Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kapten Timnas Indonesia, Tetap Fokus Kuliah meski di Sepak Bola

Kompas.com - 09/06/2023, 20:09 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Perjalanan gemilang karier Rizky Ridho Ramadhani hingga menjadi pemain andalan tim nasional (Timnas) Indonesia bukan sesuatu hal yang mudah.

Pasalnya, Rizky Ridho sempat memiliki perjalanan hidup yang getir. Keberhasilannya hingga hari ini bermula dari jalanan Kota Surabaya.

Baca juga: Suka Makan Pecel Lele dan Ayam? Ini Bahayanya Menurut Dosen FK UMM

Pria kelahiran Surabaya 21 November 2001 tersebut mengaku menyukai sepak bola sejak kecil. Ridho menekuni sepak bola sejak kelas 3 SD.

"Awalnya saya sering bermain bola di depan rumah, di gang rumah bahkan di jalan raya, namun lama kelamaan bapak takut kalau saya tertabrak motor akhirnya saya diikutkan SSB di Simo Putra," kata dia dalam keterangannya, Jumat (9/6/2023).

Menurut dia, keberhasilannya hari ini adalah berkat orangtua, terutama Ayahnya yang selalu mengantar kemanapun, mulai yang dekat rumah sampai yang jaraknya jauh.

Ridho mengaku di tengah kesibukan Ayahnya sebagai seorang pedagang di pasar kala itu, Ayahnya selalu semangat mengantarkannya mengikuti turnamen dari Lumajang hingga Sampang.

"Ada satu momen yang tak terlupakan saat kecil waktu turnamen di Sidoarjo, ketika saya dimarahi bapak di atas motor. Jadi perjalanan dari Sidoarjo hingga Surabaya saya diceramahi karena main saya jelek, itu benar-benar saya ingat," jelas dia.

Rupanya saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), dia mengaku sering mendapatkan juara pada turnamen bola meski waktu itu tingkatnya masih di tingkat Kota Surabaya dan Jawa Timur.

Lambat laun, nama Rizky Ridho kian melejit saat masuk skuat Persebaya U-20 bahkan dibalik usianya yang masih sangat muda Rizky Ridho dipromosikan ke tim Persebaya senior sejak tahun 2020.

"Dulu ketika saya kecil saya menganggap bermain sepak bola adalah perkara bersenang-senang bersama teman, namun seiring berjalannya waktu saat telah memasuki dunia profesional, sepak bola bukan sekadar bersenang-senang," sebut dia.

Baca juga: Kemendikbud: Ini Sebaran Wilayah 23 Kampus yang Ditutup

Saat ditanya mengenai titik terendah saat bermain bola, Ridho mengingat ketika dirinya pas uji coba lawan Iran dan masuk Timnas melakukan blunder, sehingga terkena penalti dan timnya kalah.

Hal tersebut sempat membuatnya down dan kepikiran berhari-hari.

Karier dan pendidikan harus seimbang

Ridho yang merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UM Surabaya mengaku dorongannya melanjutkan kuliah bukan dari orangtuanya, melainkan dorongan dirinya sendiri.

Ridho mengatakan, pendidikan menjadi hal penting yang tidak boleh dikesampingkan karena itu adalah bekal dirinya ke depan.

Menurutnya, dirinya sempat ragu ketika akan daftar kuliah, lantaran tidak bisa membagi waktu.

 

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com