Ada dua hal yang bisa dilakukan oleh pemimpin perguruan tinggi untuk membuat kurikulum yang adaptif.
Menurut Profesor Mike, setiap insan akademik, khususnya pimpinan perguruan tinggi perlu didorong untuk mengaplikasikan tiga pembelajaran.
Pertama, hindsight, yaknimeninjau dan menafsirkan ilmu pengetahuan dengan pemahaman yang dimiliki saat ini untuk menganalisis kejadian masa lalu.
Kedua, insight, yakni menggunakan pengetahuan dan pemahaman yang sudah ada untuk menganalisis kejadian atau situasi yang terjadi saat ini.
Ketiga, foresight, yakni menggunakan pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki saat ini untuk membuat proyeksi apa yang akan terjadi pada masa depan.
Pendekatan hindsight (looking backward), insight (what happen now) dan foresight (looking forward) memberikan pemahaman bahwa pengajar saat ini, pertama perlu memfokuskan proses kegiatan belajar mengajar melalui pendekatan (insights) untuk mengasah daya kritis dan proses berpikir kreatif yang solutif.
Namun jangan lupa untuk lebih banyak menambah bobot pendekatan pelajaran yang mengajak peserta didik untuk berimajinasi tentang apa yang terjadi pada masa depan berdasarkan pemahaman yang mereka miliki saat ini (foresights).
Dengan begitu, kita mengasah daya imajinatif peserta didik kita untuk lebih berpikir kreatif dan kritis.
Menurut Profesor Mike, banyak perguruan tinggi yang hanya fokus pada hindsight. Hindsight memang penting, namun foresight dan insight juga sangat relevan dengan karakteristik dan tipologi peserta didik saat ini.
Sehingga, tiga hal ini perlu kita ajarkan kepada mahasiswa/i agar mereka memiliki kapasitas untuk menentukan langkah tepat, baik itu dalam konteks personal maupun profesional, khususnya dalam ruang lingkup perguruan tinggi.
Profesor Mike menyarankan agar kurikulum perguruan tinggi menyeimbangkan kurikulum fundamental dan kurikulum teknikal.
Kurikulum fundamental lebih kepada critical thinking, pemecahan masalah, kemampuan adaptif, kolaborasi, dan lain sebagainya.
Sedangkan kemampuan teknis mencakup kebutuhan yang dibutuhkan dunia industri, apakah itu pemasaran digital, analisis data, dan lain sebagainya.
Agar kurikulum berjalan maksimal, struktur pembelajaran kelas harus flat. Maksudnya adalah hubungan yang lebih ‘luwes’ dan dekat antara dosen dan mahasiswa/i.
Kelas harus menjadi tempat untuk diskusi yang konstruktif antara dosen dan mahasiswa/i. Mahasiswa/i bukan hanya sebagai penerima, tetapi mereka bisa mengkritisi.
Dosen pun demikian, mereka perlu terbiasa untuk berdialog dan menerima masukan untuk pengembangan kegiatan belajar mengajar yang lebih efektif.
Pembelajaran seperti ini akan meningkatkan daya kritis dan kemampuan membangun argumen yang logis dan konstruktif. Ini juga melatih empati karena kemauan kita untuk mendengarkan perspektif yang berbeda.
Kesimpulannya, dosen perlu dijaga sebagai aset terpenting bagi perguruan tinggi, teknologi berkembang dengan sangat cepat dan konsekuensinya adalah perguruan tinggi perlu berubah secepat dari yang sebelumnya kita bayangkan.
Masalah pembiayaan mungkin butuh proses yang lama karena ada banyak faktor yang memengaruhi.
Akan tetapi, perguruan tinggi bisa secara berkesinambungan untuk meningkatkan kapasitas pengajar agar dapat menyesuaikan kurikulum berdasarkan perkembangan zaman.
Dengan terus menyesuaikan kurikulum dan meningkatkan kompetensi pedagogi para pengajarnya, perguruan tinggi bisa membekali lulusan dengan baik sehingga mampu bersaing di dunia industri.
Mempersempit jarak antara yang dibutuhkan industri dengan kualitas lulusan yang sesuai kriteria. Itu semua bisa terjadi, dan semua berasal dari kepemimpinan perguruan tinggi dengan komitmen yang kuat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.