Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suka Makan Pecel Lele dan Ayam? Ini Bahayanya Menurut Dosen FK UMM

Kompas.com - 06/06/2023, 18:53 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Lalapan atau pecel lele dan ayam menjadi salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia. Termasuk Malang yang menjadi kota dengan ratusan ribu pendatang dan mahasiswa.

Pecel lele dan ayam sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan. Namun seberapa besar kandungan gizi yang ada serta efek negatifnya?

Baca juga: 23 Kampus Ditutup, Kemendikbud: Mahasiswanya Akan Difasilitasi Pindah

Menanggapi hal ini, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dr. Pamela Sumarauw menjelaskan bahwa mengonsumsi makanan pecel lele dan ayam setiap hari dapat menimbulkan dampak yang kurang baik.

"Mayoritas menu yang disajikan di lalapan adalah makanan yang diolah dengan proses menggoreng menggunakan minyak. Hal ini akan memunculkan zat atau kandungan yang kurang baik untuk tubuh jika dikonsumsi sehari-hari," kata dia melansir laman UMM, Selasa (6/6/2023).

Sebutan lalapan di Malang tak lepas dari sederet sayur yang disajikan bersama dengan lauk utama. Ada ayam, lele, bebek, dan lainnya.

Jika dilihat secara sekilas, makanan tersebut sehat-sehat saja. Ada sumber karbohidrat dari nasi, protein dari ikan atau ayam, hingga mineral dan vitamin dari sayuran.

Sayangnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan turunnya nutrisi gizi, yakni cara pengolahan, porsi makan, serta kebersihan.

"Kita ambil contoh minyak yang digunakan menggoreng berulang kali. Hal itu akan menghasilkan kandungan lemak jenuh atau lemak jahat yang berbahaya bagi tubuh. Pun dengan porsi nasi yang berlebihan akan berkontribusi pada lonjakan kandungan gula," sebut dia.

Faktor kebersihan sayuran mentah, sambung dia, juga berpotensi menimbulkan berbagai penyakit.

Baca juga: Kisah Martono, Raih Gelar Doktor dengan IPK 4,00 di UNY

Pamela melanjutkan, makanan yang mengandung tinggi lemak dan tinggi karbohidrat akan meningkatkan kadar kalori serta meningkatkan resiko obesitas.

Hal itu juga meningkatkan potensi terjangkit penyakit-penyakit kronis seperti jantung koroner, hipertensi atau darah tinggi, diabetes, hingga kanker.

Dengan demikian, Pamela menegaskan bahwa mengonsumsi makanan lalapan setiap hari tidaklah dianjurkan. Alangkah lebih baik jika masyarakat mengurangi porsi dan membatasinya.

Lalu dengan menambah variasi makanan lain yang dari segi pengolahan lebih sehat, seperti direbus, dikukus, atau dibakar.

Baca juga: Alumnus Itenas Ini Menangkan Sayembara Logo IKN Nusantara

"Sebagai upaya mengimbangi, sebaiknya lakukan olahraga rutin minimal 150 menit dalam satu minggu atau 2-3 kali seminggu. Menjaga pola tidur 7-8 jam sehari dan asupan vitamin serta mineral yang baik bagi tubuh juga dianjurkan," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com