihaknya berupaya mencari alternatif lain.

Masyarakat percaya hanya kayu sengon saja

Dosen UGM ini membuat media tanam baru dengan memanfaatkan limbah kayu dari penebangan langsung di masyarakat.

Dikatakan, saat ini ada lebih dari 4 ribu jenis kayu yang tumbuh di Indonesia. Hanya saja, kebanyakan petani jamur masih percaya jika hanya kayu sengon yang bisa dipakai sebagai media budi daya jamur.

"Dari penelitian sebelumnya yang kami lakukan di Fakultas Kehutanan UGM, memang tidak semua jenis kayu bisa dipakai sebagai media budi daya jamur. Namun begitu, bukan berarti hanya jenis kayu sengon saja yang bisa digunakan sebagai media tanam," terangnya dikutip dari laman UGM, Rabu (12/7/2023).

Melalui Unit Penelitian dan Pengembangan Jamur Konsumsi UGM ini akan dikembangkan beragam jenis kayu yang dapat digunakan sebagai media tanam budi daya jamur.

Baca juga: Dosen ITB Inovasi Perangkat untuk Penjagaan Lansia

Penelitian dan pengembangan media tanam jamur dilakukan melalui kerja sama antara UGM dan Nagoya University, Jepang dengan dukungan dana dari Japan International Cooperation Agency (JICA).

Serta melibatkan peneliti dari Gifu Forestry Research Institute yang berlangsung sejak Oktober 2021 hingga September 2024.

Ia menambahkan, penelitian dan pengembangan alternatif media tanam pengganti itu dengan menggunakan cabang maupun ranting pohon dari berbagai jenis pohon.

Kini pihaknya tengah melakukan penelitian dengan memakai kurang lebih 10 jenis limbah kayu. Seperti jati, mahoni, akasia, dan mangga.

Dari penelitian itu diketahui jamur dapat tumbuh pada limbah kayu tersebut dengan proses pertumbuhan yang berbeda-beda di setiap media tanaman yang berbeda.

Bantu atasi masalah pangan nasional

Dekan Fakultas Kehutanan UGM, dr. Sigit Sunarta menyebutkan penelitian pengembangan alternatif media tanam jamur ini dilakukan sebagai bagian dari kontribusi Fakultas Kehutanan dalam membantu mengatasi persoalan pangan nasional.

Tentu salah satunya dalam penyediaan pangan melalui diversifikasi pangan dengan jamur konsumsi.

"Perubahan iklim berdampak pada banyak aspek termasuk pertanian dan kehutanan yang menjadikan gagal panen sehingga perlu mitigasi penyediaan pangan dan diversifikasi pangan," ungkapnya.

"Pengenalan dan intensifikasi pengembangan produksi jamur konsumsi salah satunya," imbuh dia.

Maka dari itu, penelitian terhadap jamur juga perlu dilakukan mengingat kebutuhan nasional akan jamur yang terus meningkat.

Baca juga: Dosen UMM Inovasi Pupuk untuk Atasi Lahan Kering

"Kalau dulu jamur lebih banyak diekspor, tetapi sekarang konsumsi jamur nasional meningkat karena masyarakat Indonesia gemar makan jamur," paparnya.

Untuk itulah pihaknya sebagai peneliti kehutanan coba meneliti limbah kayu jenis lain tidak hanya sengon, sebagai alternatif media tanam jamur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com